Konten dari Pengguna

Menilik Makna Filosofi Tersirat dalam buku 'Negeri 5 Menara' Karya A. Fuadi

Hanna Illi Yani
Hanna adalah seorang Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Airlangga. Hanna seorang Organisatoris juga sangat menyukai kegiatan berbasis sosial. Selama menjadi Mahasiswa, sudah mengikuti beberapa kepanitiaan dan organisasi seperti BEM dan UKM.
15 Desember 2020 20:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanna Illi Yani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
via https://cdn-2.tstatic.net/tribunnewswiki/foto/bank/images/negeri-5-menara-2012.jpg
zoom-in-whitePerbesar
via https://cdn-2.tstatic.net/tribunnewswiki/foto/bank/images/negeri-5-menara-2012.jpg
Ahmad Fuadi lahir pada 30 Desember 1972 di Sumatera Barat. Setelah lulus dari MTsN, ia kemudian merantau ke Tanah Jawa untuk mengemban ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor. Kemudian, ia melanjutkan studi di Universitas Padjajaran, George Washington University dan University of London.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Ahmad Fuadi berprofesi sebagai novelis dan social entrepreneur. Namun sebelum menjadi novelis, Ahmad Fuadi merupakan seorang reporter/wartawan Tempo. Hal yang membuat Ahmad Fuadi tertarik untuk menjadi novelist adalah untuk memberi manfaat pada orang lain melalui karya sastra, karena baginya “kata-kata mampu menembus banyak kepala”.
Ahmad Fuadi telah menyumbangkan banyak karya tulis didalam dunia sastra, salah satunya ialah sebuah buku inspiratif dengan judul “Negeri 5 Menara”. Buku ini terkenal dengan motto keramat “Man Jadda Wajada” dan juga mengandung kisah inspiratif serta makna-makna filosofi. Oleh karena itu, buku ini pun diadaptasi menjadi sebuah film.
Seiring kemajuan zaman, penulis yakin bahwa tidak sedikit yang sudah membaca buku maupun menonton film adaptasi dari “Negeri 5 Menara” karangan Ahmad Fuadi ini. Buku ini diadaptasi dari kehidupan sehari-hari di pesantren khususnya Pondok Madani, Ponorogo. Buku “Negeri 5 Menara” menyiratkan nilai filosofis tentang kekuatan niat seseorang atas apa yang ingin ia capai, baik cita-cita maupun sebuah target kecil. Seperti cuplikan dari cerita ini
ADVERTISEMENT
“Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang tidak yakin dengan kami berdua, dan sangat percaya bahwa awan itu berbentuk benua Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis, awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini”.
Nilai filosofis dalam mantra keramat “Man Jadda Wajada” menyampaikan pesan kepada pembaca untuk bersungguh-sungguh dalam suatu hal dan harus mulai merencanakan segalanya sejak dini untuk mencapai kesuksesan. Hal ini tercermin dari kegigihan dan rencana-rencana unggul yang ditunjukkan oleh para Sahibul Menara yang akhirnya membawa mereka ke benua-benua impian. Mantra ini kemudian diharapkan mampu menguatkan setiap insan yang mulai menyerah akan suatu hal, agar kiranya dapat kembali kuat dan tidak putus asa serta tetap teguh untuk meraih impian-impian yang terpendam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, nilai yang terdapat dalam cerita ini adalah kerja keras, seperti yang terlihat dari Sahibul Menara yang melewati hari-hari di Pesantren dengan susah payah dan harus melewati ujian-ujian yang berdatangan. Kerja keras itu lah yang membuat mereka tahu bahwa segalanya akan terbayar tuntas. Pada saat para Sahibul Menara menyelesaikan genset Pondok, Baso berusaha berpidato secara baik agar Kyai Rais mengizinkan para santri untuk menonton Kejuaraan Piala Thomas, mengajarkan kita bahwa niat tanpa gerakan atau realisasi tidak akan menghasilkan buah apapun.
Nilai yang terdalam adalah tentang persaudaraan. Sahibul Menara memproklamasikan persaudaraan mereka pada siang hari dibawah Menara Pesantren. Kekeluargaan yang terbentuk ditengah-tengah perjuangan yang mana membuat mereka saling membantu dan melengkapi satu sama lain. Hingga sampailah pada hari yang sangat berat saat salah satu dari mereka diminta untuk kembali pulang ke Kampung. Dalam kisah ini kita dapat belajar bahwa dengan persaudaraan, kita dapat menjadi lebih baik, bersemangat dalam meralisasikan keinginan, saling mendukung saat ada orang yang sedang lemah, dan membersamai saat sedang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Demikian beberapa poin nila-nilai filosofi yaang terdapat dalam buku “Negeri 5 Menara” karya A. Fuadi yang berhasil menjadi buku best seller pada tahun 2009. Dengan mantra ‘Man Jadda Wajada’, niat, kerja keras serta persaudaraan berhasil menginspirasi seluruh remaja di pelosok Indonesia tidak terkeculi penulis. Setelah melihat film Negeri 5 Menara ini sekitar empat tahun yang lalu, penulis bersama enam temannya juga sangat terinspirasi dan mencoba menerapkan nilai-nilai moral tersebut selama mengeyam pendidikan di Madrasah Aliyah dan Pesantren. Mantra ‘Man Jadda Wajada’ juga menjadi kalimat keramat bagi penulis beserta 6 temannya ketika merasa kesulitan atau kesusahan dalam belajar. Berdasarkan dari pengalaman penulis, kisah ini terbukti dapat membangun semangat berjuang, membangun rasa percaya diri serta memberi manfaat bagi bagi orang lain.
ADVERTISEMENT
Referensi
, 2014. “Biografi Ahmad Fuadi: Penulis Novel Best Seller Indonesia”. http://www.berkuliah.com/2014/10/biografi-ahmad-fuadi-penulis-novel.html?m=1
Fuadi.A. 2009. Negeri Lima Menara” PT. Gramedia Pustaka