Representasi Body Shamming dalam Film 'Imperfect'

hanny millenia
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
15 Januari 2022 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari hanny millenia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dok. Imbd
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. Imbd
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu film yang mengangkat isu Body shamming atau mengolok-olok tentang bentuk tubuh dan love yourself yang dibungkus dengan genre komedi adalah film ‘Imperfect’. Karya film ini digarap oleh Ernest Prakarsa dengan Meira Anastasia yang rilis pada tanggal 19 Desember 2019. Film ini terinspirasi oleh buku karya istrinya, Meira Anastasia, dengan judul “Imperfect: A Journey to Self-Acceptance” yang isi materinya diupload istrinya ke Instagram dan kemudian dibukukan agar mudah dicari dan dikumpul.
ADVERTISEMENT
Sinopsis Film Imperfect
Film ini diperankan oleh beberapa aktor dan aktris terkenal di Indonesia, seperti Jessica Milla yang berperan sebagai Rara, Reza Rahadian yang berperan sebagai Dika, Dion Wiyoko yang berperan sebagai bos Rara, Yasmin Napper, Karina Suwandi, dll. Imperfect menceritakan tentang Rara yang bersikap tidak peduli dengan olokan orang lain mengenai tubuhnya yang tidak memiliki bentuk ideal layaknya standar kecantikan perempuan di mata masyarakat. Ia tidak peduli dengan segala olokan disekitarnya karena sudah terbiasa sedari kecil mendengar hal tersebut.
Menginjak dewasa, Rara memiliki pacar yaitu Dika. Dika adalah seseorang yang menerima apa adanya dan mencintai Rara. Hal tersebut karena menurut Dika, Rara adalah sosok yang memiliki hati lembut dan baik hati. Bentuk tubuh Rara tidak selamanya gemuk, terlebih saat bosnya meminta ia untuk memperbaiki penampilan jika Rara ingin menjadi manajer di kantornya. Menurut Rara, hal itu adalah sebuah kesempatan besar baginya untuk berubah menjadi perempual dengan bentuk tubuh ideal sesuai standar kecantikan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Namun, setiap tindakan pasti akan selalu ada konsekuensinya. Perlahan ia kehilangan orang-orang yang mencintai dan menyayanginya. Dijauhkannya Rara dari orang-orang terdekatnya yang tidak sesuai dengan ekspektasinya akan mendapatkan banyak cinta dan sayang dari semua orang. Hal tersebut karena sikap Rara setelah menjadi kurus dan ideal menjadi sama seperti sikap para pembully yang mengejeknya.
Body Shamming terhadap standar kecantikan perempuan
Body shamming adalah suatu permasalahan yang sering terjadi di lingkungan sekitar. Hal tersebut karena standar kecantikan yang dibuat oleh setiap individu mayoritas sama, seperti berkulit putih, tidak berjerawat, bentuk tubuh yang kurus, dll. Tentu standar kecantikan yang terbiasa berada pada pola pikir mayoritas individu membuat banyak perempuan berlomba-lomba memperbaiki penampilan diri. Akan tetapi, di Indonesia banyak kasus bullying dengan mengatasnamakan standar kecantikan dan berdampak pada meningkatnya sikap kurang percaya diri bahkan depresi. Dengan adanya film Imperfect yang tayang di Indonesia, diharapkan setiap individu sadar akan semua pribadi, terlebih perempuan terlahir cantik tanpa harus mengikuti standar kecantikan yang ada.
ADVERTISEMENT
Beberapa ahli berpendapat terkait teori representasi, seperti Stuart Hall. Menurutnya, “penggunaan bahasa untuk menyampaikan sesuatu yang penting kepada orang lain adalah pemahaman dari teori representasi”. Produksi dan pertukaran dari arti terhadap suatu hal antara suatu individu di dalam kelompok yang menjadi sebuah kebudayaan disebut dengan bagian terpenting dari representasi. Sementara, body shamme memiliki arti ‘suatu cara pandang suatu individu terhadap dirinya dan menimbulkan rasa bahwa bentuk tubuhnya tidak ideal disebabkan budaya standar kecantikan(Damanik, 2018)'.
Menurut teori yang telah disebutkan, dapat disimpulkan representasi body shamming adalah cara pandang dari individu dalam masyarakat terkait bentuk tubuh sesuai dengan budaya standar kecantikan. Melalui film Imperfect disajikan beberapa poin penting bahwa seorang individu terlebih perempuan tidak harus mengikuti standar kecantikan yang ada. Setiap individu harus memiliki kepercayaan diri yang sama tanpa harus memikirkan perkataan orang disekelilingnya, karena setiap individu memiliki banyak kelebihan dan value tersendiri.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, melalui film Imperfect diharapkan setiap individu memiliki rasa bersyukur dan percaya diri terhadap apa yang dimilikinya. Cara pandang yang diberikan orang lain terkait idealisme ukuran tubuh tidak harus selalu dihiraukan, jadikan cara pandang tersebut sebagai motivasi diri sendiri untuk berubah ke arah yang positif.
Hanny Millenia Putri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan