Konten dari Pengguna

Begini Kabar Gunung Rinjani pada Masa Pandemi Virus Corona

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
15 Mei 2020 3:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua pendaki dari mancanegara di Gunung Rinjani. Juli 2013. Foto: Har;ley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Dua pendaki dari mancanegara di Gunung Rinjani. Juli 2013. Foto: Har;ley Sastha
ADVERTISEMENT
“Pembukaan site wisata alam di Rinjani, kami menunggu keputusan pemerintah. Andaikata, ada perintah pembukaan saat kondisi pandemi sudah berakhir, sesuai hasil review, kalau sebelumnya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara sederhana, setelah ini, kami tetap ingin memastikan, kalau pendaki yang akan naik Gunung Rinjani, harus sudah mengantongi surat kesehatan,” kata Dedy Asriandy, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), melalui sambungan telepon.
ADVERTISEMENT
Menurut Dedy, pihaknya akan bekerjasama dengan puskesmas. Baik itu di Sembalun, maupun Senaru.
Namun, kalau seandainya, masa pandemi belum berakhir, tetapi pemerintah memutuskan untuk dibuka dengan persyaratan tertentu, pihak taman nasional akan menambah protap dan protokol kesehatan untuk Covid 19.
“Sesuai protokol kesehatan Covid 19, misalnya, kami akan melakukan rapid test dan pemeriksaan suhu tubuh pada para calon pendaki sebelum naik. Itu bayangan saya, Dan, untuk itu kita masih punya waktu kok,” lanjutnya.
Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari, 2012. Foto: Har;ey Sastha
Tetapi, Dedy, mengharapkan untuk test Covid 19 tersebut, biayanya ditanggung atau mendapatkan stimulus dari pemerintah. Sedangkan, untuk pengecekan suhu tubuh, pihak taman nasional dapat menyiapkannya sendiri di pintu-pintu masuk pendakian.
Seperti biasa, setiap tahunnya, kegiatan pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani, ditutup selama 3 bulan (Januari – Maret). Hal tersebut juga berlaku, sebelum terjadinya pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
“Sebelum pandemi, pendakian Gunung Rinjani, memang sudah kami tutup toh. Mulai awal Januari hingga akhir Maret. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Rencananya, akan kami buka pada awal April 2020. Dan pasa masa tiga bulan itu, kami melakukan upgrade sistem booking online e-Rinjani. Agar lebih friendly user. Saat ini sedang masih terus dalam penyelesaian. Seharusnya setelah idul fitri, sudah bisa dilakukan trial atau uji coba”, kata Dedy.
Mengenai pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Rinjani, Dedy mengatakan, sebelumnya, penutupan dan pendakian hanya dengan pengumuman dan surat pemberitahuan saja.
Pendaki dari mancaranegara saat memulai pendakian melalui jalur Sembalun, Juli 2013. Foto: Harley Sastha
Berbeda degan tahun ini. Rencananya pembukaan pendakian yang seharusnya dilakukan awal April lalu, akan lebih digaungkan dengan beberapa kegiatan. Salah satunya menampilkan budaya asli masyarakat Lombok, Suku Sasak.
ADVERTISEMENT
Namun, adanya pandemi virus corona, menjadikan rencana tersebut dibatalkan. Karena mengikuti aturan pemerintah untuk menutup tempat-tempat yang berpotensi kerumunan, termasuk wisata alam, sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Kerusakan Jalur Pendakian
Sebelumnya, diketahui, akibat gempa bumi yang melanda Lombok, pada 2018, salah satu yang terdampak cukup parah adalah Gunung Rinjani. Terjadi kerusakan pada jalur pendakian yang cukup parah, longsor dan retak. Termasuk kantor dan pos registrasi dan pengecekan di Resort Sembalun dan Senaru dan sarana prasarana serta faslitas disepanjang jalur pendakian. Karenanya, aktifitas pendakian pun ditutup total, sampai dinyatakan aman.
Berdasarkan survei yang dilakukan tim Balai TNGR, pada 9-13 September 2019, Dedy, menceritakan, ada dua mata air di Pelawangan Sembalun, dengan debit masing-masing sebesar 4,2 liter per jam dan 2,4 liter per jam. Ada beberapa lokasi yang kondisinya aman. Namun, sebagian lainnya masih berbahaya.
Tim Balai TN Gunung Rinjani melakukan survei dan pengecekan jalur pendakian yang rusak dan longsor, November 2019. Foto: Balai TN Gunung Rinjan
Sepanjang jalur pendakian dari Pelawangan Sembalun menuju puncak Rinjani, ditemukan 3 titik longsor yang dapat membahayakan keselamatan pendaki. Pada bagian puncak juga terjadi longsoran sekitar 40 persen.
ADVERTISEMENT
Kondisi jalur antara Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak, ditemukan longsoran batu aktif sepanjang 20 meter. Ada sumber air dengan debit sebesar 1,5 liter per menit. Kondisi air kalak, relatif aman. Sedangkan, toilet yang terdapat di sekitar danau, dalam kondisi rusak
Sedangkan, antara Danau Segara Anak menuju Torean, ditemukan longsoran pada jalur Penimbungan. Kondisi tanah masih dalam keadaan labil. Tangga kayu dalam keadaan sudah lapuk. Untuk goa susu kondisinya aman.
