Konten dari Pengguna

Menalar Narasi Hitam Konflik Melalui Alur "As Long as the Lemon Trees Grow"

Haniah Nurul Izza
Saat ini sedang menghadapi semester 5 yang Maha Sibuk di Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret.
4 November 2023 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haniah Nurul Izza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Gambar oleh NoName_13 dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Gambar oleh NoName_13 dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Buku garapan Zoulfa Khatouh yang sempat menjadi buah bibir di TikTok menjadi gambaran betapa kejamnya perang. Terbit pada tahun 2022 dengan tajuk As Long as the Lemon Trees Grow ceritakan kisah Salama, seorang gadis berusia delapan belas tahun yang menjadi dokter bedah karena terkungkung keadaan.
ADVERTISEMENT
Perang revolusi Suriah pada tahun 2011 silam merupakan setting yang diambil oleh si penulis. Di tengah geliat masyarakat Suriah yang menginginkan perubahan, Salama salah satu yang merasakan kepahitan dan kelamnya hidup di bawah pemerintahan diktator. Ia telah kehilangan orang tua dan Hamza, kakaknya.
Perjalanannya Salama yang penuh kejutan bermula ketika ia harus menjaga Layla, kakak iparnya yang sedang hamil besar. Kemudian, sosok Khawf turut hadir mendesak Salama untuk pergi dari neraka itu menuju ke tanah Eropa terutama Jerman untuk mengungsi. Jarak antara hidup dan mati terpaut hanya sejengkal. Tokoh heroik Kenan datang layaknya pangeran negeri dongeng, ia memiliki semangat juang yang luar biasa untuk negerinya. Kenan memberikan secercah harapan bagi kehidupan Salama. Dengan mata hijaunya, Kenan mampu menenangkan gundah di hidup Salama.
ADVERTISEMENT
Tokoh Salama mengeja seluruh trauma dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat membumihanguskan mimpi dan tanah kelahirannya. Dengan berat hati, ia akhirnya ingin melarikan diri dari negerinya. Namun, rintangan-rintangan baru menghadang Salama dalam mengejar setitik cahaya harapan itu.
Zoulfa dinilai berhasil membawa pembaca turut menghirup suasana kelabu dan mencekam di sepanjang alur cerita. Dengan lincah, plot demi plot mengalir. Zoulfa cukup cerdik dalam memberi kejutan di pertengahan–akhir cerita yang membuat buku ini tidak monoton. Setebal 477 halaman namun herannya tidak ada rasa jenuh dalam mengeja setiap larik kisah Salama.
Zoulfa menyajikan narasi dengan apik yang mampu menjadi representasi korban perang saat itu. Meskipun bergenre historical fiction, namun setiap adegan yang digambarkan serasa nyata. Satu kelemahan dari buku garapan Zoulfa ini adalah terdapat beberapa bagian yang membosankan bagi pembaca karena cenderung repetitif. Meskipun plot terasa padat, namun kekurangan ini bisa membuat pembaca berhenti di tengah jalan.
ADVERTISEMENT
Membaca buku ini selagi konflik Israel Palestina memanas bahkan meledak menjadi tamparan yang memilukan. Terdapat beberapa irisan kisah yang sama antara konflik Suriah dalam buku ini dengan konflik yang menimpa Palestina. Dua minggu setelah penulis membaca buku ini, isu-isu peperangan antara zionis Israel dan Palestina menyeruak ke permukaan.
Saya menganggap Zoulfa bak cenayang. Bagaimana tidak, di dalam buku dikisahkan Salama bekerja di rumah sakit yang merawat korban perang revolusi Suriah. Sedangkan saat ini, Rumah sakit di Palestina diledakkan dengan bengis oleh Israel.
Ada perasaan pilu tatkala saya membaca buku ini. Anak-anak, para perempuan menjadi sasaran empuk bagi keegoisan dan nalar hewan para zionis. Buku ini adalah satir. Buku ini adalah corong korban dalam berteriak kepada dunia. Namun, seolah buta dan tuli, dunia hanya menatap mereka mati perlahan.
ADVERTISEMENT
As Long as the Lemon Trees Grow layak dikonsumsi sebagai pemecah nalar dan bagaimana bersikap layaknya manusia. Kesuksesan Zoulfa dalam mengangkat isu sensitif ini diterima banyak kalangan. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam 21 bahasa yang mana menjadi bukti bahwa masih banyak manusia yang tertarik untuk melesatarikan sifat kemanusiaanya.
Dalam debutnya ini, Zoulfa memperoleh banyak perhatian. Tagar yang sempat mewarnai trending TikTok beberapa bulan silam membuktikan bahwa Zoulfa sukses dalam menempatkan kisah Salama dalam bukunya. Prestasi yang diraihnya pun menjadi salah satu nominasi dalam Shortlisted Book of the Year Discover di The British Book Awards 2023. Buku ini mengisahkan tentang perjuangan, cinta, kesabaran, dan harapan. Saya menyantap buku ini hanya sekitar dua hari saja. Dengan banyak kutipan indah dan kisah romantis Salama dan Kenan menjadi penyejuk di tengah alur yang pekat, kelam, dan menyesakkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, tidak ada yang bisa saya lakukan untuk membela saudara kami di Palestina selain dengan menyuarakan melalui tulisan kecil ini. Zoulfa adalah salah satu puan hebat yang berani bersuara dan berteriak untuk para korban kebengisan itu. Perdebatan yang tiada habisnya hanya akan membiarkan mereka sekarat dan mati perlahan.
Keadilan dan kemanusiaan menjadi barang langka saat ini. Miris dan memalukan! Bayi-bayi dihabisi, perempuan dinodai, anak-anak direnggut, kepala keluarga dipenggal. Apakah dengan semua hal itu, kejayaan akan datang? Tidak! Mahkota para bengis itu berbau darah. Mereka bersifat layaknya hewan. Lebih rendah dari hewan. Bagaimana bisa manusia melumat sesamanya?
Tiada yang lebih indah daripada terbang bebas layaknya burung. Setiap manusia punya hak untuk hidup. Semua manusia berhak bermimpi. Masih adakah harapan untuk bersama merangkai dunia yang lebih baik? Atau rasa kemanusiaan telah terkubur hidup-hidup dan hanya tinggal narasi formalitas?
ADVERTISEMENT
As Long as Lemon Trees Grow hadir menjadi penjernih nalar dan rasa kemanusiaan bagi sesiapa yang mengejanya. Namun, otak-otak kriminil dan otak hewan mana mampu mengeja barang satu huruf saja? Narasi-narasi yang Zoulfa munculkan di dalam bukunya ini menjadi pencerah rasa kemanusiaan pembaca. Sebagai Epilog, Zoulfa menutup menggunakan kutipan yang luar biasa indah. “... selama pohon lemon masih tumbuh, harapan tidak akan pernah mati.”