Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Keindahan Arsitektur De Javasche Bank Surabaya
17 November 2024 14:55 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Haniya Meisya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah pernah kalian berfikir,
selama kota Surabaya dijajah oleh kolonial dulu, mata uang apa yang dipakai untuk melakukan jual beli?, apakah uang dolar penjajah? atau masih menggunakan sistem barter?. Tidak akan pernah kota Surabaya mengecewakan para pecinta sejarah dan budaya-budaya lawas, karna di kota ini semua masih tersimpan dan tertata apik. Begitu juga kenangan masa kolonial yang ditinggalkan oleh mereka, dapat menjawab pertanyaan pertanyaan kecil kalian tentang masa lalu sejarah kota ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh nya yaitu Museum De Javasche Bank yang masih berdiri kokoh di kota Surabaya, dan masih memberikan energi yang akan membawa pengunjungnya kedalam kisah masa kolonial pejuang sebelum era kemerdekaan.
Kenapa begitu?, Karena De Javasche memiliki bukti berbentuk wujud asli yang bisa di lihat dan di sentuh, dengan mesin-mesin jadul nya, beserta kenangan foto foto, juga terdapat buku yang membahas tentang sejarah dari museum ini yaitu karya Erwin Kusuma yang berjudul "Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia : Fragmen Sejarah Bank Sentral di Indonesia".
Ketika melakukan kunjungan ke De Javasche bank, selama perjalanan kalian sudah bisa merasakan bekas-bekas zaman kolonial dulu, dilihat dari bangunan pertokoan, rumah rumah-rumah lawas, di setiap sudut nya pasti tersampaikan. Komplek dari lokasi Museum De Javasche Bank ini dikenal sebagai Old Town nya Surabaya, yang mana kanan kiri sebrangnya pun masih terdapat kantor kantor bekas kolonial, salah satunya kantor PTPN XI. Bisa dibilang kota Surabaya ini adalah kota dengan banyak cerita.
ADVERTISEMENT
Kunjungan di De Janasche Bank Surabaya
De Javasche Bank di Surabaya ini sudah menjadi tempat umum, yang bisa dikunjungi kapan saja dan tidak memerlukan surat izin kunjungan. Pada lobby depan hanya akan menulis nama, dan data diri singkat lainnya, setelah itu tanpa adanya harga tiket kalian bisa langsung masuk ke dalam De Javasche Bank. Tidak banyak staf, dan juga tour guide yang bisa menemani kalian selama berkunjung, kebanyakan hanya akan diberikan arahan pintu masuk dan kalian akan mengeksplor museum itu secara individu. Pertama kali yang akan kalian lihat ketika masuk ke dalam nya adalah, kumpulan mesin mesin kuno yang sangat menarik perhatian.
Bisa dibayangkan kan? warna, bentuk, wangi, material dari barang peninggalan memanglah khas. Terdapat Mesin kliring otomatis yang digunakan Bank Indonesia Surabaya pada tahun 1980 an, yang masih tersimpan dengan baik, bersandingan dengan mesin komputer yang umurnya sama tuanya. Di Sekitarnya terdapat beberapa rak tinggi yang berisikan piala, piagam, perhargaan, yang didapatkan oleh gedung ini, ada juga kumpulan foto-foto lawas yang di susun rapi bersama dengan partisinya, dalam foto itu sangat menggambarkan situasi dan terlihat sangat nyata bersama dengan style orang orang zaman kala itu.
Lantai 1 Gedung De Javasche Bank Surabaya
ADVERTISEMENT
Baru menjalar di lantai 1 saja sangat menyenangkan rasanya berkunjung di museum ini, dengan suhu yang sejuk karena memang suhu lapangan Surabaya yang bisa dibilang panas dan terik, membuat kesejukan di dalam museum terasa sangat nyaman. Menurut saya, lantai satu pada museum ini tidak begitu besar, hanya sepetak jadi tidak begitu banyak juga yang dapat diletakkan di dalamnya. FIY, kembali pada lobby depan pendaftaran, ketika ingin masuk kedalam yang harus menyertakan instansi dan ternyata kedua penjaga lobby itu mengenal jurusan beserta dosen di kampus saya, terasa sangat akrab sekali ketika itu, karena bisa disambut dengan baik.
Lantai 2 Gedung De Javasche Bank Surabaya
Puas Mengeksplor lantai 1 dengan segala per-mesinan tuanya, naik ke lantai 2 yang anak tangganya bisa dibilang tidak terlalu banyak, jadi bisa disimpulkan ketinggian dari gedung museum ini tidak terlalu tinggi pada setiap lantainya. Pada lantai 2 ini adalah ruangan yang dulunya menjadi bekas pusat pelayanan nasabah. Ketika naik dan sampai pada anak tangga terakhir yang pertama kali mencuri perhatian pengunjung adalah luas dari ruangan nya yang sangat lebar, yang biasanya menjadi tempat utama/aula jika acara pada gedung ini, di setiap sudutnya terdapat catatan sejarah yang tertempel dan juga foto foto yang diletakkan di partisi di pamerkan menjadi penghias sudut tembok pada lantai ini.
ADVERTISEMENT
Terdapat satu hal lagi yang sangat menarik perhatian dan membuat pengunjung semakin ingin mendekat ke tengah tengah ruangan luas tersebut yaitu kaca patri yang menjadi atap dari museum De Javasche Bank ini. Begitu indah dan perpaduan warna dari setiap kacanya yang membuat teringat oleh jendela lebar milik gereja gereja lawas. Dapat dilihat secara langsung keindahan dari kaca patri, dari detail motif dan juga keteranganya.
