Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1)

Hari Yulianto
Yumiporo (You and me are brother)
Konten dari Pengguna
4 November 2018 5:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hari Yulianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penduduk PNG dan Sungai Sepik. Sumber Foto: http://hekint.org
Cerita kali ini mengenai oleh-oleh. Oleh-oleh ini khusus saya bawa buat anda yang menyukai segala sesuatu mengenai alam. Dan alam yang saya bicarakan adalah alam yang sejak penciptaan bumi ini ada baru terbuka oleh dunia luar pada awal 1900-an oleh para pencari emas dari Australia.
ADVERTISEMENT
Alam itu adalah Papua Nugini (PNG), sebuah negara yang memperoleh kemerdekaan dari Australia pada 1975. Di salah satu provinsinya, Sandaun, PNG memiliki perbatasan darat langsung dengan Provinsi Papua, Indonesia.
Dan berbeda dengan Provinsi Papua yang lebih maju pembangunannya, Provinsi Sandaun masih memiliki daerah-daerah yang masih terisolir akibat penyebaran penduduk yang tidak merata dan kurangnya sarana transportasi antar-daerah. Maka sisi positifnya adalah provinsi ini masih 'perawan' hingga saat-saat ini.
Yuk kita tengok oleh-olehnya.
Kondisi Alam Vanimo
Alam Vanimo (Provinsi Sandaun) sebagian besar tertutup oleh hutan tropis yang dipenuhi berbagai jenis tanaman bakau, belukar, dan rerumputan. Kontur provinsi berupa cekungan (basin) yang diapit oleh dataran tinggi Bewani dan Torricelli di sebelah utara dan dataran tinggi di pusat wilayah-wilayah PNG sebelah selatan.
ADVERTISEMENT
Hampir sebagian besar sungai di wilayah Provinsi Sandaun bermuara di daerah Sepik, termasuk aliran Sungai Sepik di Provinsi East Sepik yang ada di sebelah timur Provinsi Sandaun, atau dikenal juga dengan nama Provinsi West Sepik.
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (1)
zoom-in-whitePerbesar
Dataran Tinggi Bewani. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
Sementara Vanimo, Ibu Kota Provinsi Sandaun, terletak di teluk yang diapit oleh pantai yang indah dan menghadap Samudera Pasifik di utara. Letaknya sejauh 30 kilometer dari perbatasan Indonesia-PNG (atau 45 menit perjalanan darat) dihiasi oleh beberapa spot bibir pantai pasir putih dengan tanaman menjalar di sisi-sisinya.
Sangat cocok untuk kegiatan berselancar, khususnya pada bulan September hingga Januari.
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (2)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Vanimo. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
Di sebelah utara lepas pantai kota Vanimo, terdapat satu-satunya kota lain bernama Aitape. Perjalanan ke Aitape sejauh 4 jam dengan menggunakan boat (berpenumpang 6 orang) dari Vanimo. Kota ini konon merupakan ibu kota lama Sandaun.
ADVERTISEMENT
Kota ini didirikan oleh Jerman sebagai sebuah pos pada 1905 dan diduduki oleh Jepang pada Perang Dunia Kedua. Namun demikian, pasca-berakhirnya Perang Dunia Kedua, Kota Aitape kurang mendapat perhatian Pemerintahan Australia sebagai administrator wilayah PNG.
Pemerintah Australia lebih memberi perhatian pada wilayah selatan Sandaun dan timur Lumi/Aitape.
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (3)
zoom-in-whitePerbesar
Bersama penduduk setempat di Aitape. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
Kampung-kampung di Vanimo
Provinsi Sandaun memiliki 4 distrik (setingkat kecamatan), yaitu Aitape-Lumi District, Nuku District, Telefomin District, dan Vanimo-Green River District. Secara formal, distrik-distrik ini terbagi lagi dalam susunan pemerintahan yang lebih rendah yang disebut dengan Low Level Government (LLG).
Distrik Vanimo sendiri terbagi dalam beberapa LLG, yaitu Amanab Rural, Bewani-Wutung-Onei Rural, Green River Rural, Walsa Rural, dan Vanimo Urban. Namun demikian secara informal, wilayah Vanimo terbagi dalam beberapa kampung, antara lain Wutung, Musu, Pidjing, Dawi, Yako, Waromo, Lido, Dasi, dan Vanimo.
