Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Gunung Merapi di Mata Seorang Guide Vulkanologi dan Pengamat Gunung Api
29 Januari 2021 15:18 WIB
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa pekan belakangan, Gunung Merapi, kembali menjadi perhatian mata dunia. Khususnya para pencinta gunung api dunia dan pengamat serta peneliti gunung api, sejak 5 November 2020 dinyatakan berstatus siaga oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Berdiri 'mengangkangi' dua provinsi (Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah), geliat gunung api yang nyaris tidak pernah tidur ini, memang mempunyai daya tarik tersendiri.
Sebagai gunung api, Merapi memang memiliki karakteristiknya sendiri. Menurut salah seorang Tour Guide Volcanological Profesional, pengamat kegunungapian berpengalaman yang juga pelaku geowisata, Andi Volcano, yang sudah sekitar tiga pekan memantau serta mendokumentasikan aktivitas Merapi, mengatakan, sebagai gunung api tipe strato, Merapi memang sangat unik. Merupakan tipe gunung api yang sudah menjadi terminologi tipe suatu gunung api yang dikenal sebagai tipe Merapi.
“Disebut tipe Merapi, karena: pertama Merapi mempunyai karakteristik yang diawali dengan membangun kubah lava (lava dome construction). Lalu, Merapi diindikasikan mempunyai dua kantong magma. Berikutnya, ciri khasnya, saat Merapi sudah mengeluarkan erupsi yang besar dan berakhir, biasanya selalu meninggalkan jejak berupa sisa kubah lava,” kata Andi melalui pesan voice note langsung dari lokasi pengamatannya, pada malam, 28 Januari 2020.
ADVERTISEMENT
Nah, dari ketiga ciri karakteristiknya tersebutlah, karenanya disebut tipe Merapi dan menjadi terminologi yang sudah diakui secara internasional. Kemudian, Merapi terletak pada zona padat penduduk. Bahkan ada yang berjarak sekitar 5 km dari puncaknya.
Saat ini, morfologi Merapi mengalami perubahan, di mana aliran lava atau yang disebut guguran lava sebelumnya terjadi di lereng yang mengarah ke Kali Gendol, tetapi sekarang ke arah barat daya di Kali Krasak dan Kali Boyong.
Kondisi Merapi pun terus dipantau. Melihat perkembangan saat ini, mengacu pada sejarah erupsinya pada tahun 1994, yang menerjang ke wilayah Turgo dan menimbulkan korban jiwa.
Jadi, saat ini , Merapi memang sudah memasuki fase erupsi yaitu dengan membangun kubah lava, lalu, erupsi bersifat guguran. Terjadi guguran dan adanya leleran. Indikasinya, berdasarkan informasi dari BPPTKG, telah terjadi pembentukan kubah lava,” kata pria yang juga seorang Volcano Expedition Organizer dan Volcano Photographer.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Merapi itu sangat menarik. Karena, menjadi satu-satunya gunung api di Indonesia yang dipantau dari lima pos pengamatan di sekitarnya dan satu sebagai sentralnya di BPPTKG, Yogyakarta. Hal ini tidak mengherankan, Tidak heran, sebagai gunung api yang paling aktif di Indonesia dan salah satu gunung teraktif dunia, geliatnya selalu menjadi perhatian.
Hal lain yang membuat Merapi istimewa di mata para pemantau dan pencinta gunung api di dunia adalah karena Gunung Merapi mempunyai tipe yang berbahaya terjadi awan panas letusan maupun awan panas guguran.
Sebenarnya, setiap kali erupsi, Merapi menghasilkan tiga produk: pertama, jatuhan abu (ash fall) yang ketika eksplosif, lalu abu serta material yang ringan; kedua, berupa aliran awan panas (pyroclastic flow) yang sangat berbahaya; berikutnya ada seruakan (surge flow) ketika letusan terjadi.
ADVERTISEMENT
Sebagai gunung api yang sangat aktif, morfologi Merapi kerap berubah dan selalu terlihat tampak bagus, menarik dan mengagumkan.
Di samping itu, Merapi juga memiliki geomitologi. Masyarakat lokal percaya, antara Merapi, Keraton Yogyakarta dan Laut selatan, itu mempunyai hubungan filosofis disebut garis imagner. Sehingga, setiap tahun di Merapi selalu diadakan upacara labuan. Termasuk di keraton dan pantai selatan. Sumbu filosofis ini melambangkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam.
Itulah sebabnya kenapa kawasan yang menyandang status Taman Nasional Gunung Merapi ini menjadi sangat menarik. Bukan hanya dari sisi kegunungapian, tetapi juga dari geowsiata kegunungapian. Mulai dari gunung api aktif hingga kepercayaan masyarakat lokal yang kemudian dipadukan menjadi geomitologi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi terkini Merapi dari BPPTKG, pada Jumat (29/1/2021), sejak Merapi mengalami masa erupsi efusif pada 4 Januari 2021, hingga saat ini aktifitasnya masih tinggi. Ditunjukkan dengan adanya guguran awan panas sejak 7 Januari 2021. Bahkan, pada Rabu (27/1/2021) tercatat guguran awan panas hingga 52 kali. Jarak luncurnya diperkirakan mencapai 3 km dari puncak Merapi ke arah hulu Kali Boyong dan Krasak.
Dikutip dari akun twitter @BPPTKG, menurut Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, pihaknya terus melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka statusnya akan segera ditinjau kembali.
Nah, kumparan travel, yuk, sementara tahan dulu untuk beraktivitas di kawasan Gunung Merapi. Pantau terus perkembangannya dari pihak yang berwenang.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, Gunung Merapi sedang menunjukkan ekspresinya, sebagaimana gunung-gunung api lainnya saat sedang erupsi. Toh, ini tidak seterusnya terjadi. Ada kalanya akan kembali berhenti untuk beristirahat. Kemudian, kembali memberikan manfaat besar dengan kesuburan tanah dan keindahan bentang serta lanskap dan berbagai atraksi alamnya.