Konten dari Pengguna

Menjalani Peran Anak Pertama

Hamida Hanum
Mahasiswa D3 penerbitan (jurnalistik) di Politeknik Negeri Jakarta.
10 Juni 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hamida Hanum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kakak yang sedang membantu ibunya | istockphoto
zoom-in-whitePerbesar
Kakak yang sedang membantu ibunya | istockphoto
ADVERTISEMENT
Menjadi anak pertama, bagi sebagian orang, adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Namun, dibalik kebanggaan itu, ada tanggung jawab besar yang sering kali tidak disadari oleh orang lain. Aku, sebagai anak pertama, sering kali harus bersabar dan mengutamakan adik-adikku. Dalam banyak hal, orang tua dan adik-adikku sering melihatku sebagai panutan, sosok yang harus bisa diandalkan.
ADVERTISEMENT
Menjadi role model bagi adik-adik bukanlah tugas yang mudah. Setiap hari aku dituntut untuk selalu bisa menjadi yang terbaik, tidak hanya dalam hal akademis, tetapi juga dalam sikap dan perilaku. Aku harus mampu mengarahkan dan membantu adik-adikku, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menjaga mereka. Tugas-tugas ini kadang terasa sangat melelahkan. Ada kalanya, aku ingin mempunyai tempat untuk bercerita, berkeluh kesah mengenai hal-hal kecil, dan ingin dimanja juga. Namun, dengan posisiku sebagai anak sulung, aku merasa harus selalu menjaga image di depan adik-adik dan orang tua. Aku tidak ingin terlihat lemah atau tidak mampu.
Sifatku yang keras kepala, tidak sabaran, dan selalu waspada pada apa saja yang akan terjadi, seringkali membuat orang-orang disekitarku merasa lelah. Mereka mungkin tidak mengerti bahwa sifat-sifat ini muncul karena besarnya tekanan yang aku rasakan. Sebagai anak pertama, aku harus menjadi penengah di rumah, menjaga agar suasana tetap kondusif. Terkadang, aku merasakan overthinking, khawatir apakah aku bisa menjadi sosok yang diandalkan oleh adik-adikku.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, aku hanyalah manusia biasa. Aku juga bisa merasa marah, kecewa, dan sedih. Kadang, aku ingin menangis, tetapi sering kali aku memilih diam dan terus mengalah. Pundak dan kepala ini terasa berat dengan beban yang harus aku tanggung. Namun, aku sadar bahwa ini adalah takdirku sebagai anak pertama. Tuhan menempatkanku di posisi ini karena Dia tahu aku mampu menghadapinya.
Kadang aku merasa ingin menyerah. Namun, ketika aku merenung, aku selalu berpikir, Tuhan telah menempatkanku di posisi ini karena Dia percaya aku bisa menghadapinya. Dengan segala tantangan dan tanggung jawab yang ada, aku percaya bahwa aku bisa melaluinya dengan baik. Aku hanya perlu mencari sudut pandang yang membuatku tenang, dan itu adalah Tuhan. Dengan berdoa dan bersandar pada-Nya, segala sesuatu terasa lebih mudah.
ADVERTISEMENT
Setiap masalah dan cobaan yang datang adalah bukti bahwa aku bisa menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Aku percaya pada diriku sendiri, bahwa aku bisa menghadapi semua masalah yang ada. Setiap kali aku merasa lelah dan ingin menyerah, aku ingat bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuanku. Dengan keyakinan ini, aku mampu bangkit kembali dan melanjutkan perjuanganku.
Aku belajar bahwa menjadi anak pertama adalah tentang tanggung jawab dan pengorbanan. Namun, itu juga tentang kebanggaan dan kekuatan. Aku bangga bisa menjadi sosok yang diandalkan oleh adik-adikku. Aku bangga bisa menjadi penengah yang menjaga keharmonisan keluarga. Meski terkadang merasa berat, aku tahu bahwa aku tidak sendirian. Tuhan selalu ada bersamaku, juga teman-teman yang selalu mau mendengar keluh kesahku.
ADVERTISEMENT
Untuk kamu yang juga menjalani peran sebagai anak pertama, percayalah bahwa kamu tidak sendirian. Setiap tanggung jawab yang kamu emban adalah bagian dari proses menjadi pribadi yang lebih kuat dan dewasa. Jangan ragu untuk mencari tempat bercerita, berkeluh kesah, dan berdoa. Percayalah bahwa kamu mampu menghadapi semua tantangan yang ada. Setiap cobaan adalah kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik.
Menjadi anak pertama bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan keyakinan dan doa, semua itu bisa dilalui. Tuhan telah menempatkan kita di posisi ini karena Dia tahu kita mampu. Jadi, jangan pernah menyerah. Teruslah berjuang, dan jadilah kebanggaan bagi keluarga. Percayalah pada dirimu sendiri, dan temukan kekuatan dalam doa. Semua akan terasa lebih mudah ketika kita bersandar pada-Nya.
ADVERTISEMENT