Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
5 Kaldera Gunung Api Indonesia yang Mendunia dan Fenomenal
14 Oktober 2019 12:44 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bicara gunung api, Indonesia merupakan salah satu surganya di dunia. Sebagai bagian dari Ring of Fire atau jalur cincin api dunia, rangkaian ratusan gunung api seolah menjadi jembatan imajiner penghubung pulau-pulau di Nusantara. Setidaknya, 13 persen gunung api dunia ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, sebagian masyarakat memandang gunung api sebagai sosok menakutkan. Karena seringkali dianggap menimbulkan bencana. Padahal sebaliknya. Bencana akibat letusan sebuah gunung api tidak terjadi secara terus-menerus. Sedangkan, masa tenang yang dilalui setiap gunung api justru lebih lama.
Salah satu hal yang sangat menarik akibat dari letusan gunung berapi, yaitu timbulnya perubahan yang sangat signifikan pada morfologi dan topografi gunung api itu sendiri. Mengalami perubahan bentuk yang terkadang justru semakin memesona, unik, dan menakjubkan.
Akibat dari letusan hebat tersebut terbentuklah kaldera–kawah gunung api yang berukuran besar (umumnya berdiameter lebih dari 2 km). Hasil ini terbentuk dari erupsi eksplosif yang sangat dahsyat sehingga puncaknya terpancung atau runtuhnya puncak gunung karena erupsi efusif.
ADVERTISEMENT
Kawah gunung api yang sangat besar yang terjadi karna puncak gunung terpancung oleh erupsi eksplosif yang dasyat atau karena runtuhnya puncak gunung akibat erupsi efusif.
Indonesia memiliki banyak kaldera gunung api dengan lanskapnya yang indah dan menakjubkan. Berikut ini 5 di antaranya yang terbentuk akibat letusan hebat di masa lampau. Selain menakjubkan, kelimanya juga memiliki bentang dan atraksi alam yang fenomenal.
1. Kaldera Batur
Berada di bagian timur laut Pulau Bali, atau tepatnya Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Kaldera Batur menjadi taman bumi pertama Indonesia yang masuk Unesco Global Geopark Network (UGGN), pada September 2012.
Kawasan yang juga berstatus Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang, memang memiliki keunikan dan jejak sejarah geologi serta bentang dan atraksi alamnya yang khas.
ADVERTISEMENT
Dalam Kaldera Batur, tumbuh 3 kerucut Gunung Batur yang menjadi ciri khasnya: Batur I, yang merupakan titik tertingginya (1.717 mdpl), Batur II (1.589 mdpl), dan Batur III (1.410 mdpl).
Uniknya lagi, ada dua kaldera yang sebenarnya membentuknya: Kaldera luar yang berbentuk elips berukuran 13,8 x 10 km dan kaldera dalam yang berada pada bagian tenggara yang dinamakan Danau Batur berbentuk seperti bulan sabit dengan panjang 7 km dan lebar 1,5 km pada ketinggian 1.030 meter. Seorang geolog Belanda, Van Bemmelen (1949), mentasbihkan Danau Batur sebagai salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia.
2. Kaldera Tambora
Berdiri gagah dan anggun di Semenanjung Sanggar, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Gunung Tambora yang saat ini tingginya mencapai 2.851 mdpl, telah meninggalkan jejak sejarah erupsi gunung api dunia yang dahsyat pada masa modern, April 1815.
ADVERTISEMENT
Dengan kekuatan mencapai 7 Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan gunung yang kini berstatus taman nasional tersebut, seolah mengoyak langit dan suara gelegarnya menembus batas benua. Ia juga menghancurkan sepertiga tubuhnya yang tingginya 4.300 mdpl dan memuntahkan sebagian besar isi rahimnya. Akibatnya, lahirlah kaldera dengan diameter 7 km dan berkedalaman 1,4 km. Karena besarnya, bentuknya pun terlihat seperti cawan raksasa.
Berjalan di lautan pasir pada gigiran kaldera raksasa Tambora, akan terlihat betapa memesonanya dinding luar kaldera dan asap solfatara yang keluar dari sebagian dinding kepundan dan Anak Gunung Tambora: Doro Api To’i, jauh di dalam dasar kaldera. Dan dari puncak tertingginya, Teluk Saleh, Pulau Satonda, Moyo, dan kaldera Tambora terlihat sangat menawan.
ADVERTISEMENT
3. Kaldera Krakatau
Sebelum letusan hebat Krakatau pada Agustus 1883, ternyata beratus tahun sebelumnya, Gunung Krakatau Purba, pernah mengalami erupsi yang bahkan sangat dahsyat. Hal tersebut, sebagaimana terungkap dari tulisan seorang arkeolog dan korespondensi koran “The Independent” London, David Keys, dalam bukunya yang berjudul “Catastrophe: An Investigation in the Origins of the Modern World” (1999).
