Konten dari Pengguna

Misteri Kontrakan Tua Berhantu Pendulang Harta

haqiaaramadhani
Freelancer content Writer
11 Oktober 2022 19:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari haqiaaramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah tua berhantu. (Unsplash.com/ Ján Jakub Naništa)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah tua berhantu. (Unsplash.com/ Ján Jakub Naništa)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Arif dan Fitri merupakan pasangan suami istri yang baru saja dikaruniai anak kedua. Ketika anak keduanya masih bayi merah terjadi masalah di keluarga besar mereka. Diketahui apabila pasangan ini tinggal di rumah orangtua Fitri seatap dengan kakak perempuan dan iparnya. Perselisihan antara Fitri dan sang kakak membuat ibu dua anak tersebut harus angkat kaki malam itu juga dari rumah orangtuanya.
ADVERTISEMENT
Waktu yang mepet untuk mencari tempat tinggal baru memaksa Fitri dan Arif mengontrak di rumah tua sebelah kediaman orangtuanya. Rumah tua dengan bangunan luas tersebut sudah hampir 10 tahun lamanya tak ditinggali. Rumah tua itu sendiri terbagi dalam tiga bangunan yang berdampingan dengan bagian belakang menyatu.
Fitri dan Arif memilih untuk menempati rumah tua di bagian bangunan tengah. Tak berselang lama setelah Fitri dan Arif menempati rumah tengah, ada dua pasangan suami istri yang ngontrak di sana. Tri dan Siti dengan dua anaknya tinggal di bangunan rumah tua sebelah kanan. Sementara, Hamid dan Lastri serta tiga anaknya menempati bangunan rumah tua sebelah kiri.
Rumah tua yang ditinggali oleh tiga pasangan suami istri tersebut rupanya memiliki banyak penghuni dari dimensi lain. Kejadian horor seringkali dirasakan oleh tiga pasangan suami istri ini. Anak pertama dari Arif dan Fitri pernah diganggu oleh penghuni lain di sana.
ADVERTISEMENT
Kejadiannya saat listrik padam di malam hari ketika Arif, Fitri dengan dua putrinya berada di ruang depan kontrakan. Saat listrik mati, Arif bergegas pergi ke ruang tengah untuk menyalakan lampu minyak. Fitri yang menggendong anak keduanya masih bayi mengajak si sulung untuk ke ruang tengah.
Entah kenapa si sulung tak mau diajak ke ruang tengah. Arif dan Fitri bercanda meninggalkan si sulung sendirian di ruang depan supaya takut dan mau pindah ke ruang tengah. Si sulung yang bermain di ruang depan tak menangis ditinggal sendirian tetapi saat Arif menjemputnya raut wajah sang anak berbeda.
Kedua bola mata si sulung mendadak putih semua dengan kepala menghadap ke atas. Si sulung pun hanya diam ketika sang ayah mendekatinya. Arif mencoba untuk menyadarkan si sulung dengan menepuk-nepuk lengannya. Namun, si sulung tak memberikan respons sedikitpun.
ADVERTISEMENT
Padahal sebelum listrik padam kondisi putri pertama mereka baik-baik saja. Arif dan Fitri membacakan doa-doa untuk putri pertama mereka guna menyadarkannya. Satu jam kemudian, sang putri berhasil sadar dan kondisi matanya normal kembali.
Usai kejadian tersebut sikap si sulung yang biasanya ramai dan ceria mendadak berubah pendiam dan sering bicara sendiri seolah memiliki teman lain. Arif dan Fitri diberi saran tetangganya yang sepuh untuk membawa anak mereka ke orang pintar. Rupanya putri sulung mereka diganggu oleh makhluk halus yang menghuni kontrakan.
Masih berhubungan dengan putri sulung Arif dan Fitri, ada satu kejadian horor lagi. Sore itu tempat tinggal mereka diguyur hujan seharian. Fitri mengobrol sore dengan Lastri, penghuni bangunan rumah tua sebelah kiri.
ADVERTISEMENT
“Mbak Fit, Nia (putri sulung Fitri) itu kok hujan-hujanan nanti sakit loh,” ucap Lastri.
“Hah Nia? Mana loh mbak?” respons Fitri kaget.
“Itu lo mbak, Nia hujan-hujanan sendiri, masuk angin loh nanti,” ujar Lastri.
“Mbak Lastri ini bagaimana to? Nia itu sama suami saya dari siang ke rumah kakeknya ada syukuran di Kauman. Saya di rumah cuma sama si kecil,” terang Fitri.
“Benar mbak itu Nia,” kata Lastri menyakinkan Fitri.
“Saya enggak lihat apa-apa mbak, enggak ada Nia,” tutur Fitri.
Lastri dan Fitri seketika saling tatap dan terdiam atas kejadian yang bikin bulu kuduk keduanya berdiri.
