Konten dari Pengguna

Balancing Power: Aukus Sebagai Penyeimbang Pengaruh China Di Asia

Raihan Fathsya
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya
8 September 2024 17:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raihan Fathsya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Kompetisi USA vs China (sumber: https://pixabay.com/id/)
Dalam berberapa dekade terakhir China adalah negara yang mendominasi Geopolitik di Kawasan Asia-Pacific terutama di Asia pada saat ini, yang dapat dilihat dari berbagai sektor baik itu dalam hal ekonomi, perdagangan, dan dominasi militer. Bidang militer menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatnya ketegangan di Asia-pacific karena militer merupakan bentuk power negara yang semakin besar power negara akan membuat negara lain merasa terancam atau yang sering disebut dengan security dilemma. Terdapat beberapa upaya atau pergerakan yang dilakukan oleh China sebagai bentuk dominasinya di Asia-Pacific salah satu penyebab terbesarnya adalah keberhasilan China dalam mengembangkan generasi terbaru sekaligus menambah persenjataan Intercontinental Ballistic Missiles (ICBMs) yang dapat dengan mudah menghancurkan markas militer amerika dan sekutu di Asia.
ADVERTISEMENT
Teori realisme meyakini bahwasanya aktor utamanya adalah negara, dalam kasus ini negara merupakan otoritas tertinggi. Realis mempercayai keamanan nasional merupakan prioritas utama hal ini terlihat dari dominasi China dalam bidang militernya, hal ini dibuktikan dengan dukumen depertement pertahanan Amerika bahwasanya PLARF (People's Liberation Army Rocket Force) China berhasil memodernisasi dengan mengembangkan teknologi militer baru, New generation intercontinental ballistic missiles (ICBMs), dan rudal balistik jarak menengah DF-26 yang mampu melakukan serangan konvensional dan nuklir dengan presisi terhadap sasaran darat dan laut, yang dimana rudal balistik tersebut dapat mampu melumpuhkan markas pertahanan Amerika dan sekutu di benua Asia.
Ilustrasi Kapal Selam Tenaga Nuklir (sumber: https://pixabay.com/id/)
Dengan kekuatan atau power, China memiliki dominan di Kawasan Asian hal ini membuat security dilemma oleh negara di sekitarnya dan Australia adalah salah satunya. Aliansi trilateral antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat ini berdasarkan untuk meningkatkan kapabilitas pertahanan, terutama melalui transfer teknologi dan pembuatan kapal selam nuklir ke Australia, pembangunan kapal selam bertenaga nuklir yang bertujuan untuk dapat beroperasi jarak jauh, yang dapat digunakan untuk mencegah maupun menyerang jika terjadinya krisis. Dengan pembentukan kapal selam nuklir tersebut menjadi menjadi sebuah kunci penting dalam keseimbangan militer di Asia-pasifik dari pembentukan AUKUS. Pada jurnal Analysis of the AUKUS Agreement on Security in the South China Sea Region menjelaskan Fenomena pembentukan AUKUS merupakan manuver dan titik balik bagi tiga negara yaitu Australia, UK, dan USA dalam melawan dominasi Republik Rakyat Tiongkok yang dianggap mengancam kepentingan aliansi tersebut, serta mengganggu keamanan dan stabilitas di Laut Cina Selatan. Strategi balancing ini dilakukan untuk memperkecil langkah China untuk mendominasi atau menguasai Kawasan Asia-pasifik.
ADVERTISEMENT