Abah Yadi, Pecahkan Permasalahan dengan Membaca Garis Tangan

Hanny Nurulhade Pratami
Mahasiswi Komunikasi semester 4 Sekolah Vokasi IPB
Konten dari Pengguna
1 April 2022 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanny Nurulhade Pratami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Abah Yadi (baju biru) dan rekannya sedang melayani klien di Kota Tua Jakarta. Foto: Hanny Nurulhade P
zoom-in-whitePerbesar
Abah Yadi (baju biru) dan rekannya sedang melayani klien di Kota Tua Jakarta. Foto: Hanny Nurulhade P
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta – Wisata Kota Tua Jakarta, objek wisata yang terkenal dengan sejarah dan bangunan zaman Belanda-nya ini, merupakan lokasi yang dipilih oleh Yadi untuk mengais pundi-pundi rezeki dari bayaran sukarela orang-orang yang menggunakan jasanya. Meninggalkan keluarganya di Bandung, abah Yadi menjadi satu dari beberapa seniman pembaca garis tangan, yang duduk menunggu wisatawan menghampiri untuk diramalkan nasibnya.
ADVERTISEMENT
Beralaskan terpal berwarna merah, ia memamerkan senyum yang senantiasa terlukis di wajahnya. Memanggil dengan nada lembut kian mengajak, ia meyakinkan orang-orang untuk tidak malu menggunakan jasa peramal.
“Ayo neng, duduk dulu. Kita cerita-cerita aja dulu disini. Gausah malu, lah. Ini mah kan kita berbagi cerita aja,” ajaknya pada setiap wisatawan yang melintas.
Tidak hanya melalui garis tangan, Yadi juga dapat meramalkan nasib kliennya melalui kartu tarot. Pekerjaan ini ia geluti sudah lebih dari 15 tahun sejak tahun 2000-an. Sebelum menjadi seniman pembaca garis tangan yang handal, ia terlebih dahulu belajar untuk memperdalam ilmunya, dengan mengikuti komunitas pembaca kartu tarot yang kantornya dulu berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah.
“Baca garis tangan dan kartu seperti ini kan ga bisa sembarangan, neng. Butuh waktu bertahun-tahun buat belajarnya. Saya juga ini belajar tarot tiga tahun, belajar garis tangan kurang lebih juga tiga tahun,” ungkap pria berkemeja biru tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelum diramal, beliau akan bertanya pada sang klien seputar data pribadi seperti tanggal dan tahun lahir, pekerjaan, dan lain sebagainya. Setelah itu, abah Yadi akan menjelaskan makna dari hari lahir klien dan meminta tangan klien tersebut untuk diramal. Dari garis tangan, klien dapat bertanya perihal karir, percintaan, dan nasib dimasa mendatang. Setelah membaca garis tangan, Yadi lalu meminta kliennya memilih lima kartu tarot yang nanti akan menggambarkan nasib dari sang klien.
“Banyak yang sudah abah bantu masalahnya, bahkan mungkin sudah ribuan sejak saya mulai di Kota Tua ini.”
Yadi sendiri diketahui telah memiliki beberapa klien tetap. Mereka datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Permasalahan yang paling banyak dikeluhkan oleh para kliennya adalah perihal percintaan dan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
“Paling banyak itu masalah rumah tangga, konflik suami istri lah. Tapi banyak juga pengusaha yang ingin tahu prospek usaha mereka nantinya gimana, apakah langkah yang diambil benar atau tidak,” kata pria tersebut sambil melihat sekitar mencari klien.
Selain karena belajar, Kemampuan membaca garis tangan ia akui merupakan bakat yang diwariskan turun temurun dari sang kakek. Meski begitu, ia tidak pernah sama sekali mengajarkan ataupun memperkenalkan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya kepada sang anak. Ia ingin sang anak nantinya memiliki karir sendiri dan sukses di bidangnya sendiri.
“Kalau anak, kita pasti maunya lebih sukses dari pada orang tuanya.” Harap Yadi untuk masa depan anaknya.
Pekerjaan seperti yang Yadi lakoni saat ini penghasilannya tidak pasti. Walaupun setiap hari ada yang datang menggunakan jasanya, tetapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Apalagi ia tidak mematok tarif bayaran, hanya pemberian seikhlasnya dari para klien.
ADVERTISEMENT
Bekerja sebagai seniman pembaca garis tangan yang biasanya dianggap tabu, tidak membuat abah Yadi lupa dengan sang pencipta. Setelah selesai meramal, ia selalu mengingatkan kliennya bahwa segala yang terjadi semua adalah kehendak sang Ilahi. Semua yang akan ia katakan nantinya hanyalah prediksi yang tidak pasti terjadi.
“Yang saya lakukan disini hanya ngasih pegangan, ngasih solusi. Yang bisa merubah kan hanya diri sendiri dan Yang Maha Kuasa.” Ujar pria berpeci tersebut, menutup sesi meramalnya dengan sang klien.
Hanny Nurulhade Pratami
J0301201135
Mahasiswi Komunikasi Sekolah Vokasi IPB