Hari Ini, 8 Tahun Lalu, Pesawat Sukhoi Superjet-100 Jatuh di Gunung Salak

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
9 Mei 2020 8:03 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gunung Salak, lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100, pada 9 Mei 2020. Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Salak, lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100, pada 9 Mei 2020. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
"Bakteri ini terlalu banyak membuat bahaya bagi para evakuator (orang yang melakukan evakuasi, red). Para ekuavator, tidak menyadari dan merasakan bila mengalami luka-luka kecil pada bagian tubuhnya, padahal ini sangat berbahaya, rentan terkena bakteri," jelas Dokter Chandra di Pos Pendukung SAR Sukhoi, Cimelati, Sukabumi.
ADVERTISEMENT
Berita hilangnya pesawat Sukhoi Superjet-100, Rabu (9/5/2012), di kawasan Gunung Salak, delapan tahun yang lalu, menjadi berita yang sangat menggemparkan. Tidak hanya di Indonesia saja, namun juga dunia Internasional. Terutama dunia penerbangan. Hal tersebut dikarenakan menyangkut nama besar Sukhoi, yang merupakan salah satu produsen pesawat besar di dunia.
Sukhoi Superjet-100, diberitakan hilang di kawasan Gunung Salak, bersama dengan penumpang dan awaknya, yang berjumlah 45 orang. Waktu itu, pesawat sedang melakukan joy flight. Sepuluh di antara korban tersebut, merupakan Warga Negara Asing (WNA).
Tim dari Rusia tiba di puncak Salak 1, ikut bergabung dalam operasi SAR Sukhoi Superjet 100. Foto: Harley Sstha
Menurut Direktur Eksekutif Komite Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia, Kombes Pol. Anton Castilani di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta, waktu itu, Jumat (11/5/2012), sepuluh WNA tersebut beraasal dari Rusia delapan orang, Amerika dan Perancis, masing-masing satu orang.
ADVERTISEMENT
Tim SAR Gabungan yang terdiri dari Basarnas, BNPB, TNI (Marinir, Kopasus, Paskhas, Garuda), Polri, PMI, FPTI, Organisasi Pencinta Alam, Air Putih dan beberapa organisasi social serta masyarakat langsung bergerak untuk melakukan pencarian.
Helicopter TNU AU di puncak Salak 1, dalam rangka operasi SAR Sukhoi Superjet-100. Foto: Harley Sastha
Sebagaimana diketahui, Gunung Salak merupakan gunung yang mempunyai beberapa puncak. Punggunggan-punggungan curam dan tipis yang membentuk sadel menjadi penghubung antara puncak-puncak tersebut. Medan pendakiannya yang bervariasi serta banyaknya lembahan-lembahan dan karakteristik hutannya yang rapat, menjadikan Gunung Salak sejak lama dijadikan tempat latihan berbagai organisasi penggiat alam bebas maupun Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Heli Super Puma Basarnas, berhasil melihat dari udara serpihan pesawat Suhkoi di salah satu tebing Gunung Salak, pada Kamis (10/5/2012). Kemudian, pada Jum’at (11/5/2012), melalui jalur darat anggota Tim SAR Gabungan berhasil mencapai lokasi jatuhnya pesawat yang berada pada punggung tebing salah satu jalur sadel Gunung Salak yang menjadi bagian jurang Ciapus. Area tebing punggungan sadel yang menjadi titik crash berada tidak jauh dari Puncak Salak 1.
Tim SAR Gabungan di puncak Salak 1, Operasi SAR Sukhoi Superjet-100. Foto: Harley Sastha
Melihat posisi tersebut, pada Jum’at pagi (11/5/2012), saya yang saat itu sedang bertugas melakukan peliputan, bersama-sama dengan beberapa anggota TNI AU Paskhas 467 Atang Sanjaya, mendaki melalui Cimelati.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan pendakian sekitar 3,5 jam, kami tiba di Puncak Salak 1, pada pukul setengah sebelas siang. Sebagian anggota tim SAR Gabungan juga sudah tiba di puncak setelah melakukan perjalanan darat sehari sebelumnya melalui Cipelang, Cijeruk dan Pasir Pogor.
Evakuasi para korban dilakukan siang hari itu juga. Kondisi medan yang curam dan tipis cukup menyulitkan proses evakuasi. Secara estafet para korban di angkut dengan menggunakan tali karmantel.
