Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ada Namun Tidak Berperan: Hilangnya Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
10 Desember 2022 22:46 WIB
Tulisan dari Hardinda Raisha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di Indonesia masih banyak pandangan bahwa laki – laki tugasnya hanyalah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan dalam hal mengasuh serta merawat anak itu merupakan tugas dari seorang wanita. Karena pandangan inilah yang mengakibatkan banyak nya anak – anak di Indonesia yang mengalami fatherless. Indonesia menempati urutan ke -3 sebagai negara fatherless di dunia. Fatherless merupakan kondisi dimana ayah tidak berperan secara psikologis dalam kehidupan sang anak.
ADVERTISEMENT
Menurut Borba (dalam Dinda Septiani, 2017), “Pengasuhan merupakan hal penting dalam mempengaruhi kepribadian anak. orangtua memiliki peran berbeda dalam mengasuh anak. Ibu berperan besar pada perwatakan anak, sedangkan ayah berperan pada aktivitas yang berhubungan dengan pembentukan pribadi anak”. Ayah harus turut terlibat dalam tumbuh kembang sang anak. Selain memenuhi kebutuhan material sang anak, ayah berperan dalam melindungi anak dari segala macam bahaya dan melakukan pendisiplinan serta pengajaran bagi anak.
Lalu apa yang akan terjadi bila anak tidak merasakan peran ayah dalam hidupnya?
Peran ayah ternyata juga berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan bahasa anak. Hal ini terbukti oleh penelitian yang dilakukan oleh Paulson, Keefe dan Leiferman (dalam Arief Rihadini Sundari & Febi Herdjani, 2013), perkembangan kemampuan seorang anak dalam berbahasa dan berbicara saat berusia 2 tahun menjadi semakin buruk karena semakin sedikitnya sang ayah membacakan cerita padanya saat masih bayi. Kemudian anak yang mengalami fatherless juga rentan mengalami penurunan pada peforma akademik, seperti ketertinggalan dalam pembelajaran di sekolahnya dan juga penurunan pada keterampilan kognitif.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, anak – anak yang mengalami fatherless rentan mengalami kekerasan oleh ibunya. Karena beban sang ibu yang terlalu berat akibat harus mengurus anak sekaligus melakukan pekerjaan rumah membuat sang ibu kelelahan dan gampang tersulut emosi. Sehingga berujung melampiaskan emosinya kepada sang anak melalui amarah atau kekerasan. Hal ini yang nantinya akan berpengaruh pada psikologis sang anak.
Para remaja yang mengalami fatherless juga cenderung mengalami kesepian, akibat kurangnya perhatian yang didapat dari ayah. Kesepian ini bisa memunculkan perilaku agresi namun bisa juga tidak. Ketika remaja tidak sama sekali mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya maka perilaku agresi ini akan muncul, namun perilaku agresi bisa saja tidak muncul yaitu pada kondisi dimana saat remaja berpisah dengan ayahnya, dia sudah merasa cukup dengan kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh ayahnya. Maka sang anak hanya akan merasa kesepian akibat kehilangan sosok ayah.
ADVERTISEMENT
Fatherless sudah menjadi permasalahan internasional
Fatherless bukan hanya terjadi di Indonesia saja tetapi hal ini juga terjadi pada negara – negara lain, dan hal ini sudah menjadi permasalahan internasional. Remaja di Belanda memiliki keinginan bunuh diri dan permasalahan psikologis yang lebih tinggi, kemudian di Swedia anak – anak yang berasal dari ibu dan ayah yang tidak menikah pendidikan akademisnya lemah, dan juga anak – anak fatherless di Australia mengalami kemiskinan. Kemudian permasalahan fatherless ini juga terjadi di Amerika, Inggris, Kanada, Norwegia dan Afrika (Rihadini Sundari & Febi Herdjani, 2013)
Hal tersebut menunjukkan bahwa peran ayah memang sangat berpengaruh sekali. Mulai dari perilaku sang anak, pendidikan, hingga kesehatan mental sang anak. Ayah memang memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan material anak dan istrinya, namun anak juga membutuhkan waktu ayahnya. Anak perlu pedoman serta dukungan dalam hidupnya, dan ayah lah yang seharusnya menjadi pedoman bagi anak – anaknya. Kehangatan, dukungan, perhatian serta pengajaran memang bisa didapatkan dari seorang ibu, bahkan dikatakan bahwa ibulah guru pertama bagi sang anak. Tapi anak juga ingin merasakan hal tersebut dari ayahnya. Peran kedua orang tua harus seimbang agar tidak terjadinya penyimpangan dalam perilaku anak. Mulailah meluangkan waktu untuk anak – anak anda, tingkatkan komunikasi dan dukungan pada anak anda!
Referensi
ADVERTISEMENT
Sundari, A. R., & Herdajani, F. (2013). Dampak fatherless terhadap perkembangan psikologis anak.
Septiani, D., & Nasution, I. N. (2018). Peran keterlibatan ayah dalam pengasuhan bagi perkembangan kecerdasan moral anak. Jurnal psikologi, 13(2), 120.
Maryam Sobari, M. (2022). Gambaran Kemampuan Self Control Pada Anak yang di Duga Mengalami Pengasuhan Fatherless. PIAUDKU: Journal of Islamic Early Childhood Education, 1(1), 1-5.
Alfasma, W., Santi, D. E., & Kusumandari, R. Loneliness dan perilaku agresi pada remaja fatherless.