Konten dari Pengguna

Gunung Kelam: Batu Terbesar yang Jadi 'Rumah' Kantong Semar Langka

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
25 Juni 2019 17:08 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Kelam terlihat dari salah satu sudut, bagian puncak tertutup awan. Foto: Baraka Bumi
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Kelam terlihat dari salah satu sudut, bagian puncak tertutup awan. Foto: Baraka Bumi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berdiri angkuh besar, tinggi, dan masif di tengah padang nan luas. Seonggok batu raksasa tampak kokoh membentang dari timur ke barat, menjulang hampir setinggi 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bukit Kelam, demikian masyarakat sekitarnya menyebutnya.
ADVERTISEMENT
Penamaan yang umum bagi masyarakat Kalimantan untuk menyebut titik tertinggi di wilayahnya, dan berukuran sangat besar. Contohnya Bukit Baka (1.617 mdpl) dan Bukit Raya (2.278 mdpl) – Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya – di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Seperti kubah besar, Gunung Kelam dapat dikatakan sebagai batu monolit atau batu tunggal terbesar di planet ini. Dalam banyak catatan disebutkan bahwa batu monolit terbesar di dunia adalah Ayers Rock (863 mdpl) di Uluru-Kata Tjuta National Park, Australia. Namun, sebenarnya sebagian besarnya berada di dalam tanah atau berada di dataran berketinggian sekitar 516 meter.
Jadi, formasi batu tunggal Ayers Rock sebenarnya berada 347 meter di atas permukaan tanah. Sedangkan Gunung Kelam benar-benar naik dari permukaan laut setinggi lebih dari 900 meter dari dataran sekitarnya yang berketinggian sekitar 50 mdpl. Jadi, tinggi Gunung Kelam hampir mencapai 1.000 mdpl.
ADVERTISEMENT
Menurut Peta Geologi Lembar Sintang (1933) karya Heryanto dkk, terbentuknya Gunung Kelam akibat dari intrusi granit – proses intrusi magma, seiring perjalanan waktu kemudian tererosi dan membentuk kubah. Usia batu granit ini diperkirakan mencapai 23 juta tahun. Keren, kan?
Ternyata batu tunggal terbesar di dunia itu sebenarnya ada di Indonesia, di antara Sungai Melawi dan Sungai Kapuas, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Sisi tebing Gunung Kelam terlihat batuan granitnya dan pada bagian puncaknya ditumbuhi hutan. Foto: Baraka Bumi
Sebagai kawasan konservasi, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Kelam berada di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat untuk kegiatan wisata alam dan edukasi. Karenanya, pengelola terus berusaha memperbaiki sarana dan prasarana, serta fasilitas untuk kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pengunjung. Termasuk menjaga kelestarian kawasan yang memiliki flora dan fauna unik dan khas.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa sumber catatan disebut bahwa sekitar 125 tahun yang lalu, antara 30 Januari 1894 hingga 13 Februari 1894, seorang ahli botani Jerman, Johannes Gottfrield Haller, mendakinya hingga puncak punggungan dalam lima kali kesempatan. Dia menjadi orang Eropa kedua yang mendakinya setelah Dr Gutler.
Dalam pendakiannya, salah satu yang menjadi perhatian Haller adalah tumbuhan nephentes atau kantong semar. Dalam laporannya yang dimuat dalam monografi BH Danser 1928, The Nepenthaceae of the Netherlands Indies, menggambarkan tentang formasi Gunung Kelam yang mempunyai tinggi hampir 1.000 meter, membentang dari timur ke barat. Setengah lereng gunungnya yang curam ditutupi dengan hutan yang masih perawan. Namun, pada bagian atas dikelilingi oleh tebing batu yang hampir vertikal dengan air mengalir pada beberapa parit. Pada bagian atas tebing gunung yang tinggi terdapat vegetasi berupa semak dan pepohonan kecil.
Nephentes clipeata. Foto: Baraka Bumi
"Setelah sekali lagi mendaki lereng curam dengan belukar Gleichenia – jenis tumbuhan paku, seseorang tiba-tiba berdiri di bawah dinding batu yang melingkari cincin gunung. Batu yang dicuci dengan air yang licin dengan saluran air tidak menunjukkan variasi struktur dan tampak seolah-olah seluruh gunung itu terdiri dari satu balok batu raksasa. Di dinding ini, telah dibuat tangga rotan curam setinggi 45 meter; itu dijamin hanya di bagian bawah, di tengah, dan di tanah padat di atas, sisanya berbaring bebas di atas batu."
