Debat Buzzer

Haris Darmawan
Penulis saat ini bekerja sebagai Business Analyst dan Project Manager di salah satu Bank BUMN. Tulisan merupakan opini pribadi.
Konten dari Pengguna
20 Juli 2021 21:37 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Joshua Hoehne on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Joshua Hoehne on Unsplash
ADVERTISEMENT
Kadang kita ada dalam bias, menyikapi sesuatu dari atribut orang, “kalo berpendapat A pasti buzzer, kalo berpendapat B pasti SJW”. Semudah itu kita menjustifikasi seseorang hanya dari postingan sosial media, itupun hanya dari sudut pandang tertentu.
ADVERTISEMENT
Tentu berpendapat apalagi berdebat tentang apa pun di media sosial itu sah-sah saja, yang perlu disadari adalah tidak semua orang punya cukup kapabilitas untuk menganalisa sesuatu, semua ada ahlinya. Dan tidak berarti, jika suatu hal terjadi pada seseorang akan terjadi juga dengan orang lain. Dunia ini berjalan dengan kompleksitas yang tidak terbatas.
Beberapa hal yang melegitimasi pendapat seseorang adalah pengalaman, keahlian, atau jabatan. Memang kadang kita dihadapkan pada realita bahwa ada yang berpengalaman tapi tidak bijak, yang katanya ahli tapi sering menghakimi, dan lebih banyak lagi pejabat yang kita rasa tidak kompeten.
Tapi inilah kompleksitas yang ada dan coba dicari jalan keluarnya. Itulah mengapa decision making process itu hal yang kompleks dan tidak semudah berkomentar di sosial media. Agaknya melihat sesuatu dengan objektif dan komprehensif memang tidak untuk semua orang.
ADVERTISEMENT