Konten dari Pengguna

Bahasa Daerah Sebagai Identitas Budaya: Terancancam Punah?

Hanaya Ivana Natasha
Mahasiswa S1 Universitas Brawijaya Jurusan Ilmu Komunikasi
6 Oktober 2024 9:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanaya Ivana Natasha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bangga akan keberagaman yang ada di Indonesia, perjuangkan keberagaman itu termasuk mencegah punah nya bahasa daerah yang ada di Indonesia. (Image: Hanaya Ivana Natasha, dibuat di Canva)
zoom-in-whitePerbesar
Bangga akan keberagaman yang ada di Indonesia, perjuangkan keberagaman itu termasuk mencegah punah nya bahasa daerah yang ada di Indonesia. (Image: Hanaya Ivana Natasha, dibuat di Canva)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bahasa adalah suatu hal penting di dalam kelompok masyarakat sebagai identitas budaya. Indonesia yang terkenal dengan keberagamannya memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. Bahasa daerah tidak hanya sekedar sebagai sarana untuk berkomunikasi, tapi juga sebagai nilai lokal, penjaga tradisi, dan identitas suatu komunitas. Namun, saat ini Indonesia sedang merasakan dampak arus globalisasi yang semakin kuat, bahasa daerah secara perlahan mulai tidak digunakan lagi oleh generasi muda. Hal ini yang membuat bahasa daerah terancam punah. Berdasarkan data dari UNESCO pada tahun 2019, di Indonesia terdapat 718 bahasa daerah dan 11 diantaranya sudah dinyatakan punah.
ADVERTISEMENT
Bahasa Daerah sebagai Identitas Budaya
Bahasa daerah merupakan gambaran budaya yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sosial, karakteristik lokal, hingga berbagai sejarah masyarakat setempat. Banyak sekali lagu daerah, cerita rakyat, maupun praktik adat yang telah dibangun oleh para pendahulu menggunakan bahasa daerah sebagai identitas daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi. Contohnya, bahasa Jawa memiliki perbedaan logat serta tata bahasa di berbagai daerah. Di Jawa Barat menggunakan bahasa Jawa yang lebih halus, bahasa itu dikenal dengan bahasa Sunda. Di Jawa Timur maupun Jawa Tengah menggunakan bahasa Jawa Arekan, umumnya digunakan di daerah Surabaya.
Bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting, karena ketika sebuah bahasa daerah itu punah maka seluruh sejarah, seluruh tradisi, serta berbagai pengetahuan lokal yang terkandung di dalamnya juga ikut punah. Bahasa daerah bukan hanya sekedar kata-kata, tapi bahasa daerah juga sebagai identitas dan jati diri dari masyarakat setempat. Punahnya bahasa daerah berarti kehilangan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi muda yang mewarisinya.
ADVERTISEMENT
Dampak Globalisasi terhadap Bahasa Daerah
Modernisasi dan globalisasi adalah tantangan terbesar serta ancaman terbesar terhadap punahnya bahasa daerah di Indonesia. Arus globalisasi yang begitu cepat diterima oleh generasi muda menjadi sarana penyebaran bahasa asing seperti bahasa Inggris. Banyak sekali generasi muda yang memiliki pandangan bahwa mahir menggunakan bahasa Inggris merupakan hal yang bergengsi, dan tanpa disadari hal itu menjadi standar di kehidupan sehari-hari. Sebenarnya kesadaran akan penguasaan bahasa asing ini merupakan perubahan yang baik, tapi hal ini menjadi buruk karena banyak generasi muda yang memiliki pandangan bahwa jika seseorang masih menggunakan bahasa daerah dengan mahir maka orang tersebut dianggap ketinggalan zaman. Bahkan banyak generasi muda yang bangga karena tidak bisa menguasai bahasa daerah dan lebih mahir menggunakan bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahasa Indonesia disertai dengan penggunaan bahasa global yang lebih dominan mengurangi penggunaan bahasa daerah di dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan ini bisa dilihat dari pola pendidikan. Hampir seluruh sekolah di Indonesia memiliki mata pelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Jerman, dan lainnya. Namun, di sisi lain sangat sedikit sekolah yang masih menerapkan mata pelajaran bahasa daerah.