Kejadian horor dirasakan pula di bangunan kanan rumah tua tersebut yang ditinggali oleh pasangan suami istri, Tri dan Siti. Ada satu ruang kecil di sana yang tidak boleh dibuka. Pemilik rumah tua sendiri yang melarang pasangan suami istri ini membuka ruangan itu. Tri dan Siti tak mengetahui penyebab pasti, mengapa pemilik kontrakan melarang mereka membuka ruangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Ruangan yang berada tepat di belakang kamar mereka setiap tengah malam Jumat selalu menimbulkan suara berisik. Suara dari sana seperti ada suatu benda yang menyenggol kotak kayu. Tak hanya suara berisik saja tetapi pada saat itu aroma wangi bunga merebak dari dalam ruangan.
Meskipun bangunan yang ditinggali oleh ketiga pasutri ini berbeda. Namun, kamar mandi dan toiletnya masih jadi satu berada di belakang dapur di tempat Tri dan Siti. Kejadian horor mengenai penampakan ular besar pernah dialami oleh Tri serta Hamid.
Tri saat buang air besar pernah melihat ular dengan panjang sekitar 3 meter di atap toilet. Ular besar tersebut melilitkan tubuh di kerangka kayu atap toilet. Hal yang sama juga dialami oleh Arif sewaktu buang air tengah malam. Anehnya, baik Tri maupun Arif hanya melihat ular besar itu sesaat saja.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba ular besar ini hilang entah kemana. Arif juga pernah melihat ular dengan ukuran besar melata di dekat kandang ayam milik Hamid. Namun, saat di dekati ular besar itu lagi-lagi menghilang secara misterius. Sementara, ayam di kandang tak satu pun ada yang dimakan ular.
Dua bapak-bapak ini untuk memastikan keberadaan ular besar sampai menyisir kebun belakang rumah tua. Namun, tak ditemukan bekas jejak melata ular di tanah maupun lokasi sarangnya. Kebun di belakang rumah tua sendiri bersih karena pemilik lahannya rajin mencabut rumput liar yang menempel ke bangunan. Apabila di logika sangat kecil peluangnya ular bisa hidup di sana.
Saat rumah tua tersebut sudah ditinggali oleh tiga pasutri, ada satu mahasiswa yang kos di sana. Mahasiswa ini bernama Andi yang kuliah di salah satu kampus Islam negeri di kabupaten. Andi menempati bangunan kecil yang berada di belakang rumah tengah (ditinggali Arif dan Fitri).
ADVERTISEMENT
Lumrahnya mahasiswa perantauan dengan ekonomi terbatas, Andi memilih kos di sana sebab murah. Andi tak luput mendapatkan gangguan dari makhluk halus yang menghuni rumah tua. Andi bercerita kepada penghuni lain kerap mendengar suara musik gamelan Jawa saat tengah malam.
Suatu hari di siang bolong, Andi pernah kepergok oleh Hamid sedang asyik ngobrol dengan seseorang di dalam kamar dengan kondisi pintu terbuka. Saat Hamid melirik ke arah kamar mahasiswa asal Sumatera tersebut, tidak ada orang lain di sana kecuali Andi. Hamid yang kebelet ke kamar mandi memilih untuk menghiraukan sejenak kejadian itu.
Keesokan harinya ketika Andi akan pulang kuliah, Hamid menanyakan kejadian kemarin.
“Pulang kuliah Di?” sapa Hamid sambil mencuci angkudes (angkutan desa) miliknya.
ADVERTISEMENT
“Iya, Pak Hamid. Kok tumben sudah pulang dari narik jam segini, Pak?” sahut Andi.
“Heeh Di, hari ini cepat soalnya tadi dicarter. Oh iya Di, kemarin siang aku denger dari kamarmu suaranya ramai, ngobrol sama siapa lo?” ucap Hamid.
“Oh itu Pak, sepupunya Pak Arif lagi main ke sana kebetulan mahasiswa juga jadi ngobrol,” kata Andi.
“Kamu enggak salah Di?” ujar Hamid.
“Salah bagaimana Pak?” jawab Andi kebingungan.
“Eee, jadi gini Di, saya itu kemarin siang lewat kamar kamu dengar ada suara cewek kebetulan mau ke toilet. Saya ngelirik ke kamar kamu tapi kok cuma kamu doang,” tutur Hamid.
“Pak Hamid bercanda saja, jangan nakut-nakuti saya dong Pak. Saya itu jelas-jelas ngobrol sama sepupunya Pak Arif loh,” tegas Andi.
ADVERTISEMENT
“Hoalah Di, ngapain saya bohong. Wong saya enggak lihat ada cewek di kamar kamu waktu itu. Tak pikir kamu itu muter video ada suara ceweknya sambil ngobrol sendiri gara-gara mumet tugas,” jelas Hamid.
