Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengungkap Alasan Kesulitan Gen Z Mendapatkan Pekerjaan
21 Oktober 2024 11:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Haris Mandala Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Merosotnya kondisi ekonomi global membuat pasar kerja semakin tidak menjanjikan. Situasi ini sangat mempengaruhi Generasi Z (Gen Z), yang mulai memasuki dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dari Euro News, banyak lulusan baru kesulitan mendapatkan pekerjaan dan menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja.
Menurut laporan terbaru dari Intelligent, sebuah platform konsultasi pendidikan dan karier, sejumlah perusahaan enggan merekrut Gen Z.
Survei yang melibatkan hampir 1.000 manajer perekrutan menunjukkan bahwa satu dari enam perusahaan ragu mempekerjakan generasi ini, dengan alasan mereka dianggap memiliki reputasi merasa superior dan mudah tersinggung.
Selain itu, Gen Z (yang lahir antara tahun 1997 hingga awal 2010-an) sering dianggap kurang memiliki etos kerja yang kuat, kesulitan dalam berkomunikasi, tidak mampu menerima masukan dengan baik, serta umumnya dianggap belum siap menghadapi tuntutan dunia kerja.
Holly Schroth, dosen senior di Haas School of Business, University of California, Berkeley, menjelaskan bahwa Gen Z lebih fokus pada kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan nilai mereka di perguruan tinggi, daripada mencari pengalaman kerja.
ADVERTISEMENT
Hal ini menjadi alasan mengapa mereka sering kesulitan beradaptasi di dunia profesional.
"Mereka (Gen Z) tidak memahami keterampilan dasar yang diperlukan untuk berinteraksi secara sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja, serta tidak memiliki etika yang baik di tempat kerja," ujar Schroth kepada Euronews Next.
Berikut beberapa alasan mengapa Gen Z sering dianggap memiliki sikap superior dan mudah tersinggung:
Pendidikan dan Kesadaran Diri
Gen Z tumbuh dalam era akses informasi yang luas, termasuk pendidikan yang lebih baik dan pemahaman tentang isu-isu sosial. Hal ini sering kali membuat mereka merasa lebih tahu dan lebih sadar akan hak-hak mereka, yang dapat diartikan sebagai sikap superior.
Pengaruh Media Sosial
Gen Z sangat terhubung dengan media sosial, yang sering kali menciptakan ruang untuk perbandingan diri dengan orang lain. Mereka bisa jadi merasa bahwa pandangan dan pengalaman mereka lebih valid, sehingga menumbuhkan sikap superior.
ADVERTISEMENT
Keberanian untuk Mengungkapkan Pendapat
Generasi ini cenderung lebih vokal tentang pandangan dan pendapat mereka. Sikap ini dapat membuat mereka terlihat sensitif atau mudah tersinggung ketika menghadapi kritik atau pandangan yang berbeda.
Keterpaparan pada Isu Sosial
Gen Z lebih peka terhadap isu-isu sosial dan ketidakadilan. Mereka sering kali bereaksi kuat terhadap komentar atau tindakan yang dianggap tidak sensitif, yang bisa menciptakan kesan bahwa mereka mudah tersinggung.
Fokus pada Kesejahteraan Mental
Gen Z lebih menghargai kesehatan mental dan kesejahteraan emosional. Mereka cenderung tidak mentolerir perilaku yang dianggap merugikan, sehingga bisa dianggap mudah tersinggung ketika menghadapi situasi yang berpotensi merusak kesehatan mental mereka.
Persepsi Generasi Sebelumnya
Gen Z sering dibandingkan dengan generasi sebelumnya, seperti Milenial dan Gen X, yang mungkin memiliki pandangan berbeda tentang kerja dan etos. Perbandingan ini dapat menyebabkan kesan bahwa mereka merasa superior dibandingkan generasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sementara karakteristik ini dapat menjadi tantangan dalam lingkungan kerja, penting untuk memahami konteks di balik sikap tersebut dan bagaimana Gen Z dapat berkontribusi secara positif dalam dunia profesional.