Konten dari Pengguna

371 Hektare Habitat Edelweiss di Puncak Gunung Ciremai Terbakar

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
13 Agustus 2019 15:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tampak kawasan Edelweiss meranggas, habis terbakar. Foto: MPGC Linggajati.
zoom-in-whitePerbesar
Tampak kawasan Edelweiss meranggas, habis terbakar. Foto: MPGC Linggajati.
ADVERTISEMENT
“Kabar Ciremai hari ini, untuk wilayah kuningan, alhamdulillah api sudah dapat dikendalikan. Sudah tidak ditemukan lagi titik api,” demikian dikatakan Agus Yudantara dari Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), melalui pesan WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan kawasan Gunung Ciremai yang masuk wilayah Majalengka? Menurut Agus, titik api juga sudah mulai bisa dikendalikan. Asap yang masih terlihat berasal dari tunggul-tunggul kayu yang masih menyala di Blok Goang Ciwaringin.
Setidaknya hari ini, Selasa (13/8), sudah masuk hari ke-6 sejak dilaporkan terjadinya kebakaran yang melanda lahan dan hutan di sekitar puncak Ciremai pada Rabu (7/8) pukul 13.00 WIB. Tim gabungan yang terdiri dari petugas Balai TNGC, Dinas Kehutanan Wil. VIII Jawa Barat, BPBD Kuningan, BPBD Majalengka, BNPB, BPBD Jawa Barat, Polri, TNI, MPA, MPGC, serta masyarakat dan volunteer Pencinta Alam, telah bahu membahu untuk memadamkan kobaran api yang mengamuk.
Sebagian besar lahan yang terkena dampak merupakan habitat Edelweiss, yang berada pada ketinggian antara 2600–3.078 mdpl, dengan luas mencapai 371 hektare. Namun, bukan hanya Edelweiss, tumbuhan Cantigi dan Plending pun ikut habis terbakar.
Tanaman Edelweiss sendiri merupakan tumbuhan endemik zona alpin atau montana. Ia juga merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan, dan mampu bertahan dalam berbagai kondisi cuaca di pegunungan. Dalam kondisi tanah bertandus, ia juga mampu bertahan dengan membentuk jamur mikoriza, yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akar Edelweiss dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
ADVERTISEMENT
Kawasan puncak Ciremai, merupakan salah satu tempat yang ditumbuhi Edelweiss cukup luas dan menjadi salah satu daya tarik para pendaki gunung karena kecantikannya. Sebenarnya, pada bulan Juli-Agustus, menjadi puncak dari mekarnya bunga tersebut. Kita berharap, Edelweiss, Cantigi, dan Plending di puncak Ciremai akan segera kembali tumbuh dan mewarnai, setelah kebakaran hutan dan lahan yang melanda benar-benar sudah padam.
Pemadaman juga dilakukan dengan cara manual. Foto: MPGC Linggajati.
Kemarin, Senin (12/8) diceritakan, sejak pagi sekitar pukul 06.00 WIB, tim sudah kembali bergerak melakukan pemadaman secara manual pada dua titik api yang berada di blok Sanghiyang Ropoh, dan berhasil dipadamkan pada pukul 15.00 WIB. Selain itu pada hari yang sama, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, diceritakan juga dari pantauan posko Cidewata, Majalengka, terlihat dua titik api yang cukup besar di sekitar puncak, atau di atas wilayah yang bernama Cakarang Lenang.
ADVERTISEMENT
Hingga hari ini, pemadaman secara manual pada titik api yang masih terlihat dan penyisiran untuk memeriksa dan memadamkan tunggul-tunggul kayu yang masih menyala masih terus dilakukan. Hal ini untuk mencegah adanya kemungkinan api yang menyeberang. Dalam hal ini dibantu oleh tim pemantau dari puncak Ciremai dan tim dorongan logistik.
Rencana diturunkannya heli water bombing hari ini tidak dapat dilaksanakan, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Memang dalam penanganan pemadaman api di Gunung Ciremai ini, ada beberapa kendala yang diharus dihadapi tim gabungan. Di antaranya, medan pegunungan yang berada pada ketinggian di atas 2.600–3.078 mdpl, arah angin yang selalu berubah-ubah sehingga memicu meluasnya kebakaran hutan dan lahan serta membuat loncatan api, sumber daya manusia yang terbatas, serta sarana dan prasarana yang juga terbatas.
Memastikan titik-titik api telah padam dengan cara manual. Foto: MPGC Palutungan.
Dengan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di TNGC, otomatis kegiatan upacara pengibaran bendera di puncak Ciremai dalam rangka memperingati 17 Agustus, yang biasa dilakukan para pendaki gunung dan pegiat alam terbuka, ditiadakan seiring dengan penghentian seluruh aktivitas pendakian, dan penutupan 4 jalur resmi (Apuy. Palutungan, Linggajati dan Linggasana) pendakian gunung Ciremai.
ADVERTISEMENT