Konten dari Pengguna

22 September Hari Badak Sedunia, Yuk! Kenali 2 Spesiesnya di Indonesia

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
22 September 2022 18:08 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua individu badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Foto: Biro Humas KLHK
zoom-in-whitePerbesar
Dua individu badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Foto: Biro Humas KLHK
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu kalau sejak 2010, pada 22 September, diperingati sebagai Hari Badak Sedunia. Ini merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dunia, untuk sama-sama berperan aktif dalam tindakan konservasi terhadap mamalia terbesar di bumi yang kondisinya terancam punah.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, badak merupakan mamalia yang diperkirakan sudah mendiami bumi sejak 50 juta tahun yang lalu. Namun, kini di dunia, hanya tersisa 5 spesies badak: dua di Afrika, yaitu badak putih (Ceratotherium simum), dan badak hitam (Diceros bicornis). Sedangkan tiga lainnya di Asia, yaitu badak india (Rhinoceros unicornis), badak jawa (Rhinoceros sondaicus), dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Badak putih utara sudah dinyatakan punah.
Keberadaan badak sangat penting banget dalam keberlangsungan dan keberlanjutan ekosistem hutan dan satwa lain, loh.
Dalam proses penjelajahannya mencari makanan, secara tidak langsung, badak membuka jalan rintisan dengan membelah ketebalan vegetasi. Nah, jalan rintisan tersebutlah yang kemudian memberi kemudahan untuk satwa-satwa liar lainnya.
Mereka biasa makan pucuk-pucuk daun muda. Jadi, secara alami badak membantu regenerasi tumbuhnya pucuk daun-daun baru. Selain itu, sukanya badak bermain-main dalam kubangan lumpur, ternyata itu juga turut membantu penyebaran bibit dan biji tanaman yang menempel pada tubuhnya. Ketika badak menjelajah berkilo-kilo meter jauhnya, saat itulah biji dan bibit yang melekat dibutuhkan, terlepas dan tersebar pada lantai-lantai hutan.
ADVERTISEMENT
Sebagai jenis satwa herbivora (pemakan tumbuhan), badak juga dikenal sebagai satwa browser – makanannya bervariasi dari jenis semak dan pepohonan.
Badak merupakan mamalia terbesar kedua di dunia setelah Gajah. Bobotnya dapat mencapai 1.500-2.500 kg.
Nah, berdasarkan ketentuan perundangan Indonesia: badak sumatera dan badak jawa, adalah jenis satwa yang dilindungi.
1. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Dua individu Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Foto: Balai TN Way Kambas / IG: @btn_waykambas.
Diperkirakan telah hidup sejak sekitar 20 juta tahun yang lalu. Dari semua spesies badak di dunia, ia merupakan yang terkecil ukuran tubuhnya. Dikenal juga sebagai ‘badak berbulu’ dan ‘badak bertanduk dua asia’. Memiliki telinga besar, kulit berwarna cokelat keabuan atau kemerahan, halus dan licin.
Badak sumatera, lebih menyukai tumbuhan bergetah, seperti daun rengas (Gluta rengas), daun beringin (Ficus spp), nangka (Arthocarpus spp), dan manan (Urophylum spp), merupakan jenis tumbuhan lain yang disukainya.
ADVERTISEMENT
Badak sumatera hidup di dataran rendah hutan hujan tropis pulau Sumatra dan pulau Kalimantan. Saat ini, di Sumatera, keberadaan mereka tersebar di alam liar dan kawasan konservasi: Taman Nasional Gunung Leuser (TNGGL), TN Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dan TN Way Kambas (TNWK), serta Kutai di Kalimantan Timur.
Keberadaan mereka di Kalimantan dipastikan pada 2013, waktu itu, tiga individu badak sumatera tertangkap kamera jebak sedang bermain di kubangan di Kutai Barat. Dan, ini menandai kemunculan pertamanya sejak 40 tahun dinyatakan menghilang.
Sebenarnya, sebelumnya badak sumatera menempati daerah penyebaran yang cukup luas. Mereka menjelajahi hutan-hutan dataran rendah dan menengah di Asia. Mulai dari India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand hingga Malaysia (Semenanjung Malaya dan Sabah), Indonesia (Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan barat daya China, utamanya wilayah Sinchuan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, berdasarkan data Population and Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016, diperkirakan, hanya tersisa kurang dari 100 individu badak sumatera dan hanya ada di Indonesia. Tujuh individu ada di Suaka Rhino Sumatera di TNWK, satu individu di Suaka badak Kelian, Kalimantan Timur, serta beberapa kantung yang tersebar di TNGL dan TNBBS.
2. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
Badak Jawa. Foto: Kementerian LHK.
Berbeda dengan kerabatnya, badak jawa, justru memiliki bobot tubuh yang besar dari badak sumatera.
Badak jawa hanya memiliki satu cula dan itupun jantannya saja. Karenanya, dikenal juga sebagai badak bercula satu. Sedangkan yang betina, culanya kecil atau tidak memiliki cula sama sekali. Memiliki kulit tebal yang bentuknya seperti baju perang atau zirah berwarna abu-abu atau abu-abu kecoklatan. Mereka akan terlihat hitam, saat menghabiskan waktunya berkubang di lumpur.
ADVERTISEMENT
Keunikan lain dari badak jawa adalah memiliki bibir atas yang runcing – membantunya untuk mengambil makanan.
Dalam memilih makanan, badak jawa, tidak seselektif badak sumatera. Sederhananya, tidak terlalu pemilih. Sekitar 50 persen jenis tumbuhan yang ada di habitatnya di Taman Nasional Ujung Kulon, dimakan olehnya.
Saat ini, keberadaan badak jawa, hanya tekonsentrasi di TNUK saja. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2022, jumlahnya diperkirakan sekitar 77 individu (39 jantan dan 38 betina) – artinya mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sebelumnya, badak jawa juga tersebar di Sumatera, seluruh Asia Tenggara, India hingga China. Ia pernah hidup di gunung-gunung di Jawa Barat. Dalam risalah perjalanan dan penjelajahannya, seorang ahli ilmuwan dan ahli botani terkenal dunia, Franz W. Junghuhn, menuliskan keberadaan mereka di Gunung Pangrango dan Gunung Ciremai, ketika dirinya mendaki keduanya pada 1840-an.
ADVERTISEMENT
Kamu harus hati-hati ya. Jangan coba-coba mendekatinya. Karena, badak jawa sangat agresif. Saat menyerang manusia, ia akan menancapkan gigi bawahnya yang panjang dan tajam. Ini, bukan hanya berpotensi menimbulkan luka. Tetapi, juga kematian.
Kantung habitat yang terpencar dan berjauhan menjadi salah satu penyebab berkembang biaknya lamban. Karena, kondisi tersebut, membuat individu jantan dan betina sangat sulit bertemu di satu tempat.
Harapan dan keberlangsungan hidup badak, termasuk badak sumatera dan badak jawa, kini sangat bergantung pada kemampuan berbagai pihak. Bagaimana dapat menemukan dan terus berinovasi, sehingga dapat aman memindahkan badak ke sejumlah fasilitas khusus yang memang disiapkan dan dirancang untuk merawat mereka, sehingga dapat terus berkembang biak.
Lahirnya beberapa individu badak sumatera dan badak jawa di TNUK dan TNWK, beberapa tahun belakangan, pastinya menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi kita semua ya. Ini menjadi bukti, kuatnya komitmen pemerintah Indonesia, dalam hal ini KLHK bersama para mitra, untuk terus meningkatkan kembali jumlah individu salah satu satwa kebanggaan Indonesia.
ADVERTISEMENT