Konten dari Pengguna

SARISA MERAPI: Transformasi Inspiratif dari KWT menjadi UMKM Mandiri

Hanum Salsabiella Putri Alamsyah
Mahasiswa Aktif Program Studi Manajemen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan saat ini sedang melakukan Program MBKM di Sarisa Merapi Grup
19 Oktober 2024 2:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanum Salsabiella Putri Alamsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, sebuah kelompok wanita tani (KWT) di kawasan Merapi mampu bertransformasi menjadi sebuah UMKM Mandiri yang sukses? Sarisa Merapi membuktikan bahwa dengan kerja keras dan inovasi, UMKM lokal dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Berawal dari keresahan Ibu Rini Handayani sebagai owner dari Sarisa Merapi akan harga buah salak yang dihargai sangat rendah pada hanya Rp800 pada tahun 2016. Karena itu munculah ide untuk membuat olahan salak berupa manisan salak sebagai bentuk inovasi.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Meski awalnya banyak keraguan, produksi manisan salak tetap dilanjutkan. Dengan melalui berkali-kali proses RnD hadirlah produk yang saat ini menjadi produk unggulan dari Sarisa Merapi yaitu manisan salak. Respon pasar yang sangat baik dan penjualan yang meningkat secara bertahap, membuat anggota kelompok wanita tani (KWT) lebih percaya diri karena inovasi yang awalnya diragukan berbuah manis. Sejak saat itu, produksi manisan salak dilanjutkan dengan mengembangkan produk olahan lain.
Saat ini Sarisa Merapi memiliki aneka produk olahan salak antara lain manisan salak, sari salak, dodol salak, bolen salak, pai salak, brownies salak, bakpia salak, mocaf salak, sampai dengan tepung salak.
ADVERTISEMENT
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dalam bertransformasi Sarisa Merapi juga mengolah biji salak menjadi kopi biji salak dan saat ini sudah memiliki sebuah café yaitu D’Khentos Coffee. Selain itu untuk kulitnya diolah menjadi produk teh kulit salak. Sarisa Merapi hampir mengolah semua bagian salak menjadi produk yang bernilai jual
Ibu Rini Handayani menerapkan strategi produksi dengan berkontribusi dengan petani salak anggota kelompok wanita tani (KWT) Kemiri Edum untuk menjual salak kepada Sarisa Merapi dengan harga kompetitif. Selain itu kontribusi masyarakat sebagai tenaga kerja diambil dari masyarakat sekitar Sarisa Merapi.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sarisa Merapi, dengan konsistensi dalam berinovasi dan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Sleman, membuktikan bahwa produk lokal dapat menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan bagi masyarakat. Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi kelompok wanita tani (KWT) lainnya untuk menciptakan produk-produk UMKM yang bernilai jual dan berdaya saing di pasar global.
ADVERTISEMENT