Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I)

Hari Yulianto
Yumiporo (You and me are brother)
Konten dari Pengguna
20 November 2018 22:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hari Yulianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Konsulat RI di Vanimo (lama). Sumber foto: Dok. Pribadi/Hari Yulianto
ADVERTISEMENT
Mungkin tak banyak yang tahu kalau dunia diplomasi tidak hanya melulu perkara PBB, ASEAN atau TKI yang mengalami masalah di luar negeri. Atau mungkin sedikit orang yang paham kalau diplomat itu pekerjaan tidak cuma bernegosiasi di meja sidang, mempromosikan kepentingan Indonesia di luar negeri atau hadir dalam resepsi diplomatik di negara asing. Diplomasi lebih dari itu. Termasuk suka duka di dalamnya. Dan pada edisi kali ini saya akan bercerita sebagaian tentangnya,
Penugasan di Perwakilan Rawan
Perawakilan Rawan/Berbahaya adalah Kantor Perwakilan Republik Indonesia (bisa berupa KBRI, Konsulat Jenderal RI atau Konsulat RI) yang berada di negara yang wilayahnya rawan/berbahaya (sedang terjadi perang/konflik bersenjata) atau karena kondisi tertentu bersifat rawan/berbahaya (tingkat kriminalitas yang tinggi, wabah penyakit, fasilitas negara setempat yang buruk dsb).
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh Perwakilan rawan/berbahaya antara lain Perwakilan RI yang ada di Afghanistan, Irak, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Timor Leste, dan Papua Nugini (PNG). Di PNG, Indonesia memiliki 2 Perwakilan yaitu KBRI yang berkedudukan di Port Moresby (ibu kota) dan Konsulat yang berkedudukan di Vanimo (Propinsi). Konsulat yang didirikan pada tahun 1992 ini berada di wilayah PNG yang berbatasan darat langsung dengan Propinsi Papua Indonesia.
Penugasan di berbagai Perwakilan rawan/berbahaya memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai wilayah penugasan atau kondisi setempat. Khusus di Konsulat RI di Vanimo, karakteristik yang diemban tidak hanya rawan (antara lain keterbatasan sarana dan prasarana wilayah setempat) namun juga berbahaya (ancaman kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka).
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (1)
zoom-in-whitePerbesar
Senjata-senjata milik kelompok OPM yang berhasil disita apkam PNG. Sumber foto: Dok. Pribadi/Hari Yulianto
ADVERTISEMENT
Beberapa pengalaman bertugas
Saya memiliki beberapa catatan menarik selama bertugas periode 2013-2016. Tentunya catatan ini dan cerita sebelumnya tidak dimaksudkan untuk menggambarkan kondisi saat ini yang diharapkan makin baik. Catatan ini juga tidak dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan bilateral yang sudah berlangsung sangat baik antara kedua negara, RI dan PNG. Catatan ini hanya sekedar catatan pinggir seorang Diplomat sebagai kenangan pribadi semasa penugasan.
1. Konsulat RI dan keberadaan simpatisan OPM
Propinsi Sandaun (ibukota: Vanimo) merupakan “gerbang” masuk Propinsi Papua ke PNG. Menurut catatan yang ada, Propinsi ini (dan Propinsi Western PNG di Selatan) merupakan “tempat pelarian” banyak OPM dan simpatisannya dari Indonesia. Maka tak heran pada awal-awal pendirian Konsulat RI di Vanimo, anggota OPM sering “mengganggu” Konsulat dan staf. Bahkan pada sekitar tahun 2010 kantor Konsulat pernah di serang dan sempat di “duduki” oleh simpatisan OPM. Beberapa staf Konsulat melarikan diri lompat pagar belakang kantor dan bersembunyi di rumah warga, beberapa staf lainnya ada yang bersembunyi di kamar mandi dan di ruang komunikasi. Situasai akhirnya berhasil diamankan kembali oleh pihak keamanan PNG. Tidak ada korban. Hanya beberapa barang (seperti TV, kaca-kaca dan meja) yang rusak dan berantakan, serta brankas besi yang coba dirusak namun tidak berhasil dibuka
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (2)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi depan kantor Konsulat RI di Vanimo paska penyerangan tahun 2010. Sumber foto: Dok. Pribadi/KRI Vanimo
ADVERTISEMENT
2. Selebaran-selebaran permintaan dukungan untuk OPM
Pada setiap perayaan OPM (bulan Juli dan Desember), OPM dan simpatisan kadang kala membuat selebaran atau surat yang ditujukan kepada Pemerintah RI di Jakarta. Surat itu nadanya seputar tuntutan kemerdekaan OPM untuk merdeka. Surat tersebut pada suatu ketika diserahkan pada saat staf konsulat baru saja pulang sholat Jumat di perbatasan RI-PNG (karena mushola yang menyelenggarakan sholat Jumat hanya ada di sisi perbatasan Indonesia). Surat tersebut diserahkan begitu saja oleh lelaki bertopi koboy dan teman-temannya yang tampaknya sudah mengamati kami. Atas pertimbangan keselamatan, kami terima surat tersebut. Kejadian tersebut kami laporkan kepada pihak keamanan PNG yang selanjutnya mengamankan lokasi tersebut
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (3)
zoom-in-whitePerbesar
Perbatasan di sisi PNG (Desember 2015). Sumber foto: Dok. Pribadi/Hari Yulianto
ADVERTISEMENT
3. Kantor Konsulat RI di “pantau” buntut kematian seorang tokoh OPM
Pada Desember 2013, salah satu tokoh penting OPM meninggal dunia. Kematian tersebut akibat kanker hati. Ybs merupakan DPO atas sejumlah kasus pembunuhan di Jayapura yang kemudian melarikan diri ke PNG dan melanjutkan kegiatan separatisme di perbatasan. Pihak keluarga menginginkan ybs dimakamkan di Papua. Namun pihak keamanan mengkhawatirkan adanya arak-arakan yang dapat mengarah pada hal-hal yang tidak diinginkan. Akibatnya pihak OPM mencoba mempolitisir situasi tersebut dan hendak membawa ke ranah HAM. Kasus tersebut berlangsung hingga akhir Januari 2014, dan berakhir dengan dimakamkannnya ybs di Vanimo atas alasan medis. Jenasah ybs tidak bisa disimpan lebih lama di RS Vanimo dengan sistem pendingin yang kurang memadai.
