Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menjelang Pagi: Perbedaan Disatukan Oleh Titik Harapan
5 Mei 2025 15:35 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Haris Mandala Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menjelang pagi, dunia seakan berada di antara dua dunia: kegelapan yang berangsur-angsur sirna dan cahaya yang berangsur-angsur muncul. Sebagian besar orang masih mengantuk, tetapi sebagian lagi sudah bangun dan siap menyambut hari. Pagi adalah awal waktu dan tempat di mana berbagai aktivitas manusia mulai berjalan dengan ritme yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, pagi adalah waktu terbaik untuk melakukan sesuatu. Bahkan sebelum ayam berkokok, para pedagang di pasar tradisional sudah memulai pekerjaannya. Mereka menata barang dagangan, menimbang sayur, menyiapkan timbangan, dan terkadang menawar harga dengan suara yang lebih lantang dari matahari yang masih malu-malu muncul di ufuk timur. Bagi mereka, pagi adalah segalanya. Semakin pagi, semakin besar kemungkinan barang dagangan mereka laku.
Sebaliknya, karyawan yang berstatus formal biasanya tampil dengan gaya yang lebih formal, seperti merapikan kemeja, mengecek jadwal kerja, menikmati kopi hangat sambil membaca berita pagi, atau sekadar mengecek pesan dari rekan kerja. Banyak hal yang mereka pertimbangkan setiap pagi, seperti waktu sarapan, jam berapa harus keluar rumah agar tidak terjebak macet, dan bahkan hal-hal kecil seperti memilih kaus kaki yang tepat.
ADVERTISEMENT
Namun, pagi hari tidak selalu dimulai dengan cepat. Bagi orang tua, pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berjalan-jalan di taman, menghirup udara segar, atau sekadar menyiram tanaman di halaman. Tidak perlu terburu-buru. Bagi mereka, pagi hari adalah waktu untuk bersantai dan menikmati hidup yang sederhana.
Pagi hari adalah alarm kedisiplinan bagi anak-anak sekolah. Mereka bersiap mengenakan seragam, memeriksa isi tas, dan mempersiapkan diri untuk pelajaran berikutnya dengan mata setengah terbuka. Tidak jarang orang tua membangunkan anak-anaknya dengan suara lembut atau tegas, tergantung suasana hati keluarga.
Namun, tidak semua pagi memiliki kisah yang menyenangkan. Bagi mereka yang bekerja di malam hari, pagi adalah waktu mereka pulang ke rumah, saat tubuh mereka butuh istirahat setelah bergelut dengan cahaya buatan sepanjang malam. Mereka tidur saat dunia terbangun, dan saat dunia mulai bersiap tidur, mereka pun ikut terbangun. Bagi mereka, pagi bukanlah awal, melainkan akhir dari perjuangan.
ADVERTISEMENT
Bagi para petugas kebersihan, pagi hari merupakan waktu yang sangat penting untuk menjaga wajah kota tetap bersih. Mereka menyapu jalan, memungut sampah, bahkan membersihkan selokan. Tanpa tepuk tangan atau pujian, mereka bekerja dengan tenang untuk memastikan kita dapat berjalan dengan aman. Mereka bangun lebih pagi dari yang lain.
Suara cangkul yang menghantam tanah, retakan kayu yang dibelah, atau suara sapi yang keluar dari kandang adalah suara-suara pagi di desa-desa. Pagi hari memberikan kesempatan untuk menata kehidupan dengan cara yang lebih alami, seperti bercocok tanam dan beternak. Tidak ada sinyal wifi yang mengganggu; ritme alam adalah segalanya.
Menjelang pagi juga digunakan oleh banyak orang untuk bersuci. Doa-doa subuh muncul dari rumah ibadah dan menjadi suara latar yang mengiringi waktu. Pagi berubah menjadi tempat spiritual di mana harapan tulus dipanjatkan untuk membuat hari yang akan datang lebih bermakna dan berkah.
ADVERTISEMENT
Terakhir, kehidupan pagi menunjukkan ketidakpastian dalam aktivitas. Tidak ada pagi yang benar-benar sama untuk setiap individu. Masing-masing memiliki irama sendiri, tujuan, dan tanggung jawab. Namun, di tengah segala perbedaan itu, harapan menyatukan semua orang di pagi hari. Karena setiap pagi adalah kesempatan untuk memperbaiki, memulai, dan melanjutkan kehidupan.