Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Lengkap, Bukan Berarti Cemara
16 Desember 2023 23:47 WIB
Tulisan dari Hanni Kalyah Rachel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, disana memiliki kehangatan dan penuh kasih sayang yang begitu dalam. Aku senang sekali datang ke dunia dan lahir dari kandungan mamaku yang begitu cantik. Tiap harinya aku merasakan cinta dan pelukan dari kedua orang tuaku. Mereka tidak pernah membiarkan aku terluka. Mereka merawat dan menjaga aku hingga detik ini. Papa juga salah satu orang tua yang menjaga dan merawat keluarga kecilnya, sehingga terciptanya keluarga yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Namun, semakin aku beranjak remaja, keharmonisan di dalam rumah mulai memudar. Aku mulai merasakan kesedihan dan kehancuran di dalam rumah. Tiap harinya, aku dan adikku menyaksikan secara langsung pertengkaran yang dilakukan oleh kedua orang tuaku. Di saat pertengkaran tersebut, aku dan adikku menjadi pelampiasan mereka bertengkar. Aku sangat kasihan pada adikku, yang dimana umurnya masih kecil, harus melihat kedua orang tuanya bertengkar. Pada kejadian itu, aku menenangkan adikku dan tidak membiarkan adikku berlarut dalam kesedihan. Mereka sempat ingin berpisah, tetapi aku sebagai anak pertama bergegas untuk mencegah ucapan dari kedua orang tuaku. Dikarenakan, aku belum siap dan takut untuk melihat perpisahan antara kedua orang tuaku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan untuk selalu melindungi keluarga kecil yang pernah dibangun dengan penuh kasih sayang supaya tidak hancur.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, orang tuaku kembali membaik dan aku sangat senang karena perlahan Tuhan mendengarkan doa aku. Aku mulai merasakan cinta dan peran dari orang tuaku. Tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama. Papa mulai jarang pulang dan kembali seperti kejadian yang sudah berlalu. Aku merasakan sedih karena hal ini terjadi lagi dan lagi. Terkadang, aku berpikir pertengkaran mereka disebabkan karena kehadirannya aku. Disisi lain, aku merasakan lelah pada batin dan capek dengan apa yang semuanya terjadi. Setiap ingin melakukan sesuatu, aku harus berpura-pura terlihat baik-baik saja. Aku tidak mau orang lain tahu apa yang terjadi pada aku. Tiap malamnya, aku selalu menangis dan selalu berdoa kepada Tuhan untuk bantu aku untuk menemukan jalan terangnya. Meskipun, mereka selalu bertengkar di dalam rumah tersebut, aku selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik dan buktikan kepada mereka bahwa aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku di masa depan.
ADVERTISEMENT