Konten dari Pengguna

Pilih-Pilihlah Dalam Berteman

29 Juni 2017 21:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pilih-Pilihlah Dalam Berteman
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
(Sumber Foto :http://www.huffingtonpost.com)
Mungkin Anda akan kaget atau tidak suka dengan judul tulisan saya. Wajar saja kalau itu bertentangan sesuatu yang ada percayai selama ini. Selektif dalam memilih dan berteman menurut saya wajib hukumnya. Anda boleh tidak suka dengan tidak membaca tulisan saya berikutnya, atau Anda memilih untuk mencoba memahami apa maksud dari judul yang saya buat diatas.
ADVERTISEMENT
Sebelum saya bahas kenapa harus selektif dalam berteman, yang terpenting pertama adalah memahami konsep pikiran bawah sadar. Semua tindakan dan pemikiran manusia berawal dari sana. Termasuk bagaimana memilih dan mempertahankan pertemanan juga. Pola pikir, nilai dasar dan kepercayaan menjadi modal awal dalam pertemanan. Jika tidak sesuai dengan semua itu, otomatis filter pikiran bawah sadar atau Raticular Activating System (RAS) akan menjalankan fungsinya. Menolak semua informasi soal pertemanan dari luar.
Pepatah lama Inggris mengatakan, burung yang warna bulunya sama itu kumpul bersama. Jadi agak keren dikit menggunakan pepatah itu karena sangat terkait dengan pertemanan. Warna bulu sama berarti punya kesamaan. Kumpulan burung ini bisa kumpul bareng karena merasa nyaman dan cocok satu sama lain. Penyebabnya karena ada kesamaan. Kesamaan itu yang membuat nyaman untuk bersama. Sama juga di pertemanan, kesamaan membuat seseorang nyaman untuk nongkrong bareng. Bentuk kesamaan bisa banyak hal. Berupa hobi, minat, bakat, suku, ras, agama, pekerjaan hingga persepsi/pemikiran.
ADVERTISEMENT
Kalau mau pakai istilah kerennya, ketika dua orang atau lebih berkumpul dan sama-sama punya ketertarikan yang sama, secara tidak langsung mereka sedang menyamakan frekuensi. Soal frekuensi ini bukan hal keren, karena memang pikiran bawah sadar manusia punya frekuensi/gelombang jika diukur dengan alat EEG (Electroencephalograph). Level gelombangnya sama, level kenyamanannya makin kuat karena banyak kesamaan diantara dua orang/lebih. Ini baru pakai istilah keren, jika sudah seperti itu mereka seperti membentuk medan energi. Bahasa sederhana nya, mereka seperti sedang bercermin karena melihat banyak kesamaan.
Tahap berikutnya, jika gelombangnya sudah terhubung satu sama lain, secara tidak langsung terjadi pertukaran informasi yang ada di pikiran bawah sadar. Proses ini tidak disadari oleh seseorang karena terjadi secara alamiah dan bahkan cenderung tidak masuk akal. Contoh simpelnya, pertama kali kenal teman baru yang punya kesamaan dengan Anda, misalnya hobi atau profesi, komunikasinya akan lebih lancar bahkan merasa nyaman, seakan bertemu sahabat lama yang baru bertemu lagi.
ADVERTISEMENT
Menarik soal pertukaran informasi di pikiran bawah sadar. Semua informasi nya pasti netral. Pikiran bawah sadar tidak mengenal benar salah, baik buruk atau label yang lainnya. Boleh saya contohkan, informasi yang ada di bawah sadar misalnya karakter atau sifat. Kedua hal itu belum tentu benar atau salah bagi Anda, tapi tidak menurut orang lain. Labelisasi dari orang lain menentukannya.
Apa kaitannya dengan pertukaran informasi, jika Anda merasa nyaman atau cocok dengan lawan bicara dihadapan Anda, lagi-lagi tanpa disadari karakter atau sifatnya ikut menular ke diri Anda. Jika Anda ingat dengan lagu Tombo Ati, salah satu liriknya mengatakan untuk menjadi orang soleh, harus bergaul dengan orang soleh. Soal karakter, Anda tidak bisa memilih mana yang harus masuk kedalam pikiran Anda. Bisa jadi, semakin nyaman dengan orang itu, semua karakter dan sifatnya bisa menular semua.
ADVERTISEMENT
Jika di lagu Tombo Ati itu contoh sifat positif. Apa jadinya jika sifat negatif yang menular ke diri Anda. Biasanya Anda akan menyadari jika pemikiran atau tindakan Anda sama persis dengan teman Anda. Efek berikutnya, sifat yang baru ini bisa membangun, netral atau malah menghancurkan diri Anda. Apalagi jika teman yang Anda anggap cocok dan nyaman ini adalah rekan kerja Anda. Pengaruhnya ke kebiasaan Anda didalam pekerjaan. Contoh saja, teman Anda punya sikap malas dan sering terlambat, maka Anda akan seperti itu juga. Seperti yang saya bilang tadi, ibarat Anda bercermin pada teman Anda.
Tapi saya percaya walau teman Anda punya sikap dan kebiasaan negatif, tetap ada sisi positif dalam dirinya. Namun seberapa besar persentase kedua sisi itu. Mana yang lebih dominan. Jika yang dominan adalah negatif, apakah Anda tetap menjadi rekan kerjanya atau tetap berteman dengannya. Sekali lagi, saya tidak meminta untuk memutuskan hubungan pertemanan. Kondisi ini pernah saya alami, yang dengan terpaksa melakukan itu kepada dua orang teman yang termasuk dekat. Alasannya, karena sisi negatifnya terlalu dominan didalam sikap dan kebiasaannya. Yang saya lakukan hanyalah mengurangi intesitas bertemu dan interaksi dengannya. Termasuk yang agak kejam saya tidak akan menjadi rekan kerja mereka. Melakukan hal itu sama saja memutus koneksi gelombang pikiran dengan mereka tanpa harus memusuhi mereka. Dampaknya sisi negatif jadi tidak menular terlalu banyak ke saya. Dahulu saya menyadari bahwa sikap dan kebiasaan jelek mereka ini sangat menular dan memberikan pengaruh yang jelek bagi saya. Istilah saya, dalam hubungan pria dan wanita, tidak bisa pacaran apalagi menikah. Jadi teman biasa saja.
ADVERTISEMENT
Sering-sering lah bertemu dengan orang yang punya sikap optimis, percaya diri, sukses, bahagia serta kebiasaan-kebiasaan yang baik. Secara tidak langsung semua itu berdampak tidak langsung kepada Anda serta membentuk citra diri yang baik. Mengutip perkataan seorang teman, bahwa teman itu menentukan kesuksesan Anda. Dan saya sangat setuju dengan hal itu. Kesuksesan nya berasal dari sikap dan kebiasaan baik dari dalam diri yang didapat dari teman Anda sendiri.
Tabik