Konten dari Pengguna

Mengikuti Resep Hidup ala Liz dalam Film Eat Pray Love

Handini Mawar Putri
Seorang mahasiswi semester 5 Ilmu Komunikasi dengan peminatan Komunikasi Strategis di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
31 Oktober 2024 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Handini Mawar Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pecinta film romcom atau romance/comedy tentunya tidak asing lagi dengan film Eat Pray Love. Film yang tayang pada 13 Agustus 2010 (AS) ini diperankan oleh aktris dan aktor terkenal dunia, di antaranya adalah Julia Roberts, Javier Bardem, James Franco, dan ada pula aktris Indonesia yang ikut serta, yaitu Christine Hakim. Dilansir dari Tirto.id, Box Office Mojo mencatat bahwa film dengan durasi 2 jam 13 menit yang disutradarai oleh Ryan Murphy ini berhasil mendapat penghasilan sebesar 204,5 juta dolar Amerika Serikat selama tayang di bioskop.
Sumber: dokumentasi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dokumentasi pribadi.

Sinopsis Eat Pray Love

Film ini menceritakan mengenai kehidupan seorang penulis Amerika bernama Elizabeth Gilbert atau Liz (Julia Roberts) yang merasa kehilangan tujuan hidup karena kegagalannya dalam pernikahan bersama suaminya, Steven (Billy Crudup), yang berujung ke tahap perceraian. Perpisahan ini membawakan rasa hampa dalam diri Liz dan membuatnya kehilangan arah hidup. Usai gagal dalam pernikahan, Liz pun mencoba membuka hubungan baru dengan seorang aktor, David Piccolo (James Franco), namun berujung kandas. Untuk memulihkan dirinya dari luka percintaan, Liz pun memutuskan untuk pergi ke beberapa tempat, antara lain Italia, India, dan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Liz mengunjungi Bali dan bertemu dengan seorang tetua bernama Ketut Liyer (Hadi Subiyanto) yang akan membantu dan menuntunnya dalam menemukan jalan yang benar dalam hidup. Sebelum meninggalkan Bali, Liz mendapatkan pesan dari Ketut Liyer bahwa ia harus melihat dunia bukan hanya dengan mata, namun juga hatinya. Ketut Liyer juga “meramalkan” bahwa suatu saat nanti Liz pasti akan kembali lagi mengunjungi Bali. Liz lalu terbang menuju Roma, Italia.
Di Roma, Liz menghabiskan waktunya bersenang-senang dengan teman-teman barunya, salah satunya Sofi (Tuva Novotny), perempuan Italia yang selalu membantu Liz di sana. Liz memanjakan dirinya dengan menyantap makanan-makanan lezat khas Italia seperti pizza, pasta, dan gelato. Tak sampai di situ, Liz melanjutkan perjalanannya menuju India untuk melakukan meditasi dan bertemu seorang guru.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Italia, Ashram, India menjadi tempat Liz untuk menenangkan diri dengan cara beribadah di sebuah kuil. Selama hidup di sana, Liz bertemu dengan laki-laki Amerika yang menjadi sahabatnya, Richard (Richard Jenkins). Awalnya Liz merasa kesulitan untuk fokus dalam melakukan meditasi dan kegiatan-kegiatan di sana. Namun perlahan-lahan, dengan bantuan Richard, Liz dapat membuka hati, melepaskan ego, menemukan kedamaian batin, dan menerima Tuhan. Sebelum kembali ke Texas, Richard memberi pesan pada Liz untuk terus percaya akan cinta supaya kembali menemukan makna hidup. Dan dari pengalaman spiritualnya ini, Liz mulai kembali lagi menemukan langkah hidupnya dan memutuskan kembali menemui Ketut Liyer di Bali.
Perjalanan terakhir dan kembali lagi ke Bali, Liz akhirnya menemukan kebahagiaannya. Selain itu Liz pun dapat mengatur keseimbangan dirinya, baik tubuh, pikiran, dan jiwa. Ia bertemu dengan perempuan pembuat obat tradisional, Wayan (Christine Hakim), yang berujung menjadi sahabatnya karena mereka memiliki latar belakang yang serupa. Tak hanya sahabat, rupanya Liz pun menemukan cintanya, Felipe (Javier Bardem), yang tentu saja membawa Liz ke kehidupan baru dan lebih baik.
ADVERTISEMENT

