Belajar Nilai Kejujuran dari Pedagang Kerupuk Tunanetra

Hani Adhani
PhD Candidate, Faculty of Law, International Islamic University Malaysia (IIUM) - Alumni The Hague University. Alumni FH UI dan FH UMY.
Konten dari Pengguna
20 September 2020 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hani Adhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah badai pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia yang dimulai sekitar bulan Maret 2020, banyak masyarakat yang terkena PHK, para pedagang yang tidak bisa jualan karena sedikit masyarakat yang membeli sehingga hal tersebut berdampak pada ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, tetap saja kita sebagai manusia harus berikhtiar mencari uang untuk mencukupi kebutuhan pokok khususnya makan dan minum.
Di salah satu sudut Kota Bekasi, tepatnya di sekita Komplek Perumahan Kemang Pratama, banyak para pedagang kaki lima yang tetap berupaya untuk berjualan meski mungkin pendapatan hasil jualan mereka tidak bisa seperti saat sebelum terjadinya pandemi.
Salah satu pedagang yang cukup konsisten berjualan di Komplek Perumahan Kemang Pratama Kota Bekasi tersebut adalah penjual kerupuk yang bernama Bapak HA. Usia Bapak HA, mungkin sekitar 50 tahun lebih dan beliau berjualan Kerupuk Ikan Tenggiri. Salah satu makanan tambahan favorit keluarga Indonesia yang selalu menjadi menu utama saat menyantap dengan makanan pokok yakni nasi.
ADVERTISEMENT
Bapak HA ini, terbilang sudah cukup lama berjualan kerupuk di sekitar Komplek Perumahan Kemang Pratama Bekasi. Terkadang beliau jualan di sekitar depan pintu gerbang Sekolah Al Azhar Kemang Pratama, kadang juga beliau berdagang di depan Alfamart Kemang Pratama dan terkadang pula beliau jualan di depan sebuah Bank dan malah sering juga jualan di trotoar pinggir jalan Komplek Perumahan Kemang Pratama. Kerupuk yang beliau jual juga terbilang kerupuk yang langka dan enak. Salah satunya adalah Kerupuk Ikan Tenggiri yang terkenal sangat enak apabila disantap bersama nasi dan lauk khas Indonesia.
Sekilas memang tidak ada yang luar biasa dari sosok Bapak HA penjual kerupuk ini. Beliau memakai topi warna hitam, baju koko, celana katun coklat dan tidak lupa masker kain warna merah sebagai ikhtiar memutus rantai virus corona. Kerupuk yang dibawa Bapak HA dimasukan ke dalam kantong plastik warna merah ukuran besar. Setidaknya ada dua kantong plastik wara merah yang selalu beliau bawa yang cukup untuk membawa 10 s.d 13 kantong Kerupuk Ikan Tenggiri.
ADVERTISEMENT
Namun, yang cukup mengagetkan adalah ternyata Bapak HA selalu membawa tongkat panjang berbahan alumunium dengan pegangan warna hitam dengan ukuran panjang sekitar 1 meter. Ternyata Bapak HA adalah penyandang Tunanetra. Tongkat tersebut adalah alat bantu beliau saat berjalan menyusuri Komplek Perumahan Kemang Pratama Bekasi.
Bapak HA Penjual Kerupuk Ikan Tenggiri
Kejujuran Bapak HA
Meski Bapak HA adalah penyandang Tunanetra (buta), namun semangat untuk berdagang yang dimilikinya sangat luar biasa. Saat sebelum pandemi biasanya tempat favorit pangkalan beliau adalah di depan gerbang Sekolah Al Azhar karena disana banyak ibu-ibu yang mengantar anaknya sekolah dan pastinya sangat tertarik dengan Kerupuk Tenggiri Bapak HA yang memang cukup enak.
Kini ditengah pandemi corona, saat semua sekolah di tutup maka tempat jualan Bapak HA selalu berpindah-pindah tempat. Terkadang beliau mangkal di depan mini market dan juga bank serta terkadang di pinggir jalan.
ADVERTISEMENT
Seperti di minggu pagi ini, beliau jualan di depan minimarket Alfamart Kemang Pratama dan berdampingan dengan Pedagang Lontong Sayur. Kantong plastik warna merah yang berisi kerupuk masih terisi penuh, namun sudah terlihat pembeli mendatangai Bapak HA dan sepertinya pembeli yang mendatangani bapak HA cukup familiar dengan bapak HA. Hal tersebut terlihat dari gestur dan cara Bapak HA berdialog yang sesekali diselingi dengan senyuman ramah yang khas.
