Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Malioboro Bagaikan Rumah Kedua: Lautan Manusia Menyambangi Yogyakarta
6 April 2025 11:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari hanifah novia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Malioboro merupakan suatu wilayah yang terletak di pusat Kota Yogyakarta, wisatawan menganggap bahwa Malioboro kerap dijuluki sebagai Jantung Yogyakarta yang tak pernah sepi dan tak pernah mati. Malioboro, dengan segala pesona dan keunikannya selalu berhasil memikat hati para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
ADVERTISEMENT
Di sepanjang jalan Malioboro, ribuan logat dan bahasa mudah didengar, ketika liburan lebaran telah tiba. Seperti terkena hipnotis, bahwa barangsiapa yang mengunjungi Malioboro sekali niscaya engkau akan mengunjunginya lagi.
Mengunjungi Yogyakarta tanpa mengunjungi Malioboro bagaikan sayur kurang garam, Malioboro merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi sebagai bentuk penyempurnaan agenda liburan yang dilakukan. Malioboro bukan hanya sekedar pusat perbelanjaan, lautan wisatawan memadati daerah Malioboro entah hanya jalan-jalan atau sekedar kulineran.
Dalam hiruk-pikuk yang cerah, kursi-kursi taman di sepanjang trotoar yang teduh dengan deretan pepohonan, menjadi tempat istirahat bagi para wisatawan dan menikmati suasana sekitar khas kawasan Malioboro. Keramaian wisatawan yang tampak memenuhi trotoar dan lalu lintas kendaraan di jalur utama yang tetap ramai, menciptakan suasana yang terus hidup seperti terik matahari yang terus menyinari.
ADVERTISEMENT
Di sisi jalan, bus Trans Jogja berlalu, mengantarkan penumpang yang ingin menjelajahi kota. Becak dan andong berjejer, menanti wisatawan yang ingin merasakan pengalaman khas berkeliling Malioboro dengan kendaraan tradisional sehingga menambah nuansa klasik yang masih melekat di tengah modernisasi kawasan ini.
Siang itu, suasana ramai terlihat dari arus kendaraan yang mengalir tanpa henti, sebuah motor dengan pengemudi ojek online melaju di antara deretan mobil yang berhenti sejenak di tengah padatnya lalu lintas. Sementara itu, pejalan kaki menikmati keindahan Malioboro, beberapa tampak duduk santai di bangku taman di bawah rindangnya pepohonan.
Deretan toko dan restoran yang berjejer di sepanjang jalan menawarkan berbagai pilihan bagi wisatawan. Mulai dari pusat oleh-oleh hingga tempat makan yang menyajikan kuliner khas Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Pedagang kaki lima masih menjadi daya tarik utama, menjual batik, pernak-pernik khas Jgja, hingga makanan tradisional seperti gudeg dan bakpia. Di Malioboro, setiap sudut menyimpan cerita, setiap langkah menghadirkan pengalaman baru dan suasana bahagia.
Aroma khas sate yang terbakar di atas bara api menggoda siapa pun yang melintas. Seorang pedagang sate tampak sibuk melayani pembeli, tusukan daging dipanggang di atas panggangan sederhana. Asap tipis membubung, membawa keharuman yang mengundang selera.
Pedagang menyerahkan sepiring sate yang telah dibumbui kepada seorang pelanggan. Di meja kecilnya, berbagai bahan tersusun rapi, tusukan sate mentah, bumbu kacang kental, serta kecap manis sebagai kunci utama olahan sate. Kursi-kursi kecil dari plastik disediakan untuk para pelanggan yang ingin menikmati sajian langsung di tempat.
Dalam satu porsi, dengan harga terjangkau hanya Rp20.000 pembeli disuguhi sate ayam yang telah dibakar sempurna dengan balutan bumbu kacang kental dan kecap manis yang meresap hingga serat daging. Ditambah potongan lontong yang lembut, perpaduan rasa gurih dan manis dari bumbu membuat setiap gigitan semakin nikmat.
ADVERTISEMENT
Dengan aroma bakaran yang khas, sate ini menjadi pilihan tepat bagi pecinta kuliner yang ingin menikmati makanan lezat tanpa menguras dompet. Menikmati sate di trotoar Malioboro bukan sekedar soal makanan, tetapi juga pengalaman.
Pembeli dapat menikmati langsung sate ayam yang ada di kawasan Malioboro. Sate ayam disajikan hanya menggunakan alas kertas bekas dan kertas minyak, hal tersebut menjadi ciri khas kuliner sate ayam di Malioboro.
Kuliner kaki lima seperti ini menjadi bukti bahwa makanan enak tak harus mahal. Dengan hanya Rp20.000, siapa pun bisa menikmati kelezatan sate khas Yogyakarta yang sederhana namun penuh cita rasa.