Konten dari Pengguna

Misteri Hilangnya Barang Antik (Bagian 1)

9 Juni 2017 19:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Misteri Hilangnya Barang Antik (Bagian 1)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
(Sumber Foto : https://wilwatiktamuseum.wordpress.com)
Berdasarkan kisah nyata
Beberapa teman bertanya ke saya, kenapa kasus pembunuhan bidan gantung alias belum tertangkap pelakunya? Kenapa akhir tulisannya gantung. Kayaknya belum selesai tapi kok sudah tamat? Saya menjelaskan, seperti di tulisan sebelumnya, memang pihak kepolisian belum menentukan siapa yang menjadi pelaku dikasus itu. Walaupun saya telah memberikan petunjuk sangat penting, bahkan mengarah ke siapa pelakunya. Namun sekali lagi, yang bisa menetapkan pelaku di kasus kriminal adalah kepolisian.
ADVERTISEMENT
Setelah pertanyaan-pertanyaan itu muncul, saya jadi teringat pernah menggunakan metode Little Brother untuk kasus kriminal juga. Sudah cukup lama waktu itu, sekitar tahun 2012. Kasusnya hanya pencurian biasa, dan saya tidak tahu apakah masalahnya berlanjut di kepolisian atau tidak. Namun yang saya ingat, pihak meminta bantuannya bukan polisi. Tapi seseorang yang saya sangat kenal dan kagumi. Bisa dibilang beliau adalah tokoh nasional dan seniman.
Salah satu kakaknya adalah tokoh politik nasional, dan masih aktif di partainya saat ini. Bisa dibilang, hanya SP, inisial namanya, yang menekuni bidang seni. Darah seni nya mengalir deras dari ayahnya yang memang pecinta seni dan salah satu tokoh politik indonesia di masa lalu. Walaupun akhirnya dia terjun ke bidang politik, sama seperti kakaknya, imej nya sebagai seniman justru lebih kuat dibandingkan dia sebagai politikus. Saya lihat itu menjadi sangat wajar, dia memang terdaftar menjadi anggota legislatif. Tapi yang saya amati malah tidak begitu aktif.
ADVERTISEMENT
Seingat saya, di pertengahan bulan, tepatnya lupa di tahun 2012, malam harinya saya sedang berada di berada senayan bertemu beberapa teman. Lagi asyik mengobrol, tiba-tiba ada sms masuk ke ponsel saya. “Posisi dimana ris? Butuh bantuan elo nih, karena menyangkut bangsa Indonesia.” Itu pesan dari MA, salah satu tim saya. Agak terkaget membacanya. Menyangkut bangsa Indonesia. Berarti bukan hal biasa nih, pikir saya dalam hati. Segera saya membalas pesan MA, yang intinya saya mengiyakan tawaran MA. Dan saya bertanya mesti bertemu dimana.
“Elo sekarang ke jalan B yah. Deket kok dari senayan. Naik ojek aja biar cepet.”tegas MA dipesan singkatnya. Sebentar, kok saya tahu jalan B ini rumah siapa. Yang pasti bukan rumah orang kalangan biasa. Saya sudah menduga itu adalah rumah SP. Kemudian saya berpikir, saat itu saya mengenakan pakaian yang menurut saya tidak pantas untuk menemui SP. Sweater berwarna hitam, celana pendek serta sandal gunung. Udah gak apa-apa ris, gue aja pakai sandal kok. Kembali MA membalas pesan singkat saya. Okey, berangkat deh kalau bisa dikondisikan.
ADVERTISEMENT
Pertemuan dengan beberapa teman saat itu saya sudahi karena ada panggilan tugas mendadak. Saya mengistilahkannya begitu. Karena permintaan MA agak mendesak, saya segera memanggil ojek yang berada di dekat saya. “Ke jalan B yah bang.” Ucap saya kepada tukang ojek yang merespong panggilan saya. Memang, menuju jalan B dari daerah Senayan termasuk dekat. Hanya perlu menyebrangi jalan protokol saja, dan melewati salah satu bangunan objek vital negara. Lokasi jalan B memang tidak jauh dari situ.