Namun yang cukup mengagetkan adalah saat pembeli datang membeli kerupuk, uang yang diberikan oleh pembeli ke Bapak HA tidak langsung dimasukan ke dalam kantong atau saku tapi dilihat dengan seksama dan malah terlihat bapak HA mengeluarkan uang kertas lain dari dalam sakunya dan membuka seluruh jari tangannya sehingga semua uang kertas terlihat. Lalu pembeli tersebut mengambali beberapa uang kertas dari tangan Bapak HA.
ADVERTISEMENT
Inilah momen transaksi yang luar biasa yang jarang terjadi, oleh karena Bapak HA tunanetra, maka beliau tidak memilik kemampuan untuk melihat berapa jumlah uang yang diberikan kepada Bapak HA oleh setiap pembeli. Selain itu, pada saat akan mengembalikan uang kembalian dari pembeli yang membeli kerupuknya, maka Bapak HA secara otomatis akan mengeluarkan semua uang yang ada dalam sakunya dan meminta kepada pembeli untuk mengambil uang kembaliannya langsung dari tangannya.
Tentunya proses transaksinya tersebut terjadi dalam hitungan menit dan kita dapat melihat bagaimana Bapak HA tidak pernah ragu untuk mengeluarkan uangnya dan meminta kepada pembeli untuk mengambil uang kembaliannya. Sementara Bapak HA tidak ditemani oleh asisten ataupun pembantu. Beliau hanya ditemani plastik warna merah dan tongkat saat berjualan kerupuk.
ADVERTISEMENT
Kita bisa melihat bahwa transaksi yang terjadi antara Bapak HA dengan pembeli diibaratkan sebagai sebuah “transaksi kejujuran” oleh karena bisa saja kita sebagai pembeli kerupuk berbohong kepada Bapak HA bahwa uang yang diserahkan adalah bernilai besar, lalu kita sebagai pembeli mengambil kembalian yang mungkin jumlahnya justru lebih besar dari uang yang diserahkan ke Bapak HA.
Uang Yang Ramah untuk Penyandang Tunanetra
Dengan melihat kondisi Bapak HA yang tunanetra, agak sulit bagi Bapak HA untuk dengan mudah meraba jumlah nilai uang yang diberikan oleh pembeli kepadanya karena uang yang dikeluarkan pemerintah kita saat ini memang tidak memiliki tanda khusus yang memudahkan bagi penyandang tunanetra untuk meraba dan menentukan berapa jumlah uang yang ada dalam genggamannya.
ADVERTISEMENT
Meskipun dalam uang rupiah saat ini, ada tanda garis, namun tanda tersebut tidak mudah diraba seperti halnya huruf braille. Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi Bank Indonesia dan juga pemerintah tentang bagaimana agar uang yang ada saat ini, baik uang kertas ataupun koin bisa dengan mudah dikenali oleh teman-teman tunanetra. Sepertu halnya yang sudah dilakukan di Eropa dan juga di India yang telah mengeluarkan uang yang ramah bagi para penyandang tuna netra sehingga teman-teman kita para penyandang tunanetra bisa dengan mudah bertransaksi dengan menggunakan uang kertas ataupun uang koin.
Di India misalnya, Pemerintah India telah mengeluarkan aplikasi khusus yang berbentuk app yang bisa digunakan oleh penyandang tunanetra untuk mengenali uang hanya dengan jumlah getaran yang dihasilkan dari handphone sesuai dengan jumlah nilai uang. Mungkin aplikasi tersebut mirip dengan aplikasi pengisian E-Money yang juga menimbulkan getaran saat kita mengisi E-Money melalui handphone kita.
ADVERTISEMENT
Saling Membantu dan Gotong-Royong
Tentunya semangat dan kejujuran Bapak HA yang tunanetra namun tetap bersemangat berjualan kerupuk patut kita apresiasi dan kita teladani.
Di tengah ekonomi yang sulit karena adanya pandemi corona, Bapak HA dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna (tunanetra), namun tidak menjadi peminta-minta dan tetap semangat berjualan kerupuk dengan semangat dan penuh kejujuran.
Semoga cerita Bapak HA ini menginspirasi kita untuk juga terus bersemangat saling membantu, gotong royong dengan sesama dengan tetap menjaga nilai kejujuran saat kita mencari rezeki agar pandemi ini bisa kita lalui bersama dengan senyuman kebahagian.
*****