Usut punya usut, di lain hari ketika Andi dan Hamid bercerita tentang sosok cewek tersebut kepada Arif. Arif sendiri mengatakan kalau sepupu perempuannya tidak ada yang main ke kontrakan. Semua sepupu perempuan Arif sedang kuliah di luar kota. Lagi pula pada hari itu, Arif sedang menghabiskan waktu dengan anak istrinya di rumah. Jadi, ia tak mungkin tidak mengetahui kalau ada sepupunya main ke sana.
Sosok perempuan misterius kembali muncul menampakkan diri pada Andi dan Hamid di waktu berbeda. Ketika malam hari dari kamar, Andi melihat sosok cantik ini berdandan bak wanita Jawa kuno memakai kebaya dengan rambut disanggul. Perempuan tersebut berbeda dari wanita sebelumnya yang mengaku sepupu dari Arif. Perempuan itu terlihat berjalan menuju pintu belakang rumah tua. Mata Andi sempat bersirobok dengannya.
ADVERTISEMENT
Andi langsung dibikin keringat dingin melihat sosok perempuan yang sempat melemparkan senyum kepada dia. Andi sadar bahwa perempuan tersebut bukan manusia karena tidak ada wanita muda di sana yang berdandan demikian. Sementara, Hamid sendiri juga pernah bertemu dengan perempuan dari dunia lain di sana. Perempuan yang ditemui oleh Hamid sama-sama cantik. Ia memiliki rambut panjang lurus yang digerai.
Saking cantiknya paras perempuan ini sampai membuat Hamid terpesona. Entah bagaimana ceritanya Hamid bisa mengikuti perempuan tersebut. Hamid tersadar apabila yang dilihatnya bukan perempuan sungguhan saat dipanggil oleh Arif. Saat itu, Arif melihat gelagat aneh dari Hamid yang senyum-senyum sendiri di dekat kandang ayam tengah malam. Sewaktu Arif memanggil, pandangan mata fokus ke perempuan tersebut bahkan tanpa sengaja menabrak kurungan ayam.
ADVERTISEMENT
Dibalik gangguan horor yang sering dialami oleh tiga pasutri ini, rumah tua tersebut sangat bersejarah bagi mereka. Suatu kebetulan atau bukan, selama 1 hingga 3 tahun tinggal di sana ketiga pasutri tersebut mengalami masa kejayaan. Rejeki yang mereka dapat saat tinggal di rumah tua mengalir deras.
Usaha jual beli kayu bangunan yang dirintis Arif berkembang pesat. Meskipun hanya sebagai orang kedua yang menadah kayu bangunan milik bos tetapi ia mendapatkan penghasilan besar. Hasil dari menjualkan kayu bangunan membuat Arif dan istri bisa membangun rumah sendiri. Pada masa itu, rumah yang dibangun oleh Arif dan istri dapat dikatakan paling mewah di antara rumah tetangga sekitar.
Lancarnya rejeki juga dirasakan oleh Tri dan Siti. Tri yang bekerja sebagai sopir pribadi dari pemilik restoran besar di kabupaten diangkat jadi orang kepercayaan. Ia dipercaya oleh bos mengelola restoran. Omzet restoran terus meningkat setiap harinya saat di bawah pengelolaan Tri. Besarnya peningkatan omzet membuatnya setiap bulan mendapatkan bonus.
ADVERTISEMENT
Sang istri, Siti yang sempat kerja di Arab Saudi diberkati mendapat majikan baik. Siti kerap memperoleh gaji lebih dari majikannya yang lumayan jika dirupiahkan. Tri dan Siti jadi penghuni pertama di kontrakan tua yang memiliki mobil pribadi sendiri. Pada waktu itu, mobil masih menjadi sesuatu yang mewah sebab belum banyak orang daerah yang punya seperti sekarang.
Hamid yang berprofesi sebagai sopir angkutan umum dan punya ternak ayam kala ngontrak di rumah tua rejekinya pun mengalir deras. Perlu diketahui apabila mobil angkutan desa (angkudes) yang dipakainya narik adalah milik pribadi. Pada awal tahun 2000an angkutan umum masih ramai penumpang.
Hamid mempunyai banyak langganan penumpang terutama dari pedagang yang kerap jadi perantara rejeki baginya. Hamid sering menerima buah, sayuran, dan lauk pauk mentah dari pedagang langganan angkutannya. Bahan makanan mentah tersebut diberikan entah langsung atau tak jarang milik penumpang yang tertinggal tetapi tidak dicari. Ketika mendapatkan rejeki bahan makanan, Hamid pasti berbagi dengan dua tetangga kontrakan.