Memasuki jalan B dengan kondisi penerangan agak remang-remang, saya mencari rumah yang diberikan alamatnya oleh MA. Agak bingung awalnya, karena di jalan B itu dominan tergolong rumah-rumah mewah. Setelah bertanya dengan security rumah disana, saya bisa menemukan rumahnya. Dari depan rumahnya tampak luas. Tembok depan rumah berwarna putih dan pagar berwarna hitam. Saya segera memberitahu MA sudah berada di depan rumah. Lima menit menunggu, MA keluar dari rumah itu menemui saya.
ADVERTISEMENT
Saya dan MA memasuki rumahnya melalui garasi yang ada didepan rumah, hingga menuju seperti ruang makan karena posisinya dekat dapur. Disana sudah ada beberapa orang sedang mengobrol. Dua diantaranya saya sangat mengenal orangnya. Pertama, sebut PK yang pernah menjadi mentor saya. Ternyata MA bisa menghubungi saya karena permintaan dari PK. Saya pernah tahu PK memang mengenal orang yang saya kenal berikutnya, sekaligus pemilik rumah. Seperti saya tulis diawal, pemilik rumah adalah SP. Saya sudah curiga memang beliau orangnya setelah MA memberitahu alamat rumahnya.
“Mas PK, jadi pakai Hypnotherapy bisa dibantu yah?” ujar SP. Saat itu saya masih bingung bantu dalam hal. Akhirnya melalui MA, saya dijelaskan permasalahannya. SP kehilangan beberapa koleksi pribadinya. Karena beliau adalah seniman, yang hilang adalah beberapa benda seni yang bernilai sangat mahal dan diantaranya itu milik bangsa Indonesia. Curiganya, pelakunya masih orang dalam alias masih karyawannya SP. Tidak bisa sembarang orang bisa masuk ke rumah SP tanpa ada keperluan yang jelas. Setelah PK menjelaskan soal Hipnoterapi termasuk teorinya, SP penasaran dan ingin mencoba menggunakan metodenya.
ADVERTISEMENT
PK yang awalnya mendapat permintaan untuk membantu kasus ini berkata kepada SP akan membagi menjadi dua tim. Pertama, akan menginterogasi orang-orang yang dicurigai sebagai pelaku pencurian. Itu dilakukan oleh PK sendiri. Kedua, akan mencari fakta termasuk kronologis serta orang yang diduga pelaku menggunakan metode Little Brother. Tim kedua ini dilakukan oleh saya dan MA. “Ris, jadi medium yah. Elo kan udah paham gimana mekanisme.”Kata MA kepada saya. Oh, pantas saja saya diminta bantuan dalam masalah ini. Menjadi medium tidak masalah, karena pernah saya lakukan sebelumnya.
Saat itu memang terjadi masalah, namun mas SP beserta beberapa asistennya tetap menyambut kami dengan ramah dan beberapa kali mengajak ngobrol saya dan MA. Obrolan berpindah ke ruangan, sepertinya ruang kerjanya mas SP. Yang unik, menuju ke ruang kerja saya melewati lorong yang ditemboknya banyak lukisan dan beberapa patung. Saya seperti sedang di galeri seni, bukan rumah tinggal. Tiba lah kami di ruang tamu dekat ruang kerja mas SP. “Mas, waktu saya kecil saya sering lewat rumah ini. Saya sering dengar ada suara musik tradisional dan sesekali saya melihat ada beberapa orang menari.” Ujar MA kepada mas SP.
ADVERTISEMENT
Mas SP mengiyakan pernyataan MA. Dulu memang iya sering ada yang menari disini. Saya yang mengajari langsung. Sekarang sudah tidak lagi. Kata mas SP. Dahulu SP memang punya grup seni yang sangat terkenal. Itu bentuk kecintaan SP terhadap seni dan budaya, khususnya asli Indonesia. Karena hari itu makin larut, kalau tidak salah sudah jam 22.00 WIB, investigasi segera dimulai. PK dengan interogasinya akan menemui tiga orang di ruang tamu itu, dilengkapi dengan kamera video untuk mengamati gestur, ekspresi wajah dan non verbal dari orang yang dinterogasi. Nanti, hasil nya akan di validasi dengan hasil dari metode Little Brother. Apakah ada kesamaan atau kecocokan.