Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Meningkatkan Kemampuan Menulis
18 Mei 2020 9:23 WIB
Tulisan dari M Khusnul Khuluq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memang. Menulis adalah media untuk mengungkapkan pikiran. Yang cukup efektif. Tapi, sebagian orang menganggap menulis itu pekerjaan sulit. Kalau menulis adalah mengungkapkan pikiran, seharusnya setiap orang bisa. Karena setiap orang punya pikiran. Dan bisa menyampaikan pikiran.
ADVERTISEMENT
Kadang, kita beranggapan bahwa menulis itu susah. Menulis itu berat. Menulis itu ini dan itu. Dan itu semua diucapkan sebelum memulai untuk menulis. Karena itu benar adanya jika menulis itu pekerjaan sulit. Karena ucapan itu diucapkan sebelum memulai. Ini hanya soal sugesti saja.
Coba bayangkan. Jika calon penulis langsung saja memulai untuk menulis. Tanpa mengucapkan itu semua. Mulai saja. Mungkin akan berbeda persepsinya. Ya kita harus mensugesti diri kita. Bahwa menulis itu pekerjaan gampang. Mudah dilakukan. Meskipun kadang memang menghadapi kendala.
Lalu, sebetulnya apa yang membuat menulis jadi susah? Menurut saya, ada beberapa hal. Pertama, kurangnya kemauan. Ya. Menulis adalah soal kemauan. Bukan kemampuan. Karena kemampuan akan terbentuk dengan sendirinya. Jika kemauan ada. Karena itu, kemauan harus dibangun.
ADVERTISEMENT
Kedua. Yang menjadikan menulis tampak susah adalah kurang komitmen. Ya. Komitmen dalam menulis itu penting. Komitmen untuk terus menulis itu penting.
Kita bisa membangun komitmen dengan cara kita masing-masing. Misalnya, berjanji pada diri sendiri. Untuk menulis satu halaman tiap hari. Atau menulis satu tulisan tiap minggu. Komitmen yang kita bangun bisa beracam-macam. Kemudian. Jagalah komitmen itu.
Saya termasuk kurang baik dalam soal komitmen ini. Saya berjanji untuk menulis minimal 1000 kata tiap hari. Sialnya, sering kali belum genap 1000 kata. Baru sampai 700 atau 800. Bahkan tidak jarang baru sampai sekitar 500 kata. Sudah terlanjur memejamkan mata.
Karena saya lebih sering memulai menulis di malam hari. Ketika semua aktifitas sudah selesai. Energi sudah tinggal beberapa strip. Di atas tempat tidur lagi. Ditemani bad cover hangat, dan bantal empuk. Akibatnya, godaan mereka mengalahkan komitmen. Sebagai hukumannya, saya harus selesaikan tulisan itu begitu bangun.
ADVERTISEMENT
Soal komitmen ini penting. Setinggi apa komitmen menulis yang kita bangun. Dan bagaimana menjaga komitmen itu. Akan berdampak pada hasilnya. Hasil tidak akan menghianati usaha.
Penulis hebat selalu punya cara tersendiri. Untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis. Dalam mengungkapkan pikiran-pikirannya. Untuk mencatat gagasan-gagasan penting yang ditemukan.
Kemudian apa? Kurangnya tema untuk ditulis? Tidak. Menulis bisa tentang apa saja. Tentang hal-hal yang menurut kita penting. Dan tentu menarik. Untuk dibagikan kepada yang lain. Sebetulnya ini terkait dengan wawasan dan pengetahuan.
Menurut saya. Cara paling instan untuk memperkaya pengetahuan adalah dengan membaca buku. Saya punya beberapa buku yang wajib saya bawa ke mana saja. Walaupun kadang hanya tersimpan dalam ransel. Itu mengapa ransel saya lebih sering berat.
ADVERTISEMENT
Buku wajib saya hari-hari ini adalah karangan Yuval Noah Harari. Terutama dua bukunya yang monumental itu. Pertama, Sapien a Brieg History of Human Kind. Dan kedua, Homo Deus a Brief Hstori of Tomorow. Dua buku ini terus saya ulang-ulang. Entah sudah berapa kali menamatkannya. Sementara ini dua buku itu yang selalu membuat ransel saya agak begitu berat.
Mungkin beberapa teman satu ruangan saya tau. Hampir setiap hari mulut saya komat-kamit membaca dua buku itu. Karena saya membacanya tidak dengan sirri. Tidak hanya dalam pikiran saja. Sebagaimana membaca pada umumnya. Tapi lebih suka membaca dengan jahr. Terdengar suaranya. Agar pengetahuan lebih meresap. Tapi itulah cara saya memperkaya pengetahuan.
Jadi. Perbanyaklah membaca buku. Dari situ akan memperkaya pikiran kita dengan ide-ide brilian. Yang mungkin bisa kita kembangkan. Dan kemudian menuliskannya. Teorinya sederhana. Membaca buku untuk memperluas wawasan. Namun memang, pratiknya tidak semudah itu. Butuh kemauan.