Perbaikan Jalur Pendakian
Seperti apa kondisi jalur pendakian Rinjani saat ini? Menurut Dedy, pasca gempa bumi 2018, sebenarnya pada akhir tahun 2019, kantor dan pos serta tempat pengecekan wisatawan di Sembalun dan Senaru sudah selesai diperbaiki.
Gerbang kantor dan pos Resor Sembalun, TNGR. yang baru. Foto: Balai TNGR
“Contohnya di Sembalun, bangunannya kini lebih banyak mengadopsi muatan budaya lokal. Jadi, lebih unik. Untuk petugas dan pengunjung menjadi lebih nyaman untuk proses pengecekan sebelum pendakian,” ujar Dedy.
ADVERTISEMENT
Menurut Dedy, komplek kantor Resort Sembalun, SPTN Wilayah II, Balai TN Gunung Rinjani diresmikan pada 13 Februari 2020 oleh Bupati Lombok Timur (Lotim) dan Kepala Balai TNGR. Hadir juga saat itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai TNGR, Kepala Bakesbangpoldagri Kab. Lombok Timur, Polsek Sembalun, perwakilan OPD lingkup Kabupaten Lombok Timur, mitra Balai TNGR, perwakilan masyarakat Sembalun maupun stakeholder terkait lainnya.
Sedangkan untuk komplek kantor Resort Senaru, rencananya akan diresmikan oleh Direktu Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, bersamaan dengan pembukaan kembali jalur pendakian pada awal April lalu. Tetapi, dibatalkan, karena adanya pandemi virus corona.
Mengenai jalur pendakian, menurut Dedy, untuk menuju Danau Segara Anak, dari jalur Sembalun, sudah selesai. Sedangkan, kalau lewat jalur Senaru, masih belum bisa.
Salah satu sudur Danau Segaar Anak, 2012 Foto: Harley Sastha.
“Dengan ditutupnya aktifitas pendakian pada masa pandemi ini, justru semakin lama kemungkinan aakan semakin siap untuk jalur Senaru menuju ke danau. Walaupun, saya masih belum bisa jamin, karena, pembukaannya kan masih belum tahu. Tetapi, kalau misalnya dibuka pada akhir tahun 2020, isnyaallah saya jamin jalur itu sudah dapat digunakan,” kata Dedy.
ADVERTISEMENT
Dalam proses perancangan dan perbaikan jalur Senaru menuju danau, pihak Balai TNGR bersama mitra, juga mencari jalur alternatif lainnya atau baru yang memungkinkan. Dengan mengacu pada keamanan, kenyamanan dan keselataman pendaki.
Untuk jalur Torean, juga sudah dapat digunakan hingga ke danau. Rencananya, jalur yang selama ini dipersepsikan hanya untuk kegiatan budaya, akan diubah. Nantinya, Torean juga akan menjadi jalur wisata yang resmi.
Kemudian, akan diatur waktunya. Pada saat momentum budaya, kegiatan wisata pendakian ditutup, tetapi budayanya tetap dibuka.
Mengenai fasilitas toilet di sekitar Danau Segara Anak, rencananya akan direlokasi yang sudah dipastikan ada sumber airnya. Sehingga dapat terjaga kebersihan toiletnya.
Taman Nasional Gunung Rinjani, 2012. Harley Sastha
Bagaimana dengan jalur menuju puncak Rinjani? Untuk hal ini Dedy mengatakan: “Saya mau memastikan keputusan pembukaan jalur menuju puncak diambil bersama-sama oleh pemangku kebijakan. Stakeholder kebijakannya, selain balai taman nasional, ada BNPB, Trekking Organizer (TO), TNI, Polri, pemandu, dan porter,” kata Dedy.
ADVERTISEMENT
Jadi, keputusan pembukaan, menggunakan jalu mana, puncak, sampai dimana dan jumlah kuotanya, berdasarkan kesepatakan bersama. Dimana terlebih dahulu mempresentasikan hasil perbaikan yang telah dilakukan.
“Kalau semua sepakat, bahwa jalur menuju puncak hasil perbaikan sudah layak, makan akan kami buka,” lanjut Dedy.
Dedy mengatakan, pandemi virus corona menjadi momentum yang kuat untuk memberikan pesan terhadap upaya kesehatan secara umum. Bagaimana menjaga kebersihan diri dan meningkatkan imun.
Menurutnya, analoginya untuk wisata pendakian, ada pesan moral disini, dalam hal kesehatan, bagaimana pendaki bertanggung jawab, salah satunya terhadap sampah yang dihasilkan. Karena, sampah-sampah tersebut akan menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya penyakit.
Alam mampu menjaga kita, kalau kita bisa menjaganya. Sebaliknya, alam juga bisa menjadi sumber penyakit, kalau kita tidak dapat menjaganya. Begitu pesan Dedy, menutup pembicaraan.
ADVERTISEMENT