Konten dari Pengguna

Alhamdulillah dan Amin

Hardini Kusumadewi
Pranata Humas Ahli Muda di Sekretariat Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Kementerian Kesehatan
5 Mei 2022 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hardini Kusumadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Al-Qur'an. Foto: Hardini Kusumadewi
zoom-in-whitePerbesar
Al-Qur'an. Foto: Hardini Kusumadewi
ADVERTISEMENT
“Wah anak bujang sudah tambah dewasa, umur berapa kamu, Nak? Sudah kerja? Kapan ke pelaminan?”, tanya Nenekku pada adikku keduaku.
ADVERTISEMENT
“Kalau Adik sudah lulus kuliah? Sudah punya pacar belum?”, tanya Nenek pada adikku yang paling kecil.
“Eh ada Boy baru datang, bagaimana rasanya puasa berdua? Ngomong-ngomong istrimu sudah isi belum?”, Tante juga menanyakan pertanyaan yang sama lagi padaku. Beragam pertanyaan dilontarkan oleh sanak saudara saat saat bersilaturahim ke rumah Nenek Buyut.
Setelah 2 tahun pandemi Covid-19, kali ini kami berkesempatan mudik lebaran ke rumah Nenek Buyut di Solo. Lebaran hari pertama memang sudah menjadi tradisi keluarga besar kami untuk berkumpul dan bersilaturahmi di rumah Nenek Buyut. Sudah sangat sepuh, umurnya menginjak 89 tahun ini, namun alhamdulillah Nenek Buyut masih sangat sehat.
Nenek Buyut selalu ramah, selalu tersenyum ketika kami mengunjungi rumahnya. Beliau masih ingat cucu-cucu dan cicit-cicitnya, tidak pernah bertanya macam-macam tentang kondisi kami. Berbeda sekali dengan Nenek, Kakek, Tante, Om, Pakde dan Bude yang selalu ingin tahu dan selalu bertanya ini dan itu.
ADVERTISEMENT
Ini sudah lebaran ke sekian kali, tetapi yang ditanyakan setiap tahun selalu sama. Bosan rasanya, bingung harus siapkan jawaban apa lagi. Secara psikologis, menjadi beban berat kalau jawabannya ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Rasanya kurang pandai kalau tidak bisa menjawab dengan jujur tanpa membuat kita merasa malu. Harus gunakan jurus psikologi komunikasi nih, pikirku.
Komunikasi dalam Perspektif Psikologi
Mengutip dari Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, dijelaskan bahwa psikolog menggunakan komunikasi sebagai cara untuk memberikan terapi atau penyembuhan kepada pasien yang mengalami persoalan kesehatan mental. Dalam ilmu psikologi, komunikasi diartikan sebagai sebuah proses yang memberikan transmisi atau sinyal kepada pengobatan atau psikoterapis.
Komunikasi melihat psikologi sebagai suatu kajian bagaimana kepribadian seseorang itu terbentuk, termasuk kepribadian orang kepo dan selalu ingin tahu urusan orang. Pada dasarnya, manusia tidak dibentuk oleh lingkungan, melainkan bagaimana caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya.
ADVERTISEMENT
Kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita sehingga komunikasi akan menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Kehidupan ini pun adalah bagian dari komunikasi, termasuk bagaimana cara kita menjaga hubungan dan berkomunikasi dengan Sang Pencipta (hablunminallah).
Semakin sering kita melatih kemampuan lisan komunikasi, maka akan semakin pandai kita berstrategi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan sensitif dengan tetap menjaga hubungan baik bagi sesama manusia (hablunminannas). Sampai-sampai ada hadist yang mengatakan bahwa keselamatan manusia tergantung pada kemampuan lisannya (H.R. Bukhari).
“Alhamdulillah, Tante, puasa berdua sungguh sangat nikmat, bisa semakin dekat dengan Allah. Masih merayu Allah supaya lekas diberikan momongan biar tambah nikmat puasa tahun depan. Doakan ya Tante”, jawabku.
“Ya pasti, Tante doakan semoga Boy dan istri lekas diberikan momongan, biar tahun depan lebaran makin ramai dengar ocehan si kecil”, Tante mendoakanku. “Amin,” sahutku dan istriku.
ADVERTISEMENT
Lalu, kubisiki adik-adikku jurus untuk menjawab pertanyaan Nenek.
“Alhamdulillah Nek, tahun ini menginjak usia 32 tahun. Doakan Rangga supaya cepat dapat kerja ya Nek. Tahun lalu Rangga masih bekerja di perusahaan otomatif terkenal, tapi karena pandemi, Rangga jadi kena imbas di-PHK,” jelas adikku Rangga.
“Iya Nek, Ninda juga minta doa Nenek supaya cepat lulus kuliah dan cepat dapat jodoh. Sekarang Ninda lagi mau ujian akhir, alhamdulillah dapat dosen pembimbing yang ramah dan tidak pelit limu,” lanjut adikku Ninda.
“Iya Cu, Nenek doakan semoga semuanya lancar. Rangga cepat dapat kerja, Ninda cepat lulus kuliah. Yang penting, semuanya sehat-sehat semua, jadi kita semua bisa kumpul-kumpul lagi di sini,” Nenek mendoakan adik-adikku.
“Amin,” jawab adik-adikku. Kami pun melanjutkan obrolan dengan nyaman.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan pertanyaan mereka, justru menandakan bahwa mereka peduli. Kita saja yang terlalu baperan mendengarnya. Jurusnya cukup mudah sebenarnya, jangan baper, cukup dijawab yang jujur dengan tidak menyinggung perasaan orang tua. Kembalikan lagi pada Yang Maha Kuasa. Karena di setiap pertanyaan mereka, pasti ada doa yang terbaik untuk kita.