Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Toleransi Beragama dalam Negara Pancasila
20 Juni 2021 15:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Hartini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tuntutan hidup membuat kita berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang kita mau, tapi tidak semua apa yang kita mau harus kita miliki. Keterlibatan tuhan cukup andil di sini, sekuat apa pun kita berusaha ketika tuhan tidak berkehendak maka usaha kita hanya tinggal usaha sia-sia saja, meskipun dari usaha tersebut kita bisa belajar dan mendapatkan sebuah pengalaman baru. Dalam kehidupan berpancasilapun kita harus dituntut untuk lebih mendekatkan diri pada tuhan. Globalisasi kian mengikis nilai-nilai kehidupan yang berlandaskan agama yang telah founding father kokohkan sejak awal negara pancasila dibentuk. Warga negara kian jauh dari sifat pancasilais yang telah lama mengakar dari tujuan awal dan jauh terhengkang dari falsafah bangsa.
Berita-berita hoaks timbul beriringan saling mengejar menjepit satu sama lain saling menukik dan mengikis menjadi tak terelakkan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, memiliki suku-suku dan budaya yang berbeda. Berita hoaks sering kali menimbulkan gejolak di tengah kemajemukan tersebut. Dimulai dari perang antarkampung, tawuran pelajar antar sekolah, dan yang paling utama dan mendasar adalah perpecahan antar Agama.
ADVERTISEMENT
Masih tergambar di pikiran kita kejadian pembakaran masjid di salah satu provinsi di bagian timur indonesia, kemudian pengeboman gereja-gereja di beberapa provinsi lainnya. Hal ini karena ada ketimpangan dan tidak menguatnya komitmen terhadap agama, kurangnya sikap religiulitas yang jarang dipertontonkan sehingga menimbulkan kurangnya pemahaman akan keberagaman yang telah awal dibentuk oleh pendiri bangsa.
Komitmen terhadap agama atau euforia religiulitas dan kesalehan global saat ini belum mampu berjalan lurus dengan moralitas di tengah kehidupan bermasyarakat, euforia terhadap agama belum mampu membangun pranata sosial yang manusiawi dan keimanan yang jauh dari kata kasih sayang. Apalagi fanatik agama yang dianut oleh beberapa kelompok agama lain yang senang sekali menjelekkan, memfitnah dan mengkafirkan dan merasa paling benar sendiri juga mempengaruhi dan mengurangi nilai-nilai toleransi yang telah kokoh menjadi pondasi bangsa.
ADVERTISEMENT
Ketidakpedulian terhadap orang lain dan antipati kian berseliweran seakan tak pernah ada jeda, kumpulan massa agamis berkumpul untuk marah kemudian menuntut dan menghukum orang yang ia anggap sebagai penista. Seakan kata maaf tidak bernilai dan tidak memiliki arti. Dengan anggapan lain tidak ada kata maaf untuk orang yang berbuat salah. Sangat jauh sekali dari nilai-nilai agama yang dianut. Membuat segelintir orang yang berpikiran waras geleng-geleng kepala merasa nilai agamanya ternodai agamanya oleh sekelompok orang yang lain.
Pancasila yang dibentuk oleh pendiri bangsa yaitu bertujuan untuk mendekap dan menyatukan semua agama di bawah payung persatuan guna mencapai tujuan yang sama dan untuk kemaslahatan dan kebermanfaatan, saling menguatkan satu agama dengan agama yang lain. Menjadikan negara yang bersuku-suku dan beragama ini saling bahu-membahu menuju negara yang makmur adil dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
Kita bisa lihat di pulau Bali kehidupan beragama sangat toleransi ketika Masjid dibangun di sebelah Gereja, Wihara dan lenteng. Ibaratkan beberapa anak kecil polos yang bermain dan menemukan sebuah teman baru tanpa memandang suku dan apa agama yang dianutnya. Benar-benar hanya melihat sebuah teman bermain, saling butuh satu sama lain, melengkapi dan membantu ketika kita jatuh saat kejar-kejaran.
Tetapi itu semua tidak mengendurkan semangat dan nilai-nilai dari toleransi yang telah tertanam sejak dini. Masih kita liat sekarang sejak kecil atau TK kita diajarkan untuk saling berbagi makanan kepada teman sebangku. Di tempat pengajian kita diharuskan saling belajar satu sama lain, mengajarkan kepada teman yang belum bisa dan menggantikan guru mengaji kepada yang masih kecil, nilai-nilai kecil ini mengajarkan dan membangun dasar dasar toleransi kepada sejak dini.
ADVERTISEMENT
Di bangunan masjid-masjid yang lain kita diajarkan untuk saling tolong-menolong antarsesama. Tanpa menanyakan agamanya terlebih dahulu ketika mau menolong. Menanamkan rasa solidaritas dan rasa cinta tanah air pada organisasi-organisasi kecil, organisasi desa, dan kelompok peduli masyarakat.
Penguatan dari kelompok masyarakat kecil inilah yang menjadi cikal bakal terwujudnya masyarakat yang memiliki kekuatan toleransi tinggi. Dengan ini maka sikap untuk saling menerima dalam keterbukaan terhadap umat dengan agama yang beragam. Tidak peduli terhadap agama apa yang dianut, setiap orang selayaknya dapat saling menghargai satu sama dengan yang lain. Tujuan dari toleransi beragama yaitu untuk membuat suasana atau situasi yang harmonis serta menciptakan kerja sama antar umat beragama. Bentuk kerja sama antar umat beragama dapat terjadi dalam berbagai bentuknya.
ADVERTISEMENT
Agama membuat kita dapat menghilangkan diskriminasi dalam berbagai bentuk dan cara sehingga dapat menegakkan keadilan dan perbaikan moral supaya pesan yang terkandung di dalam agama dapat dijadikan pedoman untuk bertindak. Karena agama mengajarkan hal-hal yang baik dan orang yang beragama akan berperilaku sebisa mungkin sesuai dengan ajaran agamanya. Dengan adanya agama dan kegiatan sosial kita diajarkan untuk saling menghargai dan menyebarkan kasih sayang serta kepedulian terhadap orang lain sehingga dalam kehidupan beragama kita bisa terwujudkan rasa toleransi.