ADVERTISEMENT
Selama proses tersebut pihak keamanan PNG telah membantu Konsulat RI untuk menjaga keamanan kantor dan keselamatan staf Konsulat.
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (4)
zoom-in-whitePerbesar
Pemakaman tokoh OPM di Vanimo. Peti mati berbalut bendera bintang kejora. Sumber foto: -
4. Peristiwa Perusakan Pagar Batas oleh warga PNG di perbatasan
Pada bulan Juanuari 2013 terjadi peristiwa perusakan pagar, pemukulan petugas dan pengambilan bendera merah putih di perbatasan RI. Hal tersebut dilatar belakangi kejadian-kejadian sebelumnya antara lain perkelahian warga Skouw dan Wutung, klaim warga wutung atas tanah di wilayah RI dan kejadian-kejadian lain yang berlarut-larut dan tidak ditangani secara baik. Akibat peristiwa tersebut kondisi sempat memanas dan dapat bepengaruh pada aktivitas lalu lintas di perbatasan. Permasalahan tersebut akhirnya dibicarakan dan dikoordinasikan antar aparat keamanan kedua negara. Pagar yang dirusak dan rubuh dilakukan perbaikan. Sementara bendera yang diambil dapat ditemukan dan diserahkan kepada otoritas Indonesia melalui pihak Konsulat RI di Vanimo.
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (5)
zoom-in-whitePerbesar
Koordinasi kasus pagar batas RI-PNG. Sumber foto: Dok. Pribadi/Hari Yulianto
ADVERTISEMENT
5. Aksi penembakan kelompok OPM di perbatasan
Pada pagi hari di bulan April 2014 kelompok OPM (sekitar 26 orang) melakukan aksi penguasaan dan penurunan bendera merah putih serta menggantinya dengan bendera bintang kejora dan bendera PBB. Aksi tersebut selanjutnya berlanjut dengan tembak menembak dengan pihak apkam Indonesia. Tembak menembak berlanjut hingga sore hari dimana pihak apkam berhasil memukul mundur kelompok OPM yang melarikan diri ke arah hutan.
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (6)
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan yang rusak akibat tembak menembak Apkam - OPM. Sumber foto: Dok. Pribadi/Hari Yulianto
Berdasarkan koordinasi yang dilakukan dengan pihak TNI, PNG Defence Force telah melakuan pemantauan kejadian di lapangan dan telah telah melakukan pengecekan hingga Wutung River, di wilayah PNG, namun kelompok OPM tersebut tidak ditemukan.
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (7)
zoom-in-whitePerbesar
Pengecekan apkam Indonesia dan PNGDF. Sumber foto: Dok. Pribadi/Hari Yulianto
ADVERTISEMENT
Penembakan di hari itu berlanjut di 2 hari kemudian. Penembakan tersebut mengakibatkan korban jiwa seorang pedagang di batas asal Sulawesi dan mengakibatkan rusaknya mobil sewaan konsulat RI di Vanimo yang menuju Koya dari perbatasan Skouw.
Peristiwa tersebut menyebabkan batas darat RI-PNG di Skouw dan Wutung ditutup dan baru dapat dioperasikan kembali pada bulan Juli 2014
Catatan Pinggir Diplomat Perwakilan Rawan (Part I) (8)
zoom-in-whitePerbesar
Pembangunan Pos TNI di batas sebagai bagian pembukaan kembali batas RI-PNG. Sumber foto: Dok. Pribadi/Hari Yulianto
Cerita mengenai suka duka di Vanimo lainnya akan dilanjutkan pada bagian tulisan ke 2 ya...