Berdasarkan catatan, dokumen dan informasi yang berhasil dikumpulkan oleh David Keys, ia mengeluarkan sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa Krakatau Purba pernah meletus hebat pada 535 M. Letusan tersebut menimbulkan bencana besar yang dirasakan seluruh dunia.
Dampak dari letusan tersebut menjadikannya sebagai peristiwa tragedi yang sangat besar pada masa itu. Telah mengubah bentuk fisik alam dengan terbentuknya Selat Sunda dan juga mengubah peradaban dunia.
ADVERTISEMENT
Dari hasil letusan hebat yang berlangsung hingga 10 hari dengan letusan puncak selama 34 jam, lahirlah kaldera raksasa berukuran 40 km x 60 km dan yang kemudian membentuk Selat Sunda. Jadi, sebelum 535 M, berdasarkan catatan yang ditulis David Keys, Pulau Jawa dan Pulau Sumatera masih menyatu.
Dari Kaldera Raksasa Krakatau tersebut lahir Gunung Krakatau yang kemudian meletus hebat pada Agustus 1883 dengan kekuatan 6 VEI. Akibat dari letusan ini terciptalah kaldera bawah laut yang lebarnya 7 km dan berkedalaman hingga 250 meter. Lalu, dari kaldera tersebut, muncul Anak Krakatau. Kawasan Krakatau kemudian ditetapkan sebagai cagar alam laut.
4. Kaldera Toba
Kaldera Toba atau lebih dikenal Danau Toba merupakan danau vulkanik terbesar di dunia. Mempunyai panjang lebih dari 100 km dan lebar 30 km. Danau Kaldera Toba lahir sekitar 74.000 tahun yang lalu. Danau ini terbentuk akibat letusan mega kolosal Gunung Toba Purba yang terjadi selama satu minggu. Menurut Van Bemmelen (1939), berdasarkan hasil penelitiannya, Danau Toba merupakan kaldera raksasa sebuah gunung api raksasa.
ADVERTISEMENT
Pesona Danau Toba dengan tebing-tebing terjal yang mengelilinginya dan Pulau Samosir di tengahnya bagaikan raksasa cantik yang menebarkan berjuta keelokannya. Melihat hal tersebut sulit rasanya membayangkan bagaimana dahsyatnya letusan gunung Toba yang terjadi saat itu.
Diperkirakan tiang letusannya mencapai lebih dari 50 km. Abu letusannya terbawa angin menyebar hingga separuh bumi. Dengan kekuatan letusan mencapai 8 VEI – level tertinggi letusan gunung api, menjadikannya sebagai letusan terbesar dalam 2 juta tahun terakhir. Merupakan letusan super volcano.
Letusan paripurnanya menghembuskan meterial letusan hingga mencapai 2.800 km3. Kemudian melahirkan kaldera raksasa berukuran 87 km x 30 km. Kemudian terisi air hujan hingga membentuk danau kaldera, Danau Toba.
5. Kaldera Rinjani
Bentang dan atraksi alam gunung api tertinggi kedua di Indonesia ini sudah tidak diragukan lagi. Siapa pun yang pernah mengunjunginya, pasti rindu untuk kembali. Namun, siapa sangka, gunung api dengan titik kerucut tertinggi 3.767 mdpl, pernah mengalami letusan hebat dengan kekuatan 7 VEI. Letusan tersebut terjadi pada abad ke 13. Di mana dampaknya melanda hingga benua Eropa, setahun kemudian.
Sebelumnya, Samalas–nama dari Gunung Rinjnai Tua, berdasarkan catatan pada daun lontar Babad Lombok–diperkirakan tingginya mencapai 4.000 mdpl. Dalam buku “Rinjani ,Dari Evolusi Kaldera Hingga Geopark” yang ditulis oleh Heryadi Rachmat, Ketua Masyarakat Geowisata Indonesia (MAGI), dikatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian dari Geological Survey of Japan dan Indonesia pada 2004, pembentukan Kaldera Samalas atau Kaldera Rinjani terjadi antara tahun 1.200 s.d. 1.300. Tepatnya pada tahun 1.257.
ADVERTISEMENT
Letusan dahsyat tersebut terjadi dalam rentang waktu antara 13–22 jam, dengan kolom letusan mencapai 43 km. Kemudian, lahirlah Kaldera Samalas atau Kaldera Rinjani dengan diameter 7,5 km x 6 km.
Dalam kaldera gunung api yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, terdapat danau kaldera yang berbentuk bulan sabit: Danau Segara Anak dan kerucut baru yang aktif: Gunung Baru Jari.
Selain sebagai taman nasional, sejak April 2018, kawasan Rinjani telah mendapat pengakuan dunia sebagai bagian dari Unesco Global Geopark Network (UGGN).