ADVERTISEMENT
Beberapa kampung yang cukup menarik perhatian adalah sebagai berikut:
1. Kampung Wutung
Kampung Wutung berbatasan tradisional dengan kampung Skouw di Papua, Indonesia. Meskipun terdapat perbatasan negara RI-PNG, sebagian lahan perkebunan warga Wutung masuk ke dalam wilayah Indonesia. Selain hubungan tradisional wilayah, hubungan kekerabatan juga terjalin antar-kedua kampung tersebut.
Karenanya baik RI dan PNG memberlakukan aturan khusus bagi warga kedua kampung tersebut. Untuk melakukan lintas batas negara, warga dari kedua kampung cukup menggunakan kartu traditional border crossing (TBC) dan tidak perlu menggunakan paspor.
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (4)
zoom-in-whitePerbesar
Mercu suar yang diklaim berada di wilayah kampung Wutung. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
2. Kampung Musu, Dawi, dan Yako
Merupakan kampung yang dikeliingi oleh hutan. Konon penduduknya sebagian berasal dari Indonesia. Mereka datang baik karena alasan tradisional (hubungan kekerabatan atau peperangan) maupun sebagian merupakan simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
ADVERTISEMENT
Pemerintah PNG telah beberapa kali berusaha merelokasi penduduk ini terkait permasalahan keimigrasian ke dalam wilayah khusus di Provinsi Western PNG.
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (5)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah penduduk PNG di Kampung Yako. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
3. Kampung Lido
Kampung Lido merupakan kampung yang berada di pinggir pantai. Pantai Dali adalah tempat yang tepat untuk anda yang memiliki hobi berenang atau berselancar. Para nelayan asal Papua juga sering datang ke pantai ini tujuannya untuk kekerabatan atau melakukan barter barang kebutuhan. Misalnya, sembako dari Jayapura ditukar dengan pinang dari Vanimo.
Di dekatnya juga ada telaga kecil yang airnya sedingin air di Puncak, bernama Wara Kul (Wara artinya air menurut bahasa lokal, sementara Kul berarti dingin). Di telaga kecil ini masyarakat biasanya berendam sejenak untuk menghilangkan rasa penat dan panas, dan akan menjadi segar sesudahnya.
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (6)
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Dali. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
ADVERTISEMENT
4. Kampung Dasi
Di kampung ini, tepatnya di daerah Daunda, ada kejadian penting. Pada 2014, jembatan yang menghubungkan Kampung Lido dan Kota Vanimo terputus. Jembatan yang terbuat dari kayu balok dengan panjang sekitar 15 meter dan lebar 6 meter hanyut oleh banjir yang diakibatkan hujan besar.
Pada saat itu aktivitas warga sangat terganggu. Warga harus menggunakan boat sewaan khusus untuk mengangkut barang-barang kebutuhan.
Saat ini jembatan sudah direnovasi menjadi jembatan permanen yang terbuat dari besi. Namun demikian, konon pembangunan jembatan tersebut harus didahului pembayaran kompensasi kepada pemilik tanah kampung. Jumlahnya cukup besar, yaitu 60 ribu KIna (mata uang PNG) atau setara dengan Rp 250 juta.
Tak jauh dari Daunda, akan terlihat 'pasar tradisional', berupa gubuk-gubuk kayu sederhana di sisi jalan. Masyarakat (yang konon sebagian berasal dari suku Wamena, Papua) biasanya menjual hasil-hasil kebun yang segar.
ADVERTISEMENT
Pada pagi hingga menjelang sore, biasanya akan didapati sayur mayur, mentimun, pepaya, dan matoa (buah khas Papua yang manis).
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (7)
zoom-in-whitePerbesar
Pasar tradisional 'Wamena', Vanimo. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
5. Kota Vanimo
Vanimo merupakan ibu kota provinsi. Di Vanimo roda pemerintahan provinsi diatur, termasuk roda ekonomi dan bisnis. Terdapat dua hotel yang dikelola pengusaha Malaysia, yaitu Vanimo Beach Hotel dan Sandaun Surf Hotel.
Penerbangan menuju Port Moresby (Ibu Kota PNG) dilayani oleh Air Niugini Ltd dan Mangi Lo Ples. Di Vanimo pula, Konsulat RI didirikan sejak tahun 1992 (di samping KBRI di Port Moresby).
Oleh-oleh dari Vanimo, Papua Nugini: Nature dan Kampong (Part 1) (8)
zoom-in-whitePerbesar
Vanimo Beach Hotel. Sumber Foto: Dok.Pribadi/Hari Yulianto
Untuk oleh-oleh berikutnya. To be continue...