Di tengah keluarga juga semakin banyak orang tua yang tidak lagi mengajarkan anaknya menggunakan bahasa daerah. Para orang tua memiliki pandangan bahwa mengajarkan anak bahasa daerah tidak ada manfaatnya di masa yang akan datang. Mereka lebih memilih mengajarkan anak berbahasa asing karena dianggap lebih berguna untuk kesuksesan di bidang akademik dan profesional. Hal ini memperkecil kesempatan generasi muda untuk menggunakan bahasa daerah sehingga pada situasi informal sekali pun generasi muda tetap menggunakan bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari tahun ke tahun presentase penggunaan bahasa daerah di Indonesia terus menurun. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Long Form Sensus Penduduk 2020 (LF SP2020) terdapat 73,87% keluarga Indonesia masih menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi. Di lingkungan kerabat maupun tetangga terdapat 71,93%, sementara generasi Z dan generasi Alfa hanya menggunakan bahasa daerah di kisaran 61-62% saja. Dengan angka yang cenderung menurun, apakah generasi muda masih bisa mempertahankan bahasa daerah?
Dampak Urbanisasi terhadap Bahasa Daerah
Ternyata bukan hanya globalisasi saja yang dapat menghilangkan bahasa daerah, tetapi urbanisasi juga menjadi salah satu fakornya. Bagaimana urbanisasi mampu menghilangkan bahasa daerah? Ketika seseorang pindah dari desa ke kota baik untuk mencari pekerjaan, menempuh pendidikan, ataupun alasan yang lainnya, orang tersebut cenderung meninggalkan bahasa daerah demi beradaptasi dengan kehidupan di lingkungan yang baru. Hampir diseluruh kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris. Hal ini lah yang membuat bahasa daerah secara perlahan kehilangan fungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Upaya Pelestarian Bahasa Daerah
Meskipun ancaman terhadap punah nya bahasa daerah semakin meningkat, beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah kepunahan berbagai bahasa daerah yang ada di Indonesia. Pemerintah daerah sudah mendirikan lembaga bahasa yang tugas nya untuk mengajarkan bahasa daerah serta mendokumentasikan kegiatannya kepada generasi muda. Undang-Undang No.24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan mewajibkan pengajaran bahasa daerah di berbagai daerah yang memiliki bahasa ibu setempat.
Walaupun begitu, keberhasilan program yang telah dibuat ini masih sangat bergantung pada ketertiban masyarakat lokal dalam menjalankannya. Pelestarian bahasa daerah tidak bisa hanya bergantung pada pendekatan formal melalui sekolah, tetapi juga harus melibatkan komunitas secara langsung.
Peran Penting Generasi Muda dalam Melestarikan Bahasa Daerah
ADVERTISEMENT
Generasi muda adalah penerus bangsa, mereka ini yang menentukan masa depan bangsa Indonesia. Apakah generasi muda ini memilih untuk menjaga keberagaman yang sudah ada di Indonesia sejak lama atau justru punah di masa depan? Penggunaan bahasa daerah di kehidupan sehari-hari merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan bahasa daerah. Manfaatkan teknologi yang sangat mempengaruhi kehidupan generasi muda, mulailah membuat kampanye di media sosial menggunakan bahasa daerah.
Kesimpulan
Bahasa daerah merupakan identitas dan karakteristik budaya yang memberikan keberagaman dan kekayaan yang unik di Indonesia. Namun, seiring perkembangan zaman ada dampak negatif globalisasi yang mengancam kepunahan bahasa daerah tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk terus menjaga bahasa daerah, tetapi peran masyarakat dan generasi muda sangat dibutuhkan untuk kesuksesan dari upaya tersebut. Di balik arus modernisasi yang tidak bisa dihentikan, bahasa daerah harus tetap dilestarikan, karena setiap bahasa terdapat sejarah dan identitas yang sangat berharga.
ADVERTISEMENT