Dissociative Identity Disorder: Penyakit "Si Bermuka Dua"

Haniva Vianda Wijaksana
Seorang perempuan yang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Brawijaya jurusan Psikologi
Konten dari Pengguna
6 Desember 2022 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haniva Vianda Wijaksana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo edit by Haniva V. Wijaksana
zoom-in-whitePerbesar
Photo edit by Haniva V. Wijaksana
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Holla, friends! Kalian pernah dengar istilah muka dua? Kalau belum pernah, aku jelasin dikit deh. Muka dua merupakan sebutan untuk orang yang memiliki kepribadian yang berbeda di lingkungan berbeda. Nah, tahu gak sih kalau di psikologi ada juga mental issue yang bisa dikatakan konsepnya itu mirip, tetapi jelas sangat berbeda. Mental health issue itu adalah DID atau Dissociative Identity Disorder atau yang biasa disebut multiple personality disorder. Sebenarnya, apa sih DID itu?
ADVERTISEMENT
DID (Dissociative Identity Disorder) atau lebih dikenal dengan multiple personality disorder yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan kepribadian ganda. Dilansir dari DSM-5, Dissociative Identity Disorder, yang selanjutkan akan disebut sebagai DID, merupakan gangguan mental di mana individu memiliki tidak hanya satu kepribadian, tetapi dua atau bahkan lebih. Kepribadian asli seseorang disebut dengan 'host’ sementara kepribadian lainnya disebut dengan ‘alters.’ Eits, alter disini berbeda loh ya dengan kepribadian ketika menghadapi orang yang kita benci dengan orang yang kita sukai.
Memang bedanya seperti apa?
Nah, kalau bermuka dua itu kan kita hanya mengganti kepribadian kita, tetapi masih dengan individu yang sama. Hal ini tentunya berbeda dengan pengidap DID. Setiap alter tidak hanya memiliki kepribadian yang berbeda, tetapi juga identitas yang berbeda. Mereka memiliki namanya masing-masing, bahkan tiap alter memiliki cara berbicara ataupun umur yang berbeda. Cara mereka berperilaku juga sesuai dengan umur alter masing-masing. Seperti yang terlihat dalam video yang diunggah oleh channel YouTube bernama Anthony Padilla di mana ia mewawancarai pengidap DID. Salah satu pengidap DID tersebut beberapa kali melakukan switching, di mana adanya perubahan alter yang mengambil alih tubuh individu tersebut, yang pada video tersebut terdapat Kyle dan juga little yaitu alter dengan umur anak kecil.
ADVERTISEMENT
Oalah seperti itu toh. Lalu, apa sebenarnya penyebab DID itu?
DID sendiri biasanya disebabkan karena adanya trauma yang pernah terjadi sebelumnya. Seperti misalnya, kekerasan saat masa kecil, pelecehan seksual, ataupun bentuk parenting yang salah. Alter sendiri terbentuk karena adanya pengalaman buruk yang terjadi dan tidak dapat ditangani oleh host, sehingga hal tersebut akan diambil alih oleh alter yang mengakibatkan host tidak akan mengingat kejadian tersebut. Salah satu penelitian mengenai penyebab DID dilakukan oleh Baker (2010). Saat itu Baker menangani seorang pasien bernama Jackie yang mengalami trauma di masa kecil termasuk pelecehan seksual dan juga kekerasan. Akibat dari trauma tersebut, Jackie menciptakan alter ego yang dapat menangani peristiwa tersebut dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa peristiwa tersebut terjadi pada alter ego miliknya, bukan pada dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Selain adanya trauma, DID juga disebabkan oleh patofisiologi atau kelainan fungsi dari tubuh manusia. Salah satu contohnya adalah adanya perubahan pada bagian hippocampus dan orbitofrontal cortext, kemudian berkurangnya aliran darah dan kelainan fungsi pada orbitofrontal cortex. Kekurangan aliran darah pada bilateral orbitofrontal cortex yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan yang dapat menghasilkan perilaku yang impulsif.
Kalau begitu, berarti DID itu bersifat positif ya? Dia kan membantu host-nya agar tidak merasakan rasa sakit dari trauma sebelumnya?
Tidak juga. Ketika pengidap DID mengalami switching, mereka tidak akan mengingat apa yang mereka lakukan sebelumnya. Seperti yang diceritakan oleh The Redwoods (Padilla, 2020) ia memiliki teman pengidap DID yang mengalami switching di tengah mengendarai kendaraan sehingga kemudian ia melupakan destinasi awal dan kembali ke rumahnya. Namun, ketika switch kembali ke alter yang awal ia baru mengingat tujuannya mengendara. DID juga berbahaya ketika memiliki alter anak kecil karena meskipun dengan tubuh dewasa, mereka memiliki pikiran seperti anak kecil.
ADVERTISEMENT
Apakah pengidap DID mengalami gejala-gejala tertentu sebelum akhirnya dinyatakan mengidap DID?
Menurut DSM-5 , terdapat kriteria bagi seseorang individu sebelum dinyatakan mengidap DID. Pertama, apabila ia memiliki dua atau lebih kepribadian dengan cara berpikir dan cara bertindak terhadap lingkungan sekitar berbeda. Kedua, individu tersebut sering mengalami amnesia pada setiap waktu, tidak hanya di kejadian traumatik. Kemudian yang terakhir, ketika gejala-gejala yang dirasakan bukan efek samping dari zat-zat yang mempengaruhi fungsi tubuh, seperti misalnya seseorang yang bersikap agresif karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.
Lalu, apakah ada cara untuk mengobati DID?
Untuk saat ini belum ada obat spesifik yang dapat menyembuhkan pasien DID, tetapi sudah banyak dilakukan terapi psiko-terapi di mana pengidap DID menceritakan traumanya kepada pihak profesional.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders​ (5th ed.). Washington, DC: Author.
Baker, K. (2010). From 'it's not me' to 'it was me, after all': A case presentation of a patient diagnosed with Dissociative Identity Disorder. ​Psychoanalytic Social Work​, ​17​(2), 79-98. doi:10.1080/15228878.2010.512263
Padilla, Anthony. (2022, Desember 4). I spent a day with MULTIPLE PERSONALITIES (Dissociative Identity Disorder) [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=ek7JK6pattE&t=1455s
Reategui, Albana. (2019). Dissociative Identity Disorder: A Literature Review. Undergraduate Journal of Psychology, 31(1), 22-27. https://journals.charlotte.edu/ujop/article/view/686