Konten dari Pengguna

Mungkinkah Telepati Bisa Dilakukan?

10 Juli 2018 14:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mungkinkah Telepati Bisa Dilakukan?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Foto: Janet Van Dyne saat berada di Quantum Realm (http://marvel-movies.wikia.com)
ADVERTISEMENT
Tulisan ini, bisa jadi masih ada kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya tentang Quantum Realm dan pikiran manusia. Apa yang jadi sebabnya? Salah satu adegan di film 'Ant Man and The Wasp' yang membuat saya kembali teringat sebuah peristiwa beberapa tahun lalu. Walau tidak mengalami langsung, setidaknya saya berada di kejadian tersebut sehingga tahu persis peristiwanya seperti apa.
Apa adegan di film Ant Man yang bikin saya teringat lagi? Bagi yang sudah menonton, -bagi yang belum, hati-hati ini spoiler- pasti ingat adegan di mana Janet Van Dyne, istri dari Hank Pym yang hampir 30 tahun terjebak di Quantum Realm mencoba berkomunikasi dengan tujuan mengatakan di mana lokasi tepatnya.
Untuk mempermudah prosesnya, Janet berkomunikasi dengan Scott Lang, saat Scoot sedang mandi kemudian tertidur. Dan setelahnya, Scott merasa sedang bermimpi hingga kemudian berhasil menceritakan mimpinya kepada Hank dan Hope, hingga Hank dan Hope berkesimpulan, Scott tidak bermimpi, namun Janet sedang berkomunikasi dengan Scott.
ADVERTISEMENT
Berlanjut di adegan selanjutnya, berlokasi di laboratorium rahasia milik Hank, Janet kembali berkomunikasi dengan Scott. Dengan terowongan Quantum yang diciptakan Hank, Scott berhasil terhubung dengan Janet. Bahkan kali ini tidak seperti mimpi, Scott terhubung dalam kondisi sadar. Bahkan bahasa tubuh dan gaya bicaranya sangat mirip sekali dengan Janet.
Mungkin beberapa dari Anda bertanya kenapa bisa seperti itu. Atau ada yang berpendapat Scott seperti kerasukan roh Janet. Saya bisa jelaskan secara ilmiah kenapa bisa seperti itu. Selalu ada teori untuk bisa menjelaskan kenapa bisa terjadi.
Namun, yang mau saya ceritakan pertama, bahwa kejadian di adegan itu saya pernah melihatnya langsung. Saat seseorang bisa memanfaatkan pikiran dan badan orang lain untuk berkomunikasi dengan pihak lain.
Ilustrasi otak manusia. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi otak manusia. (Foto: Shutterstock)
Peristiwanya terjadi sekitar enam tahun yang lalu di sebuah kampus. Demi menjaga privasi orang-orang yang terlibat, saya akan memberi inisial setiap namanya. Sebut saja B, seorang wanita yang terlibat secara langsung. C, adalah seseorang yang pikiran dan badannya dimanfaatkan oleh sebut saja D, untuk berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
Kejadiannya diawali saat B mendapat kesempatan program pertukaran pelajar ke Thailand karena ada program dari kampusnya. Saat itu B mendapat kesempatan mengajar sebuah kampus di sebuah kota yang jaraknya cukup jauh dari Bangkok. D ini adalah mahasiswa di kampus tersebut. Singkat cerita, mereka berkenalan sampai kemudian akrab. Tapi saya lupa yang serius. Peristiwa sesungguhnya terjadi beberapa bulan setelah B kembali ke Indonesia.
Awalnya B merasa heran dengan C, karena saat itu perilakunya berubah sama sekali. Mereka dibilang sangat dekat karena sama-sama satu fakultas di kampus yang sama. Yang mencurigakan B, makin lama ada yang aneh dengan C, di mana gestur dan apa yang disuka C itu sama seperti D.
ADVERTISEMENT
Salah satu contohnya, tiba-tiba C menyukai klub sepak bola Chelsea. Padahal C itu penggemar berat Manchester United. Yang sangat meyakinkannya, D itu adalah penggemar berat klub Chelsea. Karena kejadian ini berlangung hampir beberapa minggu, saat itu B menyimpulkan ada faktor luar.
