Membumikan Hubungan Indonesia dan Malaysia

Hani Adhani
PhD Candidate, Faculty of Law, International Islamic University Malaysia (IIUM) - Alumni The Hague University. Alumni FH UI dan FH UMY.
Konten dari Pengguna
3 Desember 2018 13:06 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hani Adhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Membumikan Hubungan Indonesia dan Malaysia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Foto: Perayaan Hari Ulang Tahun PKPMI ke 50 di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta yang dihadiri oleh para tokoh kedua negara.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah pembentukan negara Indonesia dan Malaysia ada satu hal yang sejak awal selalu kita ingat dan selalu didengungkan, yakni bahwa kita merupakan bagian dari wilayah yang bernama “Nusantara”.
Nusantara adalah nama yang digunakan pada masa lampau bagi kepulauan Indonesia di zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Wilayah Nusantara mencakup negara Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Berdasarkan catatan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), selama abad ke-16 dan ke-17, kerajaan-kerajaan seperti Mataram, Aceh, Melaka, Makassar, Banten, bertumbuh-kembang dan berjatuhan.
Selama kurun waktu itu, bahasa Melayu tampil sebagai bahasa terpenting untuk aktivitas perdagangan dan keagamaan (Islam). Kesultananan Melaka abad ke-16 merupakan contoh pertama sebuah kerajaan yang berkebudayaan dan berbahasa Melayu di kurun waktu awal modern itu.
ADVERTISEMENT
Nusantara dan bahasa Melayu menjadi salah satu faktor yang menjadikan Malaysia dan Indonesia seperti layaknya adik dan kakak yang satu sama lain saling mengisi, berdekatan, dan selalu saling membantu.
Peran Mahasiswa sebagai agent of change
Mei 1998. (Foto: Muhammad Firman Hidayatullah)
zoom-in-whitePerbesar
Mei 1998. (Foto: Muhammad Firman Hidayatullah)
Mahasiswa sebagai agent of change tentunya selalu berada di garda terdepan dalam upaya untuk selalu memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negaranya. Hal tersebut disebabkan karena mahasiswa sebagai generasi muda selalu berupaya meluruskan segala hal yang negatif untuk kembali diarahkan ke jalur yang baik dan positif.
Sebagai contoh yang paling mudah kita ingat di Indonesia adalah peristiwa reformasi tahun 1998 di mana saat itu mahasiswa bersatu untuk melawan tirani kekuatan kekuasaan yang telah menggurita sehingga menyebabkan kehancuran bangsa.
ADVERTISEMENT
Meski saat itu mahasiswi berada d bawah tekanan dan juga ancaman yang serius, namun hal tersebut tidak meruntuhkan semangat para generasi muda untuk tetap menyuarakan adanya perubahan, hingga akhirnya mimpi tersebut dapat tercapai.
Kegigihan dan kekuatan para pemuda dan mahasiswa Indonesia dalam upaya untuk membantu rakyat dan Bangsa Indonesia pastinya akan terus terbawa dari generasi ke generasi berikutnya.
Jiwa patrotisme dan semangat kebangsaan demi rakyat bukan hanya akan terus menggelora, akan tetapi juga terus dipupuk agar mahasiswa dan pemuda sebagai agen of change selalu berada dalam jalur yang benar sesuai cita-cita dan semangat konstitusi Indonesia.
Perjuangan para pemuda dan mahasiswa untuk membantu bangsa dan rakyatnya bukan hanya terjadi di Indonesia, akan tetapi juga terjadi di Malaysia. Pemuda dan mahasiswa di Malaysia juga menjadi tokoh utama dalam upaya menjadikan bangsa Malaysia menjadi bangsa yang maju.
ADVERTISEMENT
Sejak dikumandangkannya kemerdekaan Negara Malaysia pada 1957, pemuda dan mahasiswa juga menjadi aktor utama dalam upaya menjadikan Malaysia sebagai negara yang maju dan bermartabat.
Para tokoh seperti Mahatir Mohamad dan Anwar Ibrahim adalah tokoh muda pada zamannya yang memiliki peranan penting dalam upaya memajukan Negara Malaysia. Hasilnya bisa kita lihat saat ini di mana Malaysia bukan hanya maju secara infrastruktur akan tetapi juga memiliki karakter kebangsaan yang kuat sebagaimana cita-cita yang dicantumkan dalam Konstitusi Federal Malaysia.
Kerjasama Pendidikan Indonesia-Malaysia
Bendera Indonesia dan Malaysia. (Foto: Flickr/Everyone Sinks Starco & Dok. freegreatpicture)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Indonesia dan Malaysia. (Foto: Flickr/Everyone Sinks Starco & Dok. freegreatpicture)
Pasca-Negara Malaysia mendeklarasikan kemerdekaanya pada tanggal 31 Agustus 1957, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia warga negaranya, pemerintah Malaysia berupaya secara serius untuk fokus membesarkan pendidikan terlebih dahulu dengan cara menyekolahkan para gurunya untuk belajar ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mungkin kita pernah mendengar pada periode dekade tahun 70 dan 80-an banyak guru-guru Indonesia yang diminta mengajar di Malaysia, mulai dari guru SD, SMP, sampai SMA.