Badan pesawat Sukhoi Superjet-100 hancyr berkeping-keping setelah mnabarang punggungan di puncak Salak 1, Gunung Salak. Foto: Harley Sastha
Pos Kendali Utama SAR Sukhoi dipusatkan di Desa Cipelang, Kec. Cijeruk, Bogor. Sedangkan Pos Murbei, Cimelati, Sukabumi, menjadi Pos Pendukung SAR Sukhoi, dikarenakan ini menjadi jalur terpendek menuju Puncak Salak 1 yang dapat dilalui melalui jalur darat.
Areal Puncak Salak 1 yang berada di ketinggian sekitar 2.211 meter di atas permukaan laut (mdpl), kemudian sedikit diperluas dan diratakan untuk dijadikan helipad. Hal tersebut untuk memudahkan dan mempercepat proses evakuasi korban serta dukungan logistik dan kebutuhan anggota tim SAR Gabungan.
ADVERTISEMENT
Korban jatuhnya pesawat Sukhoi rata-rata ditemukan dalam keadaan yang tidak utuh. Hal ini disebabkan karena meledaknya pesawat. Badan pesawat pecah. Sebagian puing tersebar mulai dari tebing punggungan gunung hingga dasar jurang.
Kondisi medan cukup menyulitkan Tim SAR Gabungan dalam mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 di Gunung Salak. Foto: Harley Sastha
Selain evakuasi para korban, sebagian anggota Tim SAR Gabungan lainnya juga mencari black box atau kotak hitam yang menyimpan rekaman jejak penerbangan pesawat dan percakapan pilot serta co-pilot.
Pada hari ke sepuluh, pada Jum’at (18/5/2012), proses evakuasi secara resmi ditutup. Hujan yang mulai turun terus menerus dan kelembaban yang semakin tinggi membuat kondisi medan semakin memburuk. Proses penyebaran virus penyakit di sekitar lokasi kejadian juga sangat tinggi.
Menurut dokter Chandra dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung bahwa di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi telah terjadi proses pembusukan dari jenazah. Dalam proses pembusukan ini akan mengeluarkan gas dan menghasilkan bakteri yang berbahaya.
ADVERTISEMENT
Sukhoi Superjet-100 Bukan yang Pertama
Dari puncak Salak 1, terlihat lembahan, punggungan dan beberapa puncak Gunung Salak dengan hutannya yang rapat. Foto: Harley Sastha
Dengan karakteristik medannya yang berbukit, lembahan, patahan dan jurang serta hutan yang rapat dan kelembaban yang tinggi, Gunung Salak telah beberapa kali menjadi lokasi jatuhnya pesawat. Sebelum hilangnya Pesawat Sukhoi Superjet-100, beberapa pesawat lain pernah mengalami hal yang sama, jatuh di kawasan yang berstatus Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Berikut catatan kecelakaan pesawat-pesawat tersebut mulai 2002 hingga 2012:
1. 10 Oktober 2002, Pesawat Trike bermesin PKS 098, jatuh di Lido, Bogor. Korban: 1 tewas.
2. 29 Oktober 2003, Helikopter Sikorsky S-58T Twinpac TNI AU, jatuh di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Korban: 7 tewas.
3. 15 April 2004, Pesawat paralayang Red Baron GT 500 milik Lido Aero Sport, jatuh di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Korban: 2 tewas.
ADVERTISEMENT
4. 20 Juni 2004, Pesawat Cessna 185 Skywagon, jatuh di Danau Lido, di Cijeruk, Bogor. Korban: 5 tewas.
5. Juni 2008, Pesawat Casa 212 TNI AU, jatuh di Gunung Salak di ketinggian 4.200 kaki dari permukaan laut. Korban: 18 tewas.
6. 30 April 2009, Pesawat latih Donner milik Pusat Pelatihan Penerbangan Curug jatuh di Kampung Cibunar, Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Korban: 3 tewas.
7. 9 Mei 2012, Pesawat Sukhoi Superjet-100 buatan Rusia, jatuh di Gunung Salak. Korban: 45 orang tewas.
Hari ini, 9 Mei 2020, tepat delapan tahun yang lalu, tragedi memilukan jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 di Gunung Salak, terjadi. Semoga para korban mendapat tempat yang terbaik di sisi Tuhan YME dan untuk keluarga yang ditinggalkan dapat tabah menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Terima kasih dan salut kepada seluruh Tim SAR Gabungan dan masyarakat luas atas keterlibatan dan kerjasamanya dalam operasi SAR Sukhoi saat itu, sehingga semua dapat berjalan dengan cukup baik.