Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
TikTok di Tangan Bowo, Dian Sastro, dan Sapardi Djoko Damono
30 Januari 2020 15:48 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Haris Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bowo Alpenliebe sedang tertawa melihat orang-orang joget pakai aplikasi TikTok. Dulu dia dirisak warganet karena sempat jadi petinggi Tik Tok Empire. Pasalnya, untuk berfoto dengan Bowo si Raja TikTok, pengikutnya harus bayar upeti. Sebab tidak semua raja dilahirkan kaya, ada juga tipe raja yang butuh harta rakyatnya untuk menyambung hikayat kerajaannya.
ADVERTISEMENT
Melihat fenomena raja-rajaan tersebut, kita semua tepuk jidat. Tidak heran hasil pencarian Google menyebutkan bahwa TikTok sebagai aplikasi goblok.
Selain fenomena Bowo, imej negatif TikTok di Indonesia dicoreng oleh para penggunanya yang masih labil dan rebel. TikTok dipakai untuk merekam tindakan yang tak senonoh. Padahal TikTok tidak salah apa-apa sebagai aplikasi, yang membuat kesan jelek ya penggunanya itu sendiri.
Terbukti saat Dian Sastro main TikTok, TikTok menjadi suci layaknya telah terlahir kembali dalam keadaan fitri. Sudah bertahun-tahun diyakini di negeri ini, Dian Sastro adalah kunci. Apa yang disentuh Dian Sastro, bisa jadi emas. Di tangan Dian Sastro, Tik Tok menjadi simbol Cinta.
Jika Dian Sastro main TikTok, berarti TikTok aman. Warganet pun berbondong-bondong menjajal benda pusaka peninggalan Sinuhun TikTok Prabowo Mondardo, raja Keraton Agung Sejagat Maya itu. Kemudian khalayak ketagihan dan petakilan sepanjang hari.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Bowo yang wajahnya sudah diblokir dari TikTok, hanya meringis mendapati fenomena dunia terbalik ini. Kini, Bowo sudah tidak bisa mengakses Tik Tok lagi. Sementara orang-orang yang dulu menghujatnya sudah menari-nari diiringi lagu Any Song dari Zico.
Ketika ditanya wartawan, Bowo hanya cengengesan dan komentar, “Aku udah kering, dia baru nyebur.”
Padahal tidak semua orang benar-benar menceburkan diri ke kolam bernama TikTok ini. Sebagian besar hanya ikut-ikutan tren yang dibentuk oleh selebritis, sampai akhirnya nanti bosan dan meninggalkannya kemudian. Dibandingkan nyebur, mereka lebih pas disebut ‘mandi capung’.
Selain para artis dan seleb media sosial, dari kalangan sastrawan pun turut meramaikan euforia TikTok. Profesor Sastra Sapardi Djoko Damono resmi masuk ke dalam dunia TikTok. Dalam sebuah video, Eyang Sapardi Djoko Damono ikut berjoget bersama anak muda yang mengajarinya. Bukti bahwa TikTok merangkul semua golongan, usia, dan preferensi literasi.
ADVERTISEMENT
Dengan main TikTok, puisi Sapardi Djoko Damono bisa digubah menyesuaikan kondisi kekinian sebagai bentuk sindiran (media) sosial. Puisinya yang berjudul ‘Hujan Bulan Juni’ diganti menjadi ‘Ujian jadi Bulan-bulanan’. Baitnya seperti berikut.
Tak ada yang lebih tabah dari Bowo Alpenliebe
Diterimanya rintik kritik kepadanya di media sosial
Tak ada yang lebih bijak dari Bowo Alpenliebe
Dihapusnya jejak-jejak digital yang sempat dijadikan bulan-bulanan warganet
Tak ada yang lebih arif dari Bowo Alpenliebe
Dibiarkannya yang dulu menghujatnya, menari-nari sampai kuota internetnya diserap aplikasi TikTok
Sastrawan besar seperti Eyang Sapardi Djoko Damono mau belajar main TikTok, sebagai bentuk pertukaran pelajar, veteran idola TikTok seperti Bowo bisa belajar membuat puisi. Puisinya bisa mencontoh puisi karya eyang berjudul ‘Aku Ingin’.
ADVERTISEMENT
Aku ingin bermain TikTok dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan aku karena memang sudah ada suara pengiring dari aplikasinya
Aku ingin bermain TikTok dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan aku kepada teman pemegang kamera yang menjadikannya tiada karena lupa pencet tombol rekam
Dengan saling mengenal bidang kreatif masing-masing inilah pekerja seni bisa berempati dengan sesama orang yang berkarya. Tak ada yang lebih mulia dari yang satu. Tak ada yang boleh menghujat yang lainnya. Semua sama rata di dunia kreatif.
Ini adalah zamannya kolaborasi, bukan hanya era kompetisi. Dengan bekerja sama, kita bisa saling dukung dan tumbuh bersama. Demi memajukan ekonomi kreatif Tanah Air.
Dari kiprah Bowo junior di TikTok, Bowo senior alias Prabowo Subianto bisa belajar satu hal: Kesabaran. Dua kali nyapres, Prabowo gagal.
ADVERTISEMENT
Namun, kini pendukung Jokowi harus gigit jari karena ternyata tokoh panutannya sendiri mengakui kehebatan sang rival abadi di bidang militer. Sehingga dilantiklah mantan menantu Pak Harto itu sebagai Menteri Pertahanan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Prabowo dan Bowo Alpenliebe memiliki garis nasib yang sama. Diledek dahulu, diakui kemudian. Dulu visinya dianggap lelucon, kini jadi barang dengan prospek bagus.
Dua periode sebelumnya, Prabowo memang belum bisa meyakinkan separuh lebih penduduk Indonesia untuk memilihnya sebagai presiden. Namun, menyerah bukan pilihan. Ingat, dunia selalu berputar. Di periode selanjutnya, bisa saja Prabowo menang telak karena Jokowi sudah tidak bisa nyapres lagi.
Yah, kalau pun kalah lagi, Prabowo bisa mengikuti jejak Bowo junior untuk main TikTok. Kan Pak Prabs sudah jago joget yang skill-nya sering dipamerkan sewaktu masa kampanye. Tinggal ditambah lagu TikTok, makin mantap tuh.
ADVERTISEMENT