Konten dari Pengguna

Public Relation in China (PRC)

Hardini Kusumadewi
Pranata Humas Ahli Muda di Sekretariat Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Kementerian Kesehatan
19 Juli 2022 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hardini Kusumadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sosial Media dan Aplikasi Tiongkok. Gambar: Dokumen pribadi yang dibuat dengan Canva.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sosial Media dan Aplikasi Tiongkok. Gambar: Dokumen pribadi yang dibuat dengan Canva.
ADVERTISEMENT
“Selamat, Anda berhasil mendapatkan beasiswa S2 di University of International Business and Economics di Beijing, Tiongkok,” begitu isi email yang saya dapat hari ini. Berulang kali kubaca isi email-nya, sampai gemetaran dan berdiri bulu kudukku. Rasanya seperti mimpi, tetapi ini email sungguhan dan nyata. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, saya berkesempatan untuk bisa sekolah lagi.
ADVERTISEMENT
Rasanya begitu banyak saya mengajukan beasiswa untuk sekolah, hampir saya lupa pernah mengajukan juga ke Tiongkok. Padahal waktu itu bukan prioritas utama saya, bahkan saya minta anakku yang memilihkan jurusannya. “Kok malah Tiongkok yang berhasil lolos?” kubertanya-tanya dalam hati. Tetapi, saya percaya ini sudah jalan Allah, pilihan Allah yang terbaik buat saya. Walaupun masih bingung bagaimana menjalankannya, tetapi tetap bersyukur.
Sebagai seorang Humas/Public Relation (PR), rasa penasaran menggelitik hati saya. Seperti apa rupa Humas Tiongkok? Bedakah dengan Humas Indonesia?
Seorang Humas/Public Relation (PR) haruslah bisa menciptakan dan menjaga citra publik secara positif untuk individual, kelompok, institusi atau organisasi yang mereka wakili. Ahli Humas membuat rilis media dan mengembangkan program di media sosial untuk membentuk persepsi publik terhadap klien dan meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan tujuan setiap klien.
ADVERTISEMENT
Melansir dari beberapa sumber, di Tiongkok, Public Relation (PR) adalah salah satu bentuk komunikasi paling murah dan efisien untuk membentuk citra dan reputasi perusahaan, produk atau merek.
Tetapi, PR di Tiongkok memilki keunikan tersendiri, yang membuatnya berbeda dari PR dunia Barat. Pemerintah Tiongkok secara ketat mengontrol lembaga pers, surat kabar, dan portal, sensor negara dan sangat membatasi apa yang dapat dilaporkan media.
Jurnalis Tiongkok memiliki etika yang berbeda dengan jurnalis barat. Mereka tidak bisa terlalu kritis dan terbuka, karena mereka lebih lebih dituntut untuk bisa mempromosikan perspektif resmi negaranya alih-alih melaporkan suatu ‘kebenaran’. Hal ini juga yang membuat kebijakan Pemimpin Negara Tiongkok dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan mengajak negara-negara lain untuk berinvestasi di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Contohnya, kebijakan tentang Belt and Road Initiative (BRI). BRI merupakan salah satu kebijakan luar negeri dan ekonomi Pemerintah Tiongkok yang paling ambisius. Kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat pengaruh ekonomi Beijing melalui program yang luas dan menyeluruh dalam pembangunan infrastruktur di seluruh negara yang dilewati jalur tersebut. Kebijakan ini dikeluarkan juga mengingat perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat yang saling memperebutkan pengaruh politik dan ekonomi.
Selain itu, sumber berita online merupakan sumber informasi utama bagi orang Tionghoa. Mayoritas orang Tionghoa membaca lebih banyak berita di internet daripada membeli koran. Pembaca berita online yang sering menghabiskan lebih sedikit waktu untuk membaca setiap artikel sehingga jurnalis Tiongkok sudah sangat paham untuk selalu fokus dan jelas pada kualitas artikel dan langsung bercerita pada intinya.
ADVERTISEMENT
Tiongkok bahkan memiliki media sosial dan aplikasi pertemanan sendiri, seperti Weibo, WeChat, Youku Tudou, Baidu Maps, dan masih banyak lainnya. Tidak seperti di negara-negara lain, Pemerintah Tiongkok sangat ketat untuk mengizinkan media sosial luar beredar di China. Tidak sedikit media sosial dan aplikasi luar seperti WhatsApp, Twitter dan Facebook yang diblokir oleh Pemerintah Tiongkok sehingga warga Tiongkok kehilangan akses untuk menggunakan aplikasi tersebut.
Kesimpulannya, Humas/Public Relation (PR) tidak begitu sulit untuk dipahami di Tiongkok, teorinya sama di mana pun. Namun, Tiongkok memiliki saluran dan konten PR berbeda. Kekuasaan Pemerintah Tiongkok adalah hal mutlak dan tidak dapat dikesampingkan karena memiliki pengaruh pada semua media. Selain itu, hambatan bahasa dan budaya juga harus diperhitungkan.
ADVERTISEMENT
Menarik sekali belajar PR di Tiongkok. Tetapi sebelum lanjut lebih jauh, ada baiknya juga saya perlu belajar bahasa Mandarin. Karena bagaimana pun juga, 2 tahun menempuh pendidikan di Tiongkok bukanlah waktu yang sebentar. Untuk bisa beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Tiongkok, sangat penting untuk bisa paham dan berkomunikasi menggunakan bahasa mereka.