Konten dari Pengguna

Bermain Video Game Bikin Kemampuan Mengingat dan Menalar Anak Jadi Lebih Baik

Rakatrisna
Rakatrisna
26 Oktober 2022 21:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rakatrisna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak bermain video game. Sumber gambar : pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bermain video game. Sumber gambar : pixabay
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian yang melibatkan hampir 2.000 anak di Amerika Serikat menemukan bahwa mereka yang bermain video game selama tiga jam per hari atau lebih tampil lebih baik pada tes keterampilan kognitif yang melibatkan kontrol impuls dan memori kerja dibandingkan dengan anak-anak yang tidak pernah bermain video game.
ADVERTISEMENT
Studi ini dilakukan dengan mengolah data dari Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD) yang dipublikasikan pada tahun 2018. Para peneliti menarik beberapa data dari ABCD seperti data 2.217 anak-anak berusia 9 dan 10 tahun. Penelitian ini didukung oleh National Institute on Drug Abuse (NIDA) dan entitas lain dari National Institutes of Health.
“Studi ini menambah pemahaman kami yang berkembang tentang hubungan antara bermain video game dan perkembangan otak,” kata Direktur NIDA Nora Volkow, M.D.
Anak-anak yang terlibat dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok; mereka yang tidak bermain video game sama sekali dan mereka yang bermain video game selama tiga jam per hari atau lebih. Pembatasan ini dipilih sesuai pedoman waktu layar dari American Academy of Pediatrics, yang merekomendasikan agar waktu bermain video game dibatasi hingga satu hingga dua jam per hari untuk anak-anak yang lebih besar.
Ilustrasi anak-anak bermain video game. Sumber gambar : pexels
Untuk setiap kelompok, para peneliti mengevaluasi kinerja anak-anak pada dua tugas yang mencerminkan kemampuan mereka untuk mengontrol perilaku impulsif dan untuk mengingat informasi, serta aktivitas otak anak-anak saat melakukan tugas.
ADVERTISEMENT
Meskipun sejumlah sejenis cukup sering dilakukan, namun mekanisme neurobiologis yang mendasari hubungan antara bermain video game dengan perkembangan otak belum dipahami dengan baik. Di samping itu, ukuran sampel untuk studi tersebut kecil dengan kurang dari 80 peserta.
Dalam studi yang diterbitkan pada Selasa (25/10), di JAMA Network Open tersebut menemukan bahwa anak-anak yang dilaporkan bermain video game selama tiga jam atau lebih per hari lebih cepat dan lebih akurat pada kedua tugas kognitif dibandingkan mereka yang tidak pernah bermain.
Fungsi kognitif merupakan fungsi kompleks pada otak manusia yang melibatkan aspek memori, baik jangka pendek ataujangka panjang, perhatian, perencanaan, dan nalar serta strategi dalam berfikir dari seseorang. Fungsi kognitf juga melibatkan aspek kognitif pada seseorang, seperti bahasa dan perbendaharaan kata.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, anak-anak yang bermain setidaknya tiga jam video game per hari menunjukkan lebih banyak aktivitas otak di daerah otak depan yang berhubungan dengan tugas yang menuntut lebih banyak kognitif dan lebih sedikit aktivitas otak di daerah otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Ilustrasi otak manusia. Sumber gambar : pixabay
Para peneliti menduga kemampuan para gamers ini mungkin berasal kebiasaan mereka saat bermain video games. Otak mereka mungkin menjadi lebih efisien dalam memproses adegan dan gambar sebagai hasil dari latihan berulang melalui video game.
Peneliti tidak menyebutkan jenis video games apa yang mereka maksudkan, meskipun sebenarnya studi ini dapat membantu para developer game untuk mengembangkan permainan dengan aspek kognitif.
“Meskipun kami tidak dapat mengatakan apakah bermain video game secara teratur menyebabkan kinerja neurokognitif yang unggul, ini adalah temuan yang menggembirakan, dan salah satu yang harus terus kami selidiki pada anak-anak ini saat mereka beralih ke masa remaja dan dewasa muda,” kata Bader Chaarani, Ph.D., penulis utama studi tersebut yang merupakan seorang asisten profesor psikiatri di University of Vermont.
ADVERTISEMENT
"Banyak orang tua saat ini khawatir tentang efek video game pada kesehatan dan perkembangan anak-anak mereka, dan karena game ini terus tumbuh di kalangan anak muda, sangat penting bagi kita untuk lebih memahami dampak positif dan negatif dari game tersebut," lanjutnya.
Studi ABCD tersebut merupakan penelitian terbesar soal hubungan bermain video games dengan perkembangan kemampuan otak di Amerika Serikat, melacak hampir 12.000 remaja saat mereka tumbuh menjadi dewasa muda.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan otak, kognitif, dan sosial-emosional, untuk menginformasikan perkembangan intervensi untuk meningkatkan lintasan hidup orang muda. (Rakatrisna)