Sementara anak-anak muda yang baru lulus sekolah menengah atas dan guru-guru muda Malaysia disekolahkan dan kuliah di beberapa universitas di Indonesia. Program ini dilakukan oleh Malaysia pada periode era tahun 70 dan 80-an.
Pemberitaan Kompas pada 1971 memberitakan bahwa Indonesia memberangkatkan 48 guru berijazah sarjana untuk mengajar di Malaysia. Pengiriman guru sekolah menengah ini untuk meningkatkan mutu sekolah menengah di Malaysia yang menggunakan pengantar bahasa Melayu. Tahun 1968 dikirim 44 guru dan pada 1970 sebanyak 100 guru.
Selain itu, mungkin kita juga banyak mendengar dari para orang tua bahwa banyak pelajar dari Malaysia di era tahun 80-an yang belajar di IKIP atau terkenal juga dengan istilah sekolah calon guru.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut adalah bagian dari upaya Malaysia untuk mengejar ketertinggalnnya di mana kebijakan yang dibangun adalah dengan melakukan percepatan pendidikan khususnya untuk para guru.
Kini fakta yang terjadi adalah sebaliknya. Indonesia saat ini justru banyak belajar ke Malaysia. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia mulai strata 1 (Bachelor Degree) sampai dengan program Doktor.
Menurut data dari kedutaan besar Malaysia di Jakarta, setidaknya ada 11.000 mahasiswa asal Indonesia yang sedang belajar di Malaysia, sedangkan mahasiswa Malaysia yang sedang belajar di Indonesia ada sekitar 4.500 orang.
Pemerintah Malaysia setiap tahunnya memberikan 5.000 beasiswa kepada para mahasiswa asal Indonesia yang sedang studi di Malaysia, baik untuk S-1, S-2, ataupun S-3. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di Malaysia.
ADVERTISEMENT
Jumlah mahasiswa yang kuliah dan belajar di kedua negara tersebut menjadi salah satu faktor perekat antara lndonesia dan Malaysia. Pada saat situasi sulit ketika ada konflik antara Indonesia dan Malaysia yang terjadi secara tidak sengaja, maka para mahasiswa yang sedang belajar tersebut menjadi kunci untuk menenangkan masyarakat di kedua negara.
Peran PKPMI dan PPI Malaysia
Joko Widodo Bertemu WNI di Serawak, Malaysia (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Widodo Bertemu WNI di Serawak, Malaysia (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
Salah satu organisasi yang cukup dikenal yang menaungi para mahasiswa yang sedang belajar di Malaysia dan Indonesia adalah Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) dan Persatuan Pelajar Indonesi-Malaysia (PPIM).
PKPMI yang saat ini sudah berusia 50 tahun menjadi salah satu organisasi mahasiswa Malaysia yang berada di luar negeri yang tertua. Begitupun dengan PPI Malaysia yang pada 8 Desember 2018 akan menyelenggarakan kongres ke-20 di Johor Malaysia juga menjadi salah satu organisasi mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri yang juga tertua. Hubungan baik antara kedua organisasi mahasiswa PKPMI dan PPI Malaysia ternyata sudah terbentuk dan terbina cukup lama.
ADVERTISEMENT
Banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh kedua organisasi tersebut yang notabene bertujuan untuk membumikan hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia. Seminar, konferensi dan kegiatan ilmiah dengan tema yang membangkitkan semangat persaudaraan antara Indonesia dan Malaysia selalu diselenggarakan oleh kedua organisasi tersebut dengan menghadirkan para tokoh dan pejabat di antara kedua negara.
Tentunya semua kegiatan yang diselenggarakan oleh PKPMI dan PPI Malaysia tersebut selalu di-backup oleh pemerintah kedua negara melalui KBRI Indonesia yang berada di Kuala Lumpur dan Embassy Malaysia yang berada di Jakarta.
Hubungan baik antara kedua organisasi tersebut terus dibina dan dipupuk secara kontinyu sehingga meskipun kepengurusan organisasi PKPMI dan PPI Malaysia berganti setiap tahun, namun kerjasama dan hubungan emosional tetap terjaga dan terpelihara.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya jangan heran apabila ada isu ataupun letupan kecil yang akan membuat retaknya hubungan Indonesia dan Malaysia, maka PKPMI dan PPI Malaysia akan berada di garda terdepan untuk menenangkan masyarakat dan membuat suasana kedua negara menjadi tenang kembali.
Tentunya kita berharap agar kerjasama dan hubungan baik antara kedua organisasi mahasiswa tersebut dapat juga ditiru oleh organisasi mahasiswa di negara lainnya. Selamat ulang tahun PKPMI yang ke-50 dan selamat berkongres ke-20 untuk PPI Malaysia.
*) Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum, International Islamic University Malaysia (IIUM). Wakil Koordinator Bidang Hukum dan Advokasi PPI Malaysia. Bekerja di Mahkamah Konstitusi.