Budaya Pamali Dapat Mengedukasi Masyarakat dalam Melakukan Kegiatan Sehari-hari

Hana Rahmawati
Saya adalah seorang mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta angkatan 2020. Saya masih dalam tahap belajar menulis, jadi mohon bantuannya. Terimakasih
Konten dari Pengguna
1 Mei 2021 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hana Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Budaya Pamali Dapat Mengedukasi Masyarakat dalam Melakukan Kegiatan Sehari-hari
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia memiliki banyak cara yang unik dalam mempertahankan benteng kehidupan sosial dari gempuran demi gempuran globalisasi. Nilai-nilai globalisasi sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan adat istiadat yangyangyangyangyangyangyangyangmaknapamali ada. Nilai-nilai globalisasi yang sangat bertentangan tersebut ditangkal oleh oleh sebuah budaya larangan yang biasa disebut dengan istilah pamali.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit masyarakat awam yang masih mempercayainya, namun semakin menurun pula yang percaya. Bahkan oleh generasi sekarang hanya dianggap sebagai mitos belaka yang tidak penting. Namun di beberapa daerah budaya pamali ini masih dilestarikan oleh masyarakat kepada anak-anaknya.
Istilah Pamali diartikan sebagai ungkapan nasihat, larangan dan pantangan melakukan sesuatu yang menurut tradisi dan keyakinan adat istiadat dapat menyebabkan datangnya dampak buruk dan kesialan. Pamali biasanya dikait-kaitkan dengan perilaku sehari-hari. Masyarakat menjelaskan tentang apa yang dilakukan akan mendatangkan rugi jika dilakukan, bukan main konsekuensi dari larangan-larangan tersebut biasanya dikaitkan dengan rezeki, jodoh, kesehatan, keturunan sampai keselamatan.
Secara kebudayaan, pamali tergolong ke dalam folklor lisan, yakni suatu bentuk kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan turun temurun melalui tradisi lisan kelompok masyarakat. Tradisi pamali masih dipelihara oleh masyarakat yang sarat akan tradisi dan menjunjung tinggi kearifan budaya lokal dalam kesehariannya. Misalnya pada masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, Sunda di Jawa Barat, masyarakat Jawa, Minangkabau di Sumatera Barat, serta Wolio di Sulawesi Tenggara. Pada masyarakat tersebut, tradisi bertutur pamali kepada keturunan dan sanak keluarga masih terbilang kental.
ADVERTISEMENT
Meskipun secara sosiokultural dan geografis memiliki perbedaan, namun pesan dalam tradisi pamali pada masyarakat di wilayah tersebut memiliki benang merah yang sama.
Apa saja budaya pamali itu ya?
Sebagai contoh dari beberapa pamali yang ada di daerah-daerah mana saja, yang pertama adalah “pamali menduduki bantal, nanti akan bisulan” dari sini kita pasti berpikir apa hubungan antara bisul dengan bantal bukan? Untuk sebagian yang menganggap ini mitos pasti akan berpikir seperti itu. Tetapi makna sesungguhnya adalah agar kita menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya agar terjaga kebersihannya.
Yang kedua adalah “pamali jangan bangun kesiangan, nanti rezekinya dipatuk ayam lho!.” Jangan berpikir ayam akan mengambil rezeki kalian ya, ini adalah kiasan dari si pamali tersebut. Yang bermaksud kita tidak boleh bangun kesiangan agar kita disiplin dan mudah untuk mencari rezeki.
ADVERTISEMENT
Yang ketiga adalah “pamali tidur di sore hari” ini bermaksud agar kita tidak tidur di sore hari karena itu akan menimbulkan rasa malas. Yang ke empat adalah “pamali kalau makan tidak dihabiskan nanti padinya menangis” ini sendiri bermaksud untuk kita selalu menghabiskan makanan kita sebagai wujud rasa syukur kita terhadap apa yang telah diberikan dan menjadi rezeki kita.
Pesan-pesan pamali tersebut menandakan fungsi pamali pada masyarakat lokal digunakan sebagai alat pendidikan karakter, pembentuk kebiasaan, serta peningkat rasa religiusitas dan keyakinan.
Penanaman Nilai Keluarga dan masyarakat
Pada praktiknya, penuturan pamali umumnya dilakukan oleh orang tua kepada anak atau dari yang tua kepada yang muda di lingkup keluarga. Pamali erat kaitannya dengan mitos dan tabu. Sehingga walaupun [email protected] terkadang hubungan antara ungkapan larangan dan konsekuensi pelanggaran tidak selalu berselaras, namun kepercayaan terhadap tradisi menjadikan pamali dihormati dan ditaati. Meskipun demikian, bagi masyarakat dengan budaya pamali, larangan tersebut bukanlah ungkapan yang mengada-ada tanpa makna dibaliknya. Larangan pamali tersebut selalu dituturkan secara wajar, ringan dan sederhana sehingga dapat diyakini dan diterima
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya budaya pamali hanya sebagai nasehat berupa kiasan saja, namun ditambah dengan akibat-akibat yang akan terjadi jika tidak dilaksanakan. Hanya agar kita menjalankannya, karena semua akan kembali ke diri kita masing-masing untuk kedisiplinan kita masing-masing.
Kesimpulannya budaya pamali ini boleh saja dipercaya atau tidak dipercaya, memang terkesan seperti mitos tetapi ada makna lain dari larangan-larangan si pamali tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa budaya pamali ini dapat mengedukasi keluarga bahkan masyarakat bagi yang melestarikannya. Karena dari larangan-larangan ini seperti kita mempunyai aturan agar kehidupan kita lebih disiplin, lebih rajin, lebih bersyukur lagi dan lebih giat bekerja keras.
Oleh karena itu, masyarakat tidak bisa langsung menekankan kalau budaya pamali ini adalah takhayul atau mitos. Karena dibalik sisi lain pamali ini memiliki makna lain yang tanpa disadari bisa mengedukasi kegiatan kita sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri merasakan bagaimana ketika orang tua saya menasihati sebuah perlakuan yang dia bilang itu adalah pamali. Yang paling sering adalah ketika saya duduk di depan pintu yang mengartikan akan jauh dari jodoh. Saya pribadi tetap mempercayainya, tetapi mempercayai dalam artian bahwa saya akan menghalangi jalannya, bukan yang berarti takhayul atau mitos.