Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kelepasan Bicara? Ini 4 Solusinya
16 September 2023 22:05 WIB
Tulisan dari HAPPY WULANDARI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia sebagai makhluk komunikasi menjadikan silap dalam berujar sebagai hal yang kerap terjadi. Adakah, solusi dari hal ini?
ADVERTISEMENT
Semua Orang akan Silap pada Waktunya
Pernah suatu kali, saya berjumpa dengan seorang teman akrab yang telah berteman sedari remaja dan ketika kami dewasa, masih sering pergi makan siang bersama walaupun tempat kerjanya berbeda.
Hari itu ia berdandan lain dari biasanya, ia mengenakan kosmetik pada area mata dan menukar warna lipstiknya. Tidak ada yang salah dengan itu, cocok sekali dengannya dan saya bermaksud untuk memujinya.
Namun, dalam persekian detik saya bingung mengemas kalimat pujian sebab mengetahui kebiasaan kami yang kerap sarkasme dalam mengobrol. Saya khawatir justru pujian saya diterima sebaliknya.
Pikiran saya berkecamuk, sehingga tanpa bisa terkontrol saya berkata "Loh kok matamu?" dengan mata mengerenyit dan kepala tertarik ke belakang. Hasilnya tertebak, begitu kalimat selesai, saya merasakan energi di antara kami berubah. Saya memaki diri atas kesalahan tersebut. Tapi apa mau dikata, kalimat sudah terlontar dan teman saya tersinggung.
ADVERTISEMENT
Solusi
Dalam ilmu komunikasi, ujaran sifatnya irreversible. Ia berarti bahwa yang dilontarkan tidak dapat ditarik kembali. Tidak ada tombol kembali, tidak bisa undo, dan lain sebagainya. Sebuah kenyataan pahit bagi manusia sebagai makhluk komunikasi yang kerap melakukan khilaf.
Dalam komunikasi antar personal, bila hal tersebut terlanjur terjadi, ada 4 hal yang dapat dilakukan dan kita berharap ini solusi:
Penjelasan
Akui Kesalahan
Ini fundamental, Anda harus melihat pula kesalahan tersebut. Sebab kalau bagian ini belum diketahui, maka hanya akan melahirkan kebohongan receh yang pada suatu hari jumlahnya bisa jutaan.
Pada bagian ini, sangat diperlukan pandangan yang objektif. Anda sendiri harus dapat menyadari maksud diri dengan ujaran yang terlontar itu. Sebisanya jujur dan bukan karena Anda takut atau segan kehilangan teman. Jangan berkelit.
ADVERTISEMENT
Klarifikasi
Klarifikasi, hanya akan dapat dilakukan bila memang kesempatannya ada. Lawan bicara Anda bersedia melihat dari sisi Anda, baru Anda bisa melakukannya. Kalau tidak, kecenderungannya ialah kesia-siaan.
Ketika lawan bicara Anda tidak memberikan kesempatan itu. Anda tidak bisa paksa, bagaimanapun ujaranmu lah yang membuat dia demikian. Langkah terbaik bagi Anda adalah menunggu emosi reda atau keadaan lebih sedikit aman untuk Anda kembali membahas hal tersebut.
Saat klarifikasi, akan ada potensi penolakan atas sudut pandang Anda dan konflik dapat terjadi. Namun, ini bukan pertanda buruk. Fokus pada tujuan Anda, yakni klarifikasi dan bukan "Membuat dia percaya". Dalam hal ini, batas kerjanya adalah penjelasan, bila sudah dijelaskan berarti tugas selesai.
Permintaan Maaf
ADVERTISEMENT
Berikutnya adalah permintaan maaf. Bila pilihan Anda adalah ini, maka ajukan tanpa ada pembelaan. Identifikasi kesalahan Anda dan akhiri dengan permintaan maaf.
Saat meminta maaf, Anda tidak bisa menuntut untuk dimaafkan apalagi untuk kembali pada saat sebelum kesilapan dilakukan. Jadi, kalimat seperti "... aku melakukannya untuk kita", "... tapi", "soalnya" sama sekali tidak membantu. Hal terbaik yang dapat Anda lakukan sembari menunggu dimaafkan atau keadaan kembali lebih nyaman ialah dengan menunjukkan perubahan perilaku.
Pasrah
Paling terakhir adalah pasrah. Tipikal "yang terjadi, biarlah terjadi". Terlebih pada situasi jika kesilapan Anda bukanlah kesalahan. Ia berangkat dari kejujuran misalnya dan pernyataan tersebut diterima dengan sulit oleh lawan bicara Anda.
Tidak ada kesalahan di sana. Sehingga tidak perlu minta maaf, tidak perlu klarifikasi, pasrah saja. Bila hubungan kembali terbangun, seseorang memiliki informasi lebih baik soal Anda. Bila hubungan selesai, berarti tidak ada kecocokan. Anda tidak perlu memotong diri pada bagian tertentu pada diri Anda hanya supaya masuk dalam kotak seseorang, ada kotak lain yang memang sesuai.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Kesimpulannya, kesilapan dalam berkomunikasi adalah hal biasa dan bisa menimpa siapa saja. Semua orang pernah silap dan dapat memahami, namun tetap tidak melepaskan kita dari risiko kesilapan tersebut.
Di atas kemampuan komunikasi, sangat diperlukan kemampuan mengevaluasi diri atas hal ini. Sebab komunikasi adalah keterampilan yang bisa dilatih, namun evaluasi diri adalah kedewasaan dan kebijaksanaan individu yang tidak bisa diajarkan.
Kita semua ketika tertimpa situasi irreversible ini, ingin memutar waktu kembali, tapi jelas hal sangat tidak mungkin dilakukan.