Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Melihat Seperti Enam Mata Dadu
3 Agustus 2017 16:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Haris Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Sumber Foto : Projectmanagers.net)
Berpendapat adalah kewajaran. Seseorang menilai atau memberikan pendapatnya terhadap apa yang dilihat, didengar atau dirasakannya boleh-boleh saja. Tidak bisa asal memberikan pendapat. Harus ada sumber atau data yang valid untuk memperkuat argumentasi. Istilahnya A1. Data yang berasal dari sumbernya langsung. Bukan dari pihak kedua atau ketiga. Data yang disajikan berupa data mentah yang nantinya diolah melalui proses analisa sehingga menjadi pendapat atau pemikiran.
ADVERTISEMENT
Belum lama ini beredar di sosial media tentang kelirunya memberikan pendapat. Sebenarnya itu bukanlah pendapat, tapi malah judgemental alias menilai tanpa ada dasar yang kuat dan valid. Mungkin sempat ngeh dengan kicauan psikolog Elly Risman di Twitter terkait berita akan kedatangan SNSD ke Indonesia dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Tapi ini baru kabarnya, masih harus diklarifikasi kebenaran beritanya.
Berita itu langsung dikonfirmasi oleh Ketua Bekraf, Triawan Munaf. Melalui rilis resminya, Triawan mengatakan bahwa pihaknya sedang menegosiasikan kedatangan SNSD bukan secara grup, tapi hanya beberapa personil saja. Dan kalaupun jadi, akan diundang dalam acara Countdown Asian Games 2018 tanggal 18 Agustus 2017. Jadi bukan diundang secara grup, apalagi saat HUT Kemerdekaan RI. Berita atau informasi yang beredar di sosial media memang sifatnya anonymous atau tidak jelas sumbernya. Apalagi berita dari media online dengan judul berita yang heboh yang jelas ingin membentuk opini di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Lalu apa kaitannya dengan Elly Risman? Di akun twitternya, Elly berkicau dengan menambahkan tautan berita dari Posmetro yang sangat provokatif. Judul beritanya saja, "Dengan mensyukuri nikmat kemerdekaan, Jokowi undang Girls Generation di HUT RI 72". Elly Risman sangatlah reaktif karena kaget dengan berita tersebut. Dan yang menambah heboh, di kicauan berikutnya Elly Risman menyatakan girlband Korea tersebut identik dengan simbol seks dan pelacuran. Memang di tautan Posmetro diperlihatkan Girls Generation mengenakan pakaian yang agak terbuka. Apakah pakaian seperti itu identik seks dan pelacuran? Apakah Elly Risman punya data validnya? Biarlah beliau yang menjawab.
Kenyataannya, banyak orang masih gampang termakan isu atau pemberitaan di media massa yang ada beberapa pemberitaanya harus di klarifikasikan lagi. Atau bisa saja khalayak harus cek dan ricek lagi dengan pemberitaan tersebut. Bahasa simpelnya, banyak orang masih percaya dengan berita hoax. Sangat penting untuk tidak langsung percaya dengan informasi dari satu sumber saja. Perlu sumber-sumber lain untuk memperkuat atau meyakinkan apa yang menjadi argumentasi dalam memberikan pendapat.
ADVERTISEMENT
Contoh yang bisa dibilang hoax adalah isu tentang PKI yang sekarang ini menjadi ramai dibicaran. Isu PKI selalu menjadi isu sensitif dari dulu. Pertanyaannya, apakah PKI masih eksis? Apa buktinya konkritnya? Apakah benar komunis itu atheis? Tiga pertanyaan itu yang harus dicari jawabannya sendiri dan tidak berdasarkan pendapat orang lain yang dia juga tahu dari pendapat orang lain juga, bukan dari sumber nya langsung.
Menseleksi informasi, apakah hoax atau bukan ini menjadi tugas penting bagi pikiran bawah sadar. Melalui Raticular Activating System (RAS) informasi dari luar dipilih mana yang sesuai dengan nilai dasar pikiran bawah sadar. Jika sudah di tahap ini, diri manusia itu lah yang menentukan apakah informasi itu hoax atau tidak. Perlu banyak referensi atau sumber. Konkritnya, saat menerima informasi dari luar, penting di awal untuk mempertanyakan kebenaran informasi tersebut. Di Hipnoterapi ada teknik namanya "Paris Window" yang meminta klien atau subjek untuk melihat cara pandang permasalahannya dari semua sisi. Ibaratnya saat berada di menara Eiffel paling atas, bisa melihat kota Paris dari semua sisi.
ADVERTISEMENT
Jadi keharusan untuk melihat permasalahan, isu atau informasi dari semua sisi. Tidak lagi seperti dua sisi mata uang, tapi enam mata dadu. Mampu memahami secara mendasar, detil dan tidak terburu-buru menilai karena punya banyak indikator untuk menentukan pendapat. Tidak ada cerita lagi gampang reaktif saat menerima berita hoax.