ADVERTISEMENT
"Tepat di atas tangga tengah, ada sebuah kotak kecil berisi humus, hanya cukup untuk memungkinkan seseorang berdiri dan beristirahat sejenak. Baik di sini dan di puncak tangga, tumbuhan nepenthes dengan bentuk seperti pitcher atau kendi besar yang tidak biasa telah membentuk dirinya sendiri. Pada bagian basal, pitcher diperluas menjadi bentuk kendi. Dengan demikian, di satu sisi mereka mendapatkan sejumlah besar air dan di sisi lain dapat mencegah larinya serangga yang telah jatuh ke dalam melalui lehernya yang sempit. Kantong semar yang cantik tersebut kemudian dikenal dengan nama nephentes clipeata.”
Masih dalam monografi BH Danser 1928 – The Nepenthaceae of the Netherlands Indies, disebutkan nephentes clipeata adalah salah satu spesies genus yang paling menyimpang dan mencolok. Terutama daun hampir orbicular, sulur tebal, pendek, tidak pernah melengkung, yang dimasukkan jauh dari puncak, kendi berbentuk aneh tanpa sayap, dan tutup yang berkubah sangat luar biasa. Baca Nepenthes clipeata: Wikis.
ADVERTISEMENT
Nephentes clipeata tumbuh pada sisi tebing vertikal batuan granit Gunung Kelam pada ketinggian antara 500 hingga 800 meter. Sebagaimana saya melihatnya langsung pada tebing vertikalnya di ketinggian sekitar 600 meter saat mendakinya pada April 2018. Sungguh benar-benar terlihat sangat cantik sang clipeata ini.
Jadi, diketahui kawasan ini merupakan salah satu habitat terpenting dunia untuk jenis tumbuhan kantong semar atau nephentes. Tidak kurang tercatat 8 jenis spesies berbeda ditemukan. Salah satunya yang paling terancam punah keberadaannya, nephentes clipeata. Menjadi endemiknya Gunung Kelam, hanya di sini, tidak ada di tempat lain.
Sebagian besar tumbuh di sudut-sudut sisi tebing gunung yang sulit dijangkau. Jenis clipeata ini juga merupakan salah satu tumbuhan nephentes yang belum bisa dibudidayakan atau dikembangbiakkan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Untuk satwa berdasarkan catatan BKSDA Kalbar, setidaknya terdapat 15 jenis burung, beruk, kera ekor panjang, dan beberapa jenis herpetofauna – jenis binatang melata.
Selain itu, di Gunung Kelam juga tumbuh beberapa jenis anggrek dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Ditemukan beberapa gua alam yang sebagiannya dihuni burung walet. Tidak heran jika banyak para pencari sarang walet kerap mendaki untuk mendatangi gua-gua tersebut.
Selain itu, sebuah air terjun akan kamu temui pada bagian kaki gunung di awal pendakian. Dari kawasan puncak Gunung Kelam juga kamu bisa menyaksikan langsung magisnya suasana saat matahari terbit dan terbenam. Lautan awan pun terlihat indah dari atas.
Berjalan melintasi batuan granit menuju sisi tebing tempat tumbuhnya nephentes clipeata. Foto: Baraka Bumi
Selain pesona alam keberadaan flora dan faunanya, Gunung Kelam juga diliputi beberapa misteri dan mitos yang berkembang di dalam masyarakat. Setidaknya terdapat dua cerita tentang keberadaan bongkahan batu raksasa ini.
ADVERTISEMENT
Pertama, diceritakan kalau Gunung Kelam merupakan sebongkah batu yang dipikul oleh seorang pemuda sakti Suku Dayak yang bernama Bujang Beji. Batu tersebut digunakan untuk membendung Sungai Melawi dan Sungai Kapuas. Namun, karena sesuatu hal, tali pemikulnya putus dan batu itu jatuh di lembah yang bernama Jetak.
Sedangkan, versi lain menceritakan kalau Gunung Kelam tersebut merupakan batu meteor yang jatuh ke bumi pada masa lalu. Untuk ini perlu penelitian lebih lanjut tentunya.
Bagaimana menurut kamu? Takjub sekaligus bangga dong pastinya dengan keberadaan Gunung Kelam.