Konten dari Pengguna

Generasi Muda Melimpah, Lapangan Kerja Minim: Jalan Tengah untuk Indonesia

Haris Mandala Putra
Content Writer di Kumparan
21 Februari 2025 22:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Mandala Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Save Anemployment (foto: didesain menggunakan canva)
zoom-in-whitePerbesar
Save Anemployment (foto: didesain menggunakan canva)
ADVERTISEMENT

By Data

Indonesia menghadapi fenomena di mana jumlah generasi muda yang melimpah tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja. Pada tahun 2023, sekitar 9,9 juta orang di usia 15 hingga 24 tahun tidak bekerja, tidak bersekolah, atau tidak mengikuti pelatihan, yang dikenal sebagai kelompok NEET (Not in Employment, Education, or Training), menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Kelompok ini merupakan 22,25% dari total populasi usia tersebut.
ADVERTISEMENT
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk kelompok usia 15-24 tahun juga cukup tinggi, mencapai 42,62% pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari angkatan kerja muda belum terserap oleh pasar kerja. Selain itu, sekitar 20,27% dari generasi muda di Indonesia berada dalam kategori NEET, yang berarti mereka tidak terlibat dalam kegiatan pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan.
Salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan generasi muda adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan industri.
Selain itu, terbatasnya akses pendidikan dan pelatihan yang terjangkau, serta kewajiban domestik, terutama bagi perempuan muda, turut berkontribusi terhadap tingginya angka NEET. BPS mencatat bahwa dari total 9,9 juta penduduk NEET, 5,73 juta di antaranya adalah perempuan muda, yang sering terlibat dalam pekerjaan domestik sehingga menghambat mereka untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja.
ADVERTISEMENT
Fenomena generasi muda yang melimpah tetapi minim lapangan kerja membawa berbagai dampak signifikan bagi ekonomi, sosial, dan politik Indonesia.

Analisis Dampak

Dari segi ekonomi, tingginya angka pengangguran di kalangan anak muda dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena mereka tidak dapat berkontribusi secara produktif. Hal ini juga berpotensi meningkatkan angka ketergantungan, di mana jumlah penduduk yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan dengan yang bekerja, sehingga membebani kelompok produktif dan menghambat pembangunan nasional.
Dampak sosialnya meliputi meningkatnya angka kriminalitas dan masalah kesehatan mental. Pengangguran yang berkepanjangan dapat menyebabkan stres, depresi, dan rendahnya kepercayaan diri di kalangan anak muda. Selain itu, ketimpangan dalam akses terhadap pekerjaan juga dapat memicu kesenjangan sosial yang lebih besar antara kelompok yang memiliki keterampilan dan kesempatan dengan mereka yang tidak.
ADVERTISEMENT
Secara politik, ketidakpuasan generasi muda terhadap minimnya kesempatan kerja dapat meningkatkan ketidakstabilan sosial dan politik. Anak muda yang merasa tidak memiliki masa depan yang jelas mungkin lebih mudah terpengaruh oleh ideologi ekstrem atau gerakan protes yang menentang kebijakan pemerintah. Selain itu, rendahnya tingkat partisipasi dalam ekonomi dapat mengurangi kepercayaan mereka terhadap sistem politik dan pemerintahan, yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas negara.

Revitalisasi Dampak

Untuk mengatasi dampak-dampak ini, diperlukan kebijakan yang mendorong penciptaan lapangan kerja, pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri, serta peningkatan investasi dalam sektor-sektor yang dapat menyerap tenaga kerja muda. Jika tidak ditangani dengan baik, fenomena ini dapat menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan pembangunan Indonesia di masa depan.