Proses Produksi Hingga Distribusi Film Eat Pray Love

Secara keseluruhan, industri film terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap produksi, tahap distribusi, tahap promosi dan eksibisi, dan tahap konsumsi. Setiap tahap memiliki keterkaitan untuk menentukan dan mewujudkan kesuksesan sebuah film (Astuti, 2022). Sebelum dijadikan film, Eat Pray Love merupakan sebuah novel dengan judul yang sama karya Elizabeth Gilbert dan terbit tahun 2006. Dilansir dari Kompas.com, Sony Pictures berharap supaya film ini dapat meraup kesuksesan yang besar karena mengingat novelnya habis terjual hingga 8 juta kopi di tahun 2010 saat Eat Pray Love pertama kali ditayangkan di layar lebar. Sony Pictures memiliki target supaya film ini dapat bertahan di puncak 10 film terlaris seperti film Sony sebelumnya, Julie & Julia.
ADVERTISEMENT
Dengan menghadirkan aktris dan aktor terkenal dunia seperti Julia Roberts dan Javier Bardem, Sony meyakinkan hal tersebut dapat menjadi nilai lebih untuk Eat Pray Love dapat menarik penonton dunia. Ditambah lagi setting atau lokasi film yang indah ditampilkan dan dijelaskan dengan baik di film ini. Saat berlokasi di Italia, ditampilkan shot makanan-makanan dan keramaian yang menjadi poin kebahagiaan Liz di sana. Berpindah ke India, shot yang disajikan berupa budaya-budaya dan kehidupan spiritual masyarakat Ashram. Begitu pula dengan Bali, menampilkan indahnya pemandangan pantai, keramaian destinasi wisata, dan kehidupan penduduk lokal maupun turis asing. Perbedaan lokasi yang digunakan untuk film ini tentu saja menarik perhatian penduduk lokal dari masing-masing negara tersebut, bahkan memberikan pengaruh positif pula terhadap tingkat eksistensi dan pendapatan lokasi-lokasi yang digunakan untuk shooting.
ADVERTISEMENT
Selain lokasi dengan experience yang berbeda-beda, penunjang film Eat Pray Love hingga dapat memberikan kesan baik di hati para penonton adalah karena pencahayaan dan musik yang menyentuh. Sinematografi yang apik dan alunan musik lokal dari setiap negara yang dikunjungi Liz, menambah nilai baik untuk film ini karena berhasil mengangkat kekayaan budaya lokal kepada dunia. Tema dari film Eat Pray Love ini pun universal, terdapat percintaan, persahabatan, dan kekeluargaan, maka penonton mudah relate dengan alur yang diceritakan, khususnya penonton yang tergolong dalam dewasa muda hingga dewasa. Mulai dari kisah Liz yang gagal dalam percintaan, bertemu dengan orang-orang baru, usaha memulihkan hati dan dirinya, kesabaran, hingga akhirnya membuahkan hasil yang manis, yaitu bertemu dengan pujaan hatinya.
ADVERTISEMENT
Setelah memaksimalkan dalam tahap produksi, tentu produser dan para kru film lainnya tidak melupakan tahap distribusi dan promosi. Di antaranya adalah membuat trailer yang menarik, di mana menampilkan beberapa potongan scene terbaik dari film, seperti pemandangan eksotis Italia, India, dan Bali. Desain poster yang ditayangkan pun tidak terlalu ramai, seperti tipikal poster film komedi romantis tahun 2000-an yang diberikan sentuhan putih sebagai warna background atau tepiannya. Selain itu Sony Pictures juga melakukan kerjasama dengan influencer dan membuat konten eksklusif di belakang layar atau behind the scene.
Karena bertemakan perjalanan hidup dan perjalanan mengelilingi tiga negara, film Eat Pray Love ini memiliki target penonton yang dapat relate dengan alur cerita yang diberikan, seperti orang-orang dewasa muda hingga dewasa (sekitar 25 hingga 45 tahun), traveller, dan penyuka film romantis.
ADVERTISEMENT

Eat Pray Love Menjadi Film Inspiratif

Film Eat Pray Love bukan hanya menawarkan film romcom atau komedi romantis biasa, namun penonton diikutsertakan dalam perjalanan Liz. Kisah perjalanan spiritual Liz dalam mengembalikan dirinya ini sangatlah memberikan kesan yang cukup mendalam untuk penonton. Cara-cara yang dilakukannya pun dapat menjadi contoh, seperti melakukan perjalanan sendiri, bermeditasi, mencari teman baru, hingga berbaur dengan lingkungan baru. Film romantis yang tidak manja ini lebih banyak menceritakan perjuangan Liz memperbaiki batinnya yang terluka, yang akhirnya setelah pulih dan mendapat ketenangan ia menemukan Felipe sebagai hasil dari perjuangan dan perjalanannya. Di samping perjalanan Liz, diselipkan pula bumbu-bumbu tentang persahabatan, kesabaran, dan perjuangan yang membuat film ini bukanlah film komedi romantis biasa namun alurnya tetap ringan.
ADVERTISEMENT

Oleh:

Handini Mawar Putri / 220908145
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Daftar Pustaka
Astuti, Vita. (2022). Buku Ajar Kajian Film.
Kompas.com (2010). "Eat, Pray, Love" Bersaing Ketat dengan "The Expendables". Dikutip dari https://lifestyle.kompas.com/read/2010/08/13/15444374/quoteat.pray.lovequot.bersaing.ketat.dengan.quotthe.expendablesquot
Tirto.id (2020). Sinopsis Eat Pray Love di Netflix: Cerita Perjalanan ke Tiga Negara. Diakses dari https://tirto.id/sinopsis-eat-pray-love-di-netflix-cerita-perjalanan-ke-tiga-negara-f62x#google_vignette