news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Inspiratif Syahida Wanita Hebat Penjual Jenang Lot

Haqi Malika
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
10 Desember 2022 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haqi Malika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Doc. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Doc. Pribadi
ADVERTISEMENT
Surakarta-Pemandangan berbeda terlihat di Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (19/11). Terlihat seorang wanita yang tengah berdiri dengan semangat sembari menawarkan produknya ditengah keramaian para pengunjung Muktamar Fair.
ADVERTISEMENT
Wanita tersebut bernama Syahida, seorang mahasiswi jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Magelang yang berjualan makanan manis khas Magelang yaitu jenang lot. “Saya ingin turut berpartisipasi dalam acara Muktamar ke-48 Muhammadiyah dengan berjualan dagangan saya sendiri, serta memperkenalkan makanan khas Magelang kepada orang-orang”, tutur Syahida saat diwawancarai pada Sabtu (19/11). Muktamar ke 48-Muhammadiyah memberikan dampak positif bagi sebagian besar masyarakat, khususnya para pelaku UMKM yang mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi di Muktamar Fair.
Di saat maraknya mahasiswa bergaya hidup mewah, masih ada mahasiswa yang ingin berjuang untuk membiayai hidupnya sendiri daripada memberatkan beban orang tuanya. Bahkan, Syahida tidak tergoda sama sekali dengan teman-temannya yang memiliki gaya hidup serba mewah.
Di tengah perkembangan zaman saat ini, Syahida memanfaatkan teknologi untuk menjual jenang lot miliknya secara online dan bekerjasama dengan beberapa toko oleh-oleh di Magelang. Tentunya hal ini membuahkan hasil. Tak hanya berjualan jenang lot, Syahida juga menjual berbagai macam pakaian untuk wanita melalui media sosial. Pendapatan yang ia dapatkan dari usahanya tersebut, ia tabungkan untuk membiayai hidupnya beserta keluarga sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Syahida merupakan mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Magelang, ia berjualan di tengah kesibukannya menjalani pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Ia mengaku berjualan jenang lot sama sekali tidak mengganggu perkuliahannya. Tugas selalu ia kerjakan disela-sela waktunya berjualan. “Biasanya saya meluangkan dan membagi waktu. Ada waktunya berjualan dan ada waktunya mengerjakan tugas-tugas kuliah”, ujar mahasiswi yang akrab disapa Syasya ini.
Syasya sudah menjalani hidupnya dengan berjualan jenang lot sejak ia SMP. Saat itu ia ikut membantu ibunya untuk berjualan jenang lot demi bertahan hidup setelah ditinggal wafat bapaknya. Ketika bapaknya masih hidup, Syahida berkehidupan menengah ke atas. “Ya namanya juga hidup, terkadang kita harus siap menjalani seberapa besar rintangan yang ada meskipun itu berat. Tidak ada pilihan lain selain berjuang”, tuturnya.
ADVERTISEMENT
Saat ia lulus SMP dan ingin melanjutkan pendidikan ke SMA, Syahida terkendala biaya karena ibunya jatuh sakit dan tidak bisa memproduksi jenang lot. Ia terpaksa menunda harapannya dan mencari cara agar bisa mendapatkan uang untuk biaya sekolahnya. Berbagai cara ia lakukan seperti menjadi buruh harian, tukang cuci motor, dan membersihkan rumah tetangga demi mendapatkan uang untuk melanjutkan sekolah.
Memang hal yang tak mudah bagi seorang anak perempuan yang ditinggalkan bapaknya dan bercita-cita menjadi dokter. Ia harus rela memendam dua tahun cita-citanya, demi mendapatkan kesempatan serta waktu yang tepat untuk melanjutkan pendidikan. Hingga akhirnya ia mendapatkan kesempatan beasiswa, Syasya bisa melanjutkan impiannya untuk sekolah ke SMA. Walau mungkin umurnya sudah bukan selayaknya baru menduduki bangku SMA, tetapi ia tetap bersyukur dalam menjalaninya. Saat ia SMA, ibunya yang sakit syukurnya membaik. Saat itulah Syahida belajar cara membuat jenang lot kepada ibunya. Hingga akhirnya usaha jenang lot miliknya membuahkan hasil.
ADVERTISEMENT
Di kala SMA, Syahida bercita-cita untuk berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Harapannya harus terkubur kesekian kalinya, karena ibunya jatuh sakit kembali dan ia tidak tega untuk meninggalkan ibu beserta adiknya. Syahida merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Akhirnya dengan berat hati, ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Magelang agar dekat dengan tempat tinggalnya.
Walaupun menikmati berkuliah sambil berjualan, Syahida mengaku sempat ingin menyerah. Ada kalanya jerih payahnya tidak membuahkan hasil juga banyak hinaan serta cacian dari orang sekitar yang terlontar kepadanya. Keinginannya untuk bisa membiayai hidupnya beserta keluarga mengalahkan segala hinaan dan cacian. Semua itu ia balas dengan pembuktian. “Saya pernah dihina tidak akan bisa menjadi orang sukses karena hanya jualan jenang lot saja. Pernah juga hinaan itu terlontar dari teman SMA, karena umur saya yang tidak seperti kebanyakan anak SMA saat itu”, ujarnya sambil berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Syahida memang hanyalah seorang wanita. Tetapi ia memiliki tekad, semangat, serta prinsip yang kuat seperti baja. “Selama saya hidup dengan berbagai keterbatasan, saya tidak pernah mau untuk meminjam uang kepada orang lain. Saat saya masih bisa berjuang untuk hidup saya dan keluarga, pasti saya akan perjuangkan bagaimanapun caranya. Meskipun hidup ini tak mudah, saya akan terus berjuang dan pantang menyerah hingga kapan pun”, pungkasnya sembari tersenyum.