ADVERTISEMENT
Kemudian apa? Terus menulis. Ya. Teruslah menulis. Karen aini yang membedakan anatra penuis dengan bukanpenulis. Ini dlaam rnagka meningkatkan kemmapuanmenulis kita.
Tulisns eseorang akan berubah dari waktu ke waktu. Kadang. Saya tidak dnegaja membaca ulang tulisan saya beberpa tahun lalu. Awal-wal saya mulai menulis. Apa reaksi saya. Malu. Betapa buruknya tulisan saya. Waktu itu. Tidak sistematis. Kurang enak dibaca. Terkesan terburu-buru dalam menyampiakn ide. Masih kasar. Dan seterusnya.
Tapi begitulah kemampuan menulis. Perlu di asah terus menerus. Seperti pisau. Semakin rutin di asah. Semakin tajam. Termasuk juga dalam menyampaikan pikiran. Menuliskan argumen. Menganalisa persoalan. Dan juga bagaimana menuangkan dalam tulisan. Hingga menjadi naskah yang enak dibaca.
Memang. Semua orang pada dasarnya bisa menulis. Tapi tulisan yang dihasilkan tentu berbeda kualitasnya. Butuh ketelatenan untuk menghasilkan naskah yang baik. Artinya. Tidak ada yang instan. Tidak ada yang instan dalam mengukirkan sebuah pikiran.
ADVERTISEMENT
Kemudian apa? Yang membuat kita susah menulis? Kurangnya motivasi untuk menulis? Iya. Mungkin benar. Kita butuh motivasi yang kuat untuk menulis. Dan terus menulis.
Lalu. Bagaimana mengatasi masalah ini? Bagaimana memunculkan motivasi ini? Saya tidak bisa memberikan jawabnya. Kita masing-masing punya cara. Untuk membangun motivasi dalam menulis. Maka, caranya adalah temukan. Temukan motivasi itu.
Saya sendiri. Menjadikan menulis itu sebagai sara untuk bersedekah. Ya. Bersedkah. Berbagi ilmu. Berbgai pengetahuan. Say biasnaya membagi tulsian-tuoisan yang syaabuat. Ke publik. Dnegan begitu. Mungkinsebgaian mereka bisa mendpaatakan pengetahuan baru. Syaamenyebtunya pencerahan kecil.
Saya jelas tidak bisa memberi makanan pada semua orang. Karena itu. Itulah cara saya untuk berbagi. Dengan cara itu saya mebagikan sebsuatu pada yang lain. Ini yang saya jadikan sebagai motivasi saya. Dalam menulis.
ADVERTISEMENT
Motivasi ini ternata juga penting. Dalam kaitannya meningkatkankemampuan menulis. karena motivasi itu yang mebuat kita terus konsiten dalam menulis. Tidak terputus. Apalagi berhenti.
Kemudian. Apa maslahs elanjutnya? Mngkinsoal publiasi. Kita sering berdalih terkait ini. Untuk apa menulis. Toh pad akhirnya terbuang. Tidak terpublikasi.
Menurut saya. Menulis tidka ada kaitannya dnegan publikasi. Adpaun jika tuisankita terpublikasi. Itu haya bonus saja. Apa lagi menulis buku yang kemudian bisa terpubliaksi. Itu hanya binus saja. Ya. Bonus dari meulis.
Hari-ahri ini. Snagat mudah untuk mempubliakiskan tsebuah karya tulis. Perkembnagan teknologi hari-hair ini snagat embagntu. Bagi para penulis. Baik untukmneulis. Ataupaun mempubliakiskanya.
Bnayak meida di luar sana. Yang bersdia menerima tulisan kita. dan mempublikaiskannya. Dengan berbagai kriterian. Karena itu, agar tulisan kta bisa dipubliakiskan. Kita harusemenuhi kriteria yang diminta. Artnya, publikais haya soal kemauan.
ADVERTISEMENT
Terakhir. Sebelum kita menuutp diksuis ini. Ingat. Tidaka da karya tulis yang jelek. Begitu karya tulis itu selesai. Maka, karya kita sudha berhasil menciptakan karya tulis. Ini sebetulnya juga bagian dari motivasi.
Dengan demikian, yang perlu kita lakukan adlaah menulis. Dan kemudian selesaikan. Itu jauh lebih baikd ari pada tidak menulikan apa-apa. Dalam tahab ini. Yang perlu dilakukan adlaah erus berlatih. Untuk meningkatkan kualitas tulisan.
Daris emua itu. Kiat yang paling penting adalah berlatih-dan berlatih. Entah bagaimna cara menjalankannya. Intinya. Berlatih dan terus berlatih. Karena maisng-maisng calon penulis punya cara tersndiri. []