Selain keindahan mewah yang ditampilkan dari pemasangan kaca patri, ia juga memiliki fungsi jangka panjang bagi infrastruktur dari bangunan museum, dia dapat menyalurkan dan memberi pencahayaan maximal keseluruh bagian bangunan tanpa adanya bantuan listrik. Satu deret dari kaca patri ini, terdapat rangkaian hiasan langit langit seperti lampu gantung yang berjejer. Pintu Putar dari baja juga membuat saya terfokuskan, mulai dari bentuknya, strukturnya, dan juga kekokohan nya masih membuat saya takjub, dari artikel artikel online yang pernah saya baca fungsi dari pintu ini memang jalan utama keluar masuknya nasabah, yang mana dengan di buatnya dengan tujuan sehingga antar nasabah itu tidak dapat bertemu satu sama lain, sangat menarik bukan futuristik dari bangunan rancangan Belanda memang sangat memikirkan kenyamanan juga jangka panjang.
Pada satu lantai yang sama terdapat 10 bilik bilik yang terbuat dari kayu dan juga kawat baja, disini bisa terbayangkan bagaimana proses transaksi/pelayanan dari bank ini, semua dilakukan masih secara manual, mulai dari pembatas dari teller dan juga nasabah yang mana terdapat pintu kecil sebagai pembatasnya, ketika saya memasuki bilik itu dan mencoba menggerakan pintu kecilnya masih berjalan dengan baik, dan juga terdapat pintu berukuran besar pada setiap biliknya yang dapat ditutup secara individu nasabah ketika melakukan transaksi. Ketika diperhatikan kayu-kayu yang menjadi penyangga bilik ini masih terlihat sangat baik terawat, meski sudah berpuluh puluh tahun umurnya, sudah saya coba untuk membuka dan menutupkan masih terasa sangat halus dan juga tidak bersuara pada engselnya.
Jendela pada bangunan museum ini juga dibentuk sangat tinggi dan berukuran besar dengan jumlah yang banyak. Kemungkinan dari fungsi jendela jendela ini adalah untuk sirkulasi udara pada dalam gedung, dikarenakan suhu tropis yang dimiliki kota Surabaya membuat nya harus terjadi proses pergantian udara yang masuk dan keluar secara terus menerus, ketika berada di dalam gedung museum pun tidak terasa hawa panas. Melalui jendela jendela ini juga menyumbang cahaya matahari yang masuk, maka dari itu ketika berada di dalam gedung museum ini terasa terang meskipun tanpa adanya bantuan dari lampu atau listrik sedikitpun.
Dekat dengan jendela terdapat 4 lemari kaca yang tinggi nya kira-kira hanya 130 cm, di dalam lemari kaca itu benar benar di fungsikan sebagai media penutup barang yang ada di dalamnya, sehingga bisa dilihat 360 derajat. lemari pertama bisa dilihat pada gambar, ia berisi buku yang sengaja di buka tepat pada gambar uang, kurang dijelaskan maksud dari itu apa?, akan tetapi lemari ini berdekatan dengan lemari lain yang menunjukan buku juga tetapi menunjukan foto dari Presiden De Javasche Bank, ia adalah pemimpin De Javasche Bank. pada lemari kaca ke 3 dan 4 merupakan miniatur dari bangunan museum De Javasche Bank sebelum dan sesudah di renovasi, terlihat detail dari bangunannya, serta susunan dari jalan luar bangunan.
Kesan & Saran
ADVERTISEMENT
Jujur pada saat kunjungan pada museum De Javansche Bank ini saya tidak memiliki waktu luang yang banyak, sehingga saya merasa kurang puas dalam eksplorasinya. Jadi pada saat detik-detik terakhir saya terfokuskan pada tangga pada lantai 2 ini, saya kira memang lantai 2 ini adalah lantai tertinggi, akan tetapi itu salah, masih ada lantai ke 3 yang mana hal yang sangat membuat tertaik adalah karakteristik tangga itu sendiri. Berbentuk seperti tangga gantung, yang berada pada sudut ruangan lantai 2 ini, terbuat dari besi. Setelah saya research, Jadi memang bangunan Museum ini memiliki 3 lantai yang terdiri dari Ruang Koleksi Mata Uang Lama, Koleksi dari Ruang Konservasi, dan yang terakhir adalah Ruang Koleksi Harta Budaya.
ADVERTISEMENT
Jadi saran yang bisa saya bagikan kepada kalian yang ingin berkunjung, sebagi pengunjung dengan kepemilikan rasa ingin tau yang besar adalah luangkan se banyak mungkin waktu kalian jika ingin berkunjnung pada Museum ini, karna banyak sekali detail dari bangunan ini yang bisa dilihat, dibaca, dan dirasakan. Mungkin dengan waktu itu kalian bisa memanggil salah satu staff yang berjaga untuk lebih menjelaskan kepada kalian, karena pada saat saya berkunjung pun sedikit sekali staff yang terlihat berjaga pada Museum ini, jadi keinginan untuk mendekat bertanya pun terurungkan. Saran lain untuk pengunjung yaitu jam berkunjung nya jika memungkinan lebih pagi karena memang cuaca di kota Surabaya ini yang jika semakin siang itu terasa semakin panas pula, jadi meminimalisir kekurangan tenaga dalam mengeksplor karena terbakar matahari kota Surabaya.
ADVERTISEMENT
-Haniya Meisya.
De Javasche Bank
Alamat : Jl. Garuda No. 1, Surabaya
Jam Buka : Setiap Hari 08:00 - 16:00
Media Sosial : Instagram De Javasche Bank Surabaya