Konten dari Pengguna

Cuci Otak ?

19 Juni 2017 19:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cuci Otak ?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
(Sumber Foto : natureexplores.club)
Belakangan ini kasus terorisme kembali ramai dibicarakan. Mulai dari ledakan bom di konser Ariana Grande beberapa waktu yang lalu, serangan ISIS di wilayah Marawi, Filipina. Hingga yang terjadi baru-baru ini di Indonesia. Seperti ledakam bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur dan terkuaknya beberapa orang Indonesia yang di rekrut oleh ISIS.
ADVERTISEMENT
Semudah itukah seseorang sampai berani meledakkan bom di tempat umum. Kok bisa dengan mudahnya oleh orang yang baru dikenal kemudian dengan mudahnya pergi meninggalkan rumahnya. Butuh keberanian dan nyali yang besar untuk bisa melakukannya. Tapi apa dengan modal berani dan nyali saja cukup. Butuh modal tambahan untuk bisa membangkitkan itu. Dan saya percaya proses itu berawal dari pikiran manusia.
Segala pemikiran, kepercayaan dan tindakan seseorang berasal dari pikiran. Khususnya pikiran bawah sadar. Cuci otak atau yang dikenal sebagai Brainwash berfungsi memperkuat pemikiran dan kepercayaan seseorang agar menjadi tindakan. Kalau proses ini tidak dilakukan, maka pemikirannya hanya menjadi wacana saja.
Menilik ke belakang sedikit, metode cuci otak ini pertama kali digunakan oleh NAZI untuk membentuk mental prajuritnya agar mempunyai sikap setia, semangat, loyal dan tahan banting. Oleh NAZI, teknologi ini dikembangkan secara ilmiah oleh pakar psikologi, dimana saat itu mereka sering melakukan eksperimen pada manusia. Akhirnya metode cuci otak ini diterapkan kepada para prajurit Jerman sejak masih remaja.
ADVERTISEMENT
Metode cuci otak adalah metode yang sangat lama waktunya, karena proses penanaman informasinya harus dilakukan berulang-ulang supaya tertanam kokoh di pikiran para prajurit. Itu mengapa sejak remaja, para prajurit Jerman sudah ditanam informasi melalui proses cuci otak. Proses penanamannya dilakukan dengan memberikan informasi/dogma secara visual dan audio, berkala dan terfokus dalam waktu yang sangat lama. Tujuan utamanya saat itu untuk menanamkan sikap loyalitas dan mental kuat para prajurit Jerman.
Proses berikutnya, ketika informasi baru diberikan secara berkala dan terfokus melalui audio dan visual, secara tidak langsung menggeser persepsi, pola pikir dan perasaaan di pikiran bawah sadar para prajurit sedikit demi sedikit. Jika nilai atau informasi baru ini sudah tertanam secara berulang, dan terfokus, lama kelamaan itu menjadi hal yang kuat, berakar dan permanen. Yang pasti penerima informasi akan menjadi sangat loyal kepada pemberi informasi. Ini lah yang menjadi hasil akhir dari metode cuci otak.
ADVERTISEMENT
Semua orang bisa dilakukan metode cuci otak ini, asalkan sesuai dengan nilai, persepsi dari pikiran bawah sadar seseorang. Apalagi jika orang ini tahu kalau sedang di cuci otak, prosesnya akan sangat mudah sekali. Misalnya saja saya punya pemahaman kalau saya sangat cinta dengan negara dan agama. Apapun saya lakukan demi tegaknya negara dan agama yang saya anut. Tapi saya tidak setuju dengan bunuh diri atau rela mati agar dikenang sebagai seseorang yang cinta negara dan agama. Karena saya percaya bahwa hidup itu indah dan saya dikelilingi orang-orang yang saya cintai. Semua itu yang disebut sebagai nilai dasar atau belief system.
Dan tiba-tiba ada orang yang baru saya kenal memberikan pemahaman kalau membela negara dan agama harus dengan bunuh diri dan berperang secara fisik. Dilakukan ditengah-tengah orang banyak yang tidak bersalah dan tidak terkait dengan kepentingan saya sendiri. Ditambah lagi proses ini menggunakan metode cuci otak.
ADVERTISEMENT
Ketika ada informasi seperti itu, terjadi pertentangan didalam diri saya. Istilahnya saya mengalami konflik batin. Dimana nilai baru ini berhadapan langsung dengan diri saya. Mungkin saja bisa langsung bertabrakan dan berperang siapa yang menang diantara dua hal itu.
Nilai lama yang sudah ada terbentuk selama bertahun-tahun, dilakukan secara berulang-ulang dan terfokus merupakan sistem atau nilai yang sangat kuat. Ketika nilai baru mencoba untuk infiltrasi maka nilai lama akan memberikan perlawanan yang sangat kuat. Disini lah proses Self Defence terjadi. Bisa saja nilai baru klaim sudah menguasai, tapi sebenarnya hanya dipermukaan sadar saja tapi tidak ke bawah sadar.
Proses cuci otak dipastikan gagal ketika nilai lama masih sangat kuat, sehingga bisa mengalahkan nilai baru yang dianggap bertentangan dengan nilai yang sudah ada. Jadi diperlukan seseorang yang mempunyai nilai yang sama supaya proses penanaman nilainya berjalan lancar. Karena, cuci otak awalnya hanya memperkuat nilai yang sudah ada sebelumnya. Hingga akhirnya berani melakukan tindakan atau aksi sesuai dengan nilai yang telah ada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ibarat pisau bermata dua, cuci otak bisa berdampak positif atau sebaliknya. Jika negatif, maka akan seperti yang dilakukan oleh kelompok teroris sekarang ini. Hal positifnya, bisa membangkitkan atau memperkuat apa yang ada didalam pikiran seseorang. Percaya diri, yakin, keberanian, mengelola stress dan emosi, sampai membentuk kebiasaan atau perilaku yang positif.
Tabik