ADVERTISEMENT
Rejeki Hamid mengalir pula dari usaha ternak ayamnya. Pemasukan keluarganya dibantu juga dari gaji sang istri sebagai tenaga usaha di sekolah swasta. Hamid dan Lastri yang memiliki empat anak saat keluar dari kontrakan bisa langsung menempati rumah mereka sendiri. Mereka membangun rumah masih satu jalan dengan kontrakan sama seperti Arif dan Fitri. Rumah mereka cukup besar dibangun dua lantai.
Hidup di rumah tua dengan segala kejadian horor yang menimpa tiga pasutri ini terasa seperti berada di antara musibah dan anugerah. Meskipun harus merasakan kejadian horor yang bikin bulu kuduk berdiri tetapi bukan hal yang mereka sesali. Mereka justru merasakan banyak anugerah tinggal di rumah tua tersebut. Mereka bisa saling kenal dan hidup rukun serta saling membantu satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Entah percaya atau tidak bagi ketiga pasutri itu, rumah tua seperti magnet yang menarik rejeki datang ke mereka. Hidup di rumah tua membuat tiga pasutri ini hidup berkecukupan bahkan lebih. Arif dan Fitri keluar dari sana bisa membangun rumah mewahnya hasil dari usaha kayu selama tinggal di sana. Begitu pula Hamid dan Lastri yang menyusul keluar dari kontrakan bisa mempunyai rumah besar sendiri. Namun, nasib kurang beruntung dirasakan Tri dan Siti. Hanya mereka yang keluar dari rumah tua hingga sekarang belum memiliki hunian sendiri.
Ada pula pasutri lain merasakan derasnya rejeki saat mengontrak di rumah tua horor. Pasutri tersebut ngontrak di sana setelah keluarga Hamid dan Arif pindah. Pasutri itu nasibnya baik layaknya Arif dan Fitri serta Hamid dan Lastri. Usaha pot bunga dari si laki-laki sukses sewaktu tinggal di kontrakan. Hal itu membuat mereka dapat cepat merealisasikan rumah impiannya.
ADVERTISEMENT
Setelah semua pindah dari rumah tua ini kehidupan mereka langsung berbanding terbalik. Rumah tangga Arif dan Fitri diterpa masalah berturut-turut. Kondisi ekonomi rumah tangga mereka goyah hingga membuat usaha Arif bangkrut. Mereka terlilit utang jika ditotal seluruhnya hampir satu miliar. Arif pergi meninggalkan istri dan anaknya bersembunyi dari kejaran penagih utang. Fitri dengan empat anaknya harus bertahan sebagai single mother menghadapi penagih utang yang datang sewaktu-waktu.
Kondisi yang sama dialami oleh Hamid dan Lastri. Usaha ternak ayamnya bangkrut akibat flu burung tahun 2005. Penghasilan harian Hamid sebagai sopir angkutan umum semakin hari menurun. Sebab, masyarakat banyak yang telah beralih menggunakan kendaran pribadi. Sekolah tempat Lastri bekerja mengalami penurunan jumlah siswa yang drastis setiap tahun. Hal ini disebabkan orang-orang memilih untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah negeri. Lastri berjualan nasi bungkus yang dititipkan untuk menyambung hidup keluarganya.
ADVERTISEMENT
Nasib pilu dirasakan pula Tri dan Siti. Mereka menjual mobil usai pindah dari kontrakan. Tri didiagnosis penyakit dalam hingga sempat dirawat di rumah sakit. Biaya perawatan Tri cukup besar diambil dari seluruh tabungan mereka. Restoran tempat kerja Tri lambat laun sepi pembeli karena bermunculan rumah makan baru. Bos dari Tri sampai melakukan PHK besar terhadap karyawannya. Beruntung Tri tidak kena PHK karena paling lama ikut dengan bos. Siti kala kondisi ekonomi keluarganya hancur memutuskan pergi ke Arab Saudi lagi. Namun, ia hanya bertahan satu tahun di sana karena dipulangkan dengan alasan tak jelas.
Beberapa tahun rumah tua tersebut kosong seperti sedia kala. Rumah tua itu tidak dikontrakan lagi karena dijual oleh pemilik kepada saudaranya. Setelah dijual, rumah tua ini dirobohkan dan direncanakan akan dijual dalam bentuk kavling atau dibangun perumahan. Ketika pembongkaran rumah tua ada peristiwa yang mencengangkan. Sebuah keris kuno ditemukan di dalam lemari bagian bangunan tengah, dulunya dikontrak Arif dan Fitri. Ditemukan juga kotak kayu ukir kuno terkubur di ruang misterius belakang kamar Tri dan Siti. Kotak kayu kuno itu berisi keris, jimat, dan kain kafan usang. Semua benda tersebut usut punya usut milik nenek buyut dari pemilik yang dulunya dikenal sebagai dukun.
ADVERTISEMENT