Maksudnya, ada orang lain yang melakukan sesuatu sehingga C bisa berubah total. Bagaimana B bisa berkesimpulan seperti itu, feeling dari B cukup tajam, B berkesimpulan ini karena ulah D. Sewaktu feeling seseorang menjadi tajam, maka pikirannya menjadi peka karena bisa melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang di luar dirinya. Kok bisa? Saya akan jelaskan setelah ini.
Ada dua alasan kenapa B bisa menyimpulkan seperti itu, selain faktor feeling-nya. Pertama, praktek ilmu hitam di Thailand itu masih sering dilakukan apalagi di kota-kota di luar Bangkok. Kedua, B sempat tahu kalau D sempat menggunakan ilmu tersebut saat masih berada di sana.
ADVERTISEMENT
Saya cukup kaget dengan peristiwa ini, karena baru pertama kali ini saya melihatnya langsung. Memang saat itu saya sedang ditahap uji coba sebuah metode baru di Hypnotherapy. Sebenarnya itu metode sudah sangat lama, namun baru ditemukan penjelasan ilmiah serta metodenya sehingga bisa dilakukan oleh orang lain.
Pada akhirnya, D berhasil dibujuk untuk menghentikan tindakannya setelah saya berhasil berkomunikasi dengan D melalui metode tersebut. Pertanyaannya, bagaimana cara berkomunikasinya? Anda sudah baca tulisan saya sebelumnya? Di sana saya menceritakan soal gelombang otak atau brainwave. Semua manusia pada umumnya pasti punya gelombang di otaknya, dan gelombang tersebut bisa diukur seberapa besar frekuensinya.
Ilustrasi Telepati (Foto: Youtube.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Telepati (Foto: Youtube.com)
Pertanyaan saya, apa yang terjadi jika frekuensi gelombang otak seseorang, sama dengan frekuensi gelombang otak orang lain? Misalnya dua orang di waktu yang sama frekuensi gelombang otaknya di 4,75 Hz.
ADVERTISEMENT
Seperti layaknya antena atau transmisi, jika sama, maka terjadi tukar menukar informasi. Sama saja misalnya Anda ingin mengirim pesan melalui ponsel ke orang lain. Karena sudah tahu mau mengirim ke siapa, otomatis frekuensi di ponsel menyesuaikan dengan frekuensi ponsel penerima dan selanjutnya pesan terkirim ke penerima.
Apa kaitannya antara gelombang otak dengan feeling? Ini terkait apa yang orang sebut sebagai 'indra keenam'. Saya sangat tidak percaya dengan istilah itu. Tuhan hanya menciptakan lima panca indra pada diri manusia.
ADVERTISEMENT
Karena seseorang itu hanya dominan di salah satunya, maka yang dominan itu yang menjadi peka. Contohnya, A secara karakter dominan di indra penglihatan. Saat panca indranya menjadi peka, daya jangkau indra penglihatan yang sebelumnya hanya 500 meter, kemudian meluas jadi 500 KM. Dia jadi bisa melihat hal-hal yang sangat jauh dari dirinya, tergantung frekuensi gelombangnya terhubung ke gelombang mana.
Sesederhana itu? Iya. Namun prakteknya tidak semudah mengatakan. Biasanya proses ini terjadi secara natural dan spontan. Artinya, jika terjadi seperti itu orang-orang tidak menyadari bahwa frekuensi gelombang otaknya sedang sama dengan orang lain.
Dengan metode baru yang saya sebut sebelumnya, saya mengkondisikan seseorang, yang disebut medium agar frekuensi gelombang otaknya bisa sama dengan subjek yang dituju. Kesimpulannya, koneksi antara gelombang otak manusia bisa dikondisikan dan diciptakan.
ADVERTISEMENT
Apalagi saya sangat bersyukur dengan metode itu pernah membantu pihak kepolisian dan salah satu tokoh nasional untuk kasus kriminal. Saya berpikir dengan teori dan metode seperti itu bisa memberikan manfaat lebih berguna bagi kehidupan manusia.