Apa Benar Tutupnya Gerai Transmart Berkaitan dengan Pergantian Nama?

Hanny Nurlatifah
Direktur Inovasi, Universitas Al Azhar Indonesia - Pengajar Marketing, Kewirausahaan dan Perilaku Konsumen
Konten dari Pengguna
8 Februari 2023 11:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanny Nurlatifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana salah satu gerai Transmart yang sepi pembeli
zoom-in-whitePerbesar
Suasana salah satu gerai Transmart yang sepi pembeli
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini banyak diberitakan sejumlah gerai Transmart yang tutup permanen. Sepanjang tahun 2022 tercatat sebanyak 12 gerai tutup permanen terutama yang berlokasi di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Banyak sekali yang menduga bahwa hal itu terjadi gara-gara pergantian nama gerai dari sebelumnya bernama Carrefour menjadi Transmart.
Dugaan di atas menjadi pertanyaan tentunya menjadi pertanyaan, apakah brand Carrefour begitu kuat sehingga konsumen menjadi enggan datang setelah namanya menjadi Transmart?
Seperti telah kita ketahui Carefour adalah brand perusahaan ritel asal Perancis yang masuk ke Indonesia pada akhir tahun 90-an. Sebagai perusahaan kelas dunia dan pelopor konsep hypermarket, Carrefour langsung mendapat tempat di konsumen Indonesia. Kemudian konsep hypermarket mulai diikuti oleh peritel lokal dengan mendirikan gerai dengan konsep yang sama.
Suasana supermarket Carrefour. Foto: Fred Dufour / AFP
Sejalan dengan waktu, pada tahun 2013 Carrefour diakuisisi secara penuh oleh CT Corp. Sejak saat itu Carrefour mulai bertransformasi membentuk brand baru Transmart karena jika lisensinya habis nama Carrefour tidak boleh dipakai lagi.
ADVERTISEMENT
Secara bertahap gerai-gerai Carrefour mulai berubah nama menjadi Transmart yang pada akhirnya seluruh gerai Carrefour berubah nama menjadi Transmart pada akhir tahun 2021.
Sebenarnya tidak salah juga orang menduga-duga yang menjadi penyebab tutupnya sejumlah gerai Transmart adalah karena pergantian nama, karena setahun setelah seluruh gerai Carrefour berganti nama pada akhir 2022 tercatat sebanyak 12 gerai Transmart tutup permanen.
Faktor utama yang mempengaruhi keunggulan bersaing (competitive advantage) adalah 1) nilai-nilai perusahaan (corporate values), 2) harga, 3) pemenuhan keinginan pelanggan, dan 4) pelayanan pelanggan.
Transmart Pondok Gede Foto: Gesit Prayogi/kumparan
Selama perusahaan menguasai faktor-faktor tersebut kecil kemungkinan gerai akan ditinggalkan pelanggan karena perusahaan dianggap memiliki keunggulan bersaing.
Transmart adalah perusahaan di bawah naungan CT Corps yang tentunya memiliki pengetahuan mengenai nilai-nilai perusahaan yang sesuai dengan pelanggan.
ADVERTISEMENT
Harga merupakan hal krusial yang elastisitasnya sangat tinggi. Transmart menyadari ini dengan menerapkan slogan “jika ada yang lebih murah selisihnya akan diganti dua kali lipat”, slogan ini bertujuan untuk mempengaruhi persepsi pelanggan.
Transmart Pondok Gede Foto: Gesit Prayogi/kumparan
Untuk mempertahankan loyalitas Transmart menerapkan standar yang tinggi dalam hal pelayanan kepada pelanggan. Analisis saya, kemungkinan besar masalah yang terjadi pada Transmart adalah dalam hal pemenuhan keinginan pelanggan.
Saya sendiri sejak lama adalah pelanggan Carrefour dan saya tidak terlalu peduli dengan pergantian nama menjadi Transmart. Tetapi, beberapa tahun ke belakang setiap berbelanja rutin di gerai tersebut selalu saja ada beberapa barang yang saya inginkan tidak tersedia.
Hal ini berlangsung terus menerus hingga akhirnya saya memutuskan untuk mencari alternatif gerai lain. Pengalaman saya kemungkinan juga terjadi pada sebagian besar pelanggan lain. Gerai perlahan ditinggalkan karena keinginan pelanggan tidak terpenuhi.
Ketersediaan barang harus selalu terjaga agar keinginan pelanggan terpenuhi
Selama memiliki keunggulan bersaing, pergantian nama gerai tidak begitu berpengaruh signifikan. Meskipun nama gerai tetap dengan nama Carrefour, namun begitu faktor utama keunggulan bersaing tidak terpenuhi kemungkinan besar gerai akan ditinggalkan pelanggan.
ADVERTISEMENT
Ketika perusahaan tidak memiliki keunggulan bersaing, sebuah brand besar tidak cukup kuat untuk meningkatkan loyalitas konsumen. Ketika suatu perusahaan atau lembaga memiliki brand besar yang cukup baik, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah meningkatkan internal proses sehingga pelanggan tidak akan kecewa ketika datang dan menikmati layanan yang diberikan.