Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Against Modern Football
9 September 2017 21:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Hani Hariyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
oSering kita dengar istilah “Against Modern Football”, seiring dengan kemajuan sepak bola khususnya di tatar Nusantara, istilah tersebut menjadi sebuah slogan bagi pencinta sepak bola. Makna di balik kata “Against Modern Football” adalah melawan segala bentuk perubahan keabsahan tentang club itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Seperti contoh Tim AUSTRIA SALZBURG yang sekarang telah berganti nama menjadi RED BULL SALZBURG dimana orang-orang kaya membeli tim itu lalu mengubah segalanya.
Mulai dari nama, hingga warna identitas tim, bahkan supporter, mereka tidak diperkenankan memakai jersey lama dari AUSTRIA SALZBURG. Sepak bola modern telah melupakan masa lalu. Bahkan, sejarah tim dan tradisi dari tim itu sendiri.
Aspirasi dari supporter dan fans tidak dimasukkan sebagi pertimbangan untuk memutuskan sebuah keputusan dalam sepak bola modern. Dan kini, semata - mata supporter hanyalah sumber keuangan yang terus diperas guna mengalirkan keuntungan, sebagai contoh, mereka diperas dengan menjual tiket dengan harga yang tinggi. Tak ada yang peduli ketika perlahan para fans pergi.
ADVERTISEMENT
Sepakbola modern ini justru mengubah identitas, tradisi dan budaya yang sejatinya harus kita pertahankan. Karena sepakbola harus bersih dari segala kepentingan perorangan atau kelompok seperti, politik, kekuasaan, pencitraan, dsb.
Sebuah tim sepak bola harus benar-benar bersih dari urusan dan kepentingan seperti slogan yang sering kita lihat yaitu “My Game Is Fair Play”, artinya harus sportif, respect satu sama lain dan tidak kontroversial.
Maka dari itu salah satu kutipan dari Sang Legenda PERSIB BANDUNG yaitu Adjat Sudrajat mengatakan, “1 untuk 11. Artinya manakala ada 1 pemain merasakan sakit maka semua harus merasakan. Maen jeun geutihna ulah sieun! Lamun perlu,kudu wani jeung Gelutna!”. Apa kutipan Adjat itu salah? Atau terlalu frontal? Tentu tidak, kenapa? Karena HARGA DIRI !
ADVERTISEMENT
Iman Rahmat (Pecinta Sepakbola Indonesia)
Read more at https://kumparan.com/#UHPLKjmZkYDiHC88.99