Kenangan Rizki Wahyudi PEH TN Gunung Palung, Korban Jatuhnya Sriwijaya SJ-182

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
11 Januari 2021 9:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rizki Wahyudi bersama rekan-rekan kerjanya. Foto: Dok. Donni Pasaribu
zoom-in-whitePerbesar
Rizki Wahyudi bersama rekan-rekan kerjanya. Foto: Dok. Donni Pasaribu
ADVERTISEMENT
Rencananya, Sabtu (9/1/2021), siang atau Minggu (10/1/2021), saya akan mengontak Rizki Wahyudi, Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional (TN) Gunung Palung, untuk wawancara mengenai Stasiun Riset Cabang Panti – stasiun penelitian flora dan fauna yang dimiliki oleh Balai TN Gunung Palung. Disini, kita juga dapat meneliti dan mempelajari perilaku beragam satwa. Seperti: Orang Utan, Kelasi, burung endemik Enggang dan beberapa satwa lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun, pada hari yang direncanakan untuk wawancara, musibah itu terjadi. Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, yang ditumpangi Rizki beserta keluarganya mengalami kecelakaan. Setelah hilang kontak pukul 14.40 WIB, Sabtu (9/1/2021). Dan kemudian diketahui jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Begitu membaca manifes penerbangan dan mengkonfirmasi kebenaran informasi pada rekan-rekan di TN Gunung Palung serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kalimantan Barat (Kalbar), ternyata benar, itu rekan saya sendiri, Rizki Wahyudi.
Diketahui Rizki Wahyudi, beserta istrinya (Indah Halimah Putri), anaknya (Arkana Nadhif W, 6 bulan), ibu kandung (Rosi Wahyuni), dan keponakannya (Nabila Anjani), turut menjadi korban dalam jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Ia berniat memboyong keluarganya ke Ketapang, kalbar, untuk tinggal bersama-sama. Tetapi, itu menjadi penerbangan terakhir Rizki Wahyudi beserta keluarganya. Pesawat yang mereka tumpangi tersebut tidak pernah tiba di Pontianak.
lustrasi pesawat Sriwijaya Air yang tengah mengudara Foto: Shutterstock
Berita ini sangat mengejutkan keluarga besar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Khususnya, Balai TN Gunung Palung--Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Karena, salah seorang PEH terbaik yang dimilikinya, ikut menjadi korban.
ADVERTISEMENT
Banyak kesan dan kenangan yang ditinggalkan Rizki Wahyudi yang membekas pada rekan-rekan kerjanya. Pria kelahiran 29 Januari 1995 dikenal seorang pekerja keras, cerdas, mandiri, tangguh, murah senyum, ramah, humoris, dan multitalenta. Setidaknya, seperti yang diceritakan tiga rekan seangkatannya: Probo Susanto, Yusuf Muhammad, dan Nurul Shaum Ramadhani, sejak mulai masa Prajab Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga penempatan di Ketapang, Kalbar.
Sebelum musibah tersebut terjadi, Probo berencana menjemputnya di Ketapang. Dirinya kontak terakhir saat Rizki dan keluarganya bermalam di Jakarta, untuk melakukan Swab PCR, Jumat (8/1/2021). Saat itu, Rizki mengatakan, kalau dia akan tiba di Ketapang pada hari Minggu (10/1/2021).
“Makanya, begitu ada informasi dari teman-teman tentang kecelakaan pesawat Sriwijaya jurusan Jakarta–Pontianak, dan menanyakan kabar Rizki, saya katakan pulang Minggu. Tetapi, begitu melihat data manifes pesawat dan ada nama Rizki di sana, saya langsung cross check ke adik istrinya melalui akun instagramnya dan mengontaknya melalui nomor selularnya. Bersamaan dengan itu ada berita di televisi tentang kecelakaan ini. Dan, ternyata benar, kalau itu Rizki,” kata Probo.
ADVERTISEMENT
Menurut Probo, sejak awal bertugas sebagai ASN pada Maret 2018, di Balai TN Gunung Palung, Ketapang, Kalbar, pergi ke mana-mana selalu berdua Rizki.
Rizki Wahyudi. Foto: Dok. Nurul Shaumi Ramadhani
“Sebenarnya waktu itu, saat kami bertiga ditempatkan di TN Gunung Palung, Ketapang, awalnya saya dan Rizki yang tiba lebih dulu di Ketapang. Baru, sebulan kemudian disusul Yusuf. Lalu, sejak lama mengenal Rizki, Saya jadi tahu kalau dia sosok yang sangat tangguh,” cerita Probo melalui sambungan Selular.
Selama bekerja bersama-sama dengannya, Rizki juga banyak cerita tentang kehidupan pribadinya kepada dirinya. “Rizki merupakan anak tunggal yang sudah ditinggal ayahnya sejak kecil. Praktis hidup berdua saja dengan ibunya.
Saat sekolah menengah pertama, Rizki juga dikenal sebagai anak yang berprestasi. Sehingga untuk melanjutkan kuliah, ia berhasil mendapatkan beasiswa dan sambil bekerja untuk memenuhi kebutuhan kuliah dirinya serta membiayai sekolah keponakannya. Juga membantu ibunya untuk meringankan biaya kehidupan sehari-sehari keluarganya. Rizki juga pernah cerita, waktu di Pangkal Pinang, pada 2011, ia pernah terpilih sebagai juara pertama Bujang Kota Pangkal Pinang dan menjadi lulusan terbaik Fakultas MIPA Unsri Palembang,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Probo juga menceritakan, dapat dikatakan, kalau dirinya dan Rizki itu satu frekuensi. Salah satunya mempunyai selera humor yang sama. Sosok yang murah senyum, ramah, dan mudah akrab dengan orang lain. Walaupun usianya lebih muda di antara kami, tetapi Rizki yang terlihat lebih dewasa. Salah seorang yang sangat diandalkan kantor. Tidak dalam waktu yang lama sejak tiba di Ketapang, dari resort, Rizki kemudian ditarik ke kantor Balai TN Gunung Palung, untuk menangani bagian kerjasama.
“Benar-benar sosok yang berprestasi, cerdas, multitalenta dan salah seorang panutan serta teladan bagi kami. Kalau datang ke kantor selalu tepat waktu. Mempunyai etos kerja yang bagus,” lanjutnya.
Selanjutnya, Probo mengatakan, sebelumnya, istrinya sudah sempat tinggal di Ketapang. Tetapi, begitu hamil dan menjelang melahirkan, istrinya dipindahkan dulu sementara ke rumah orang tuanya di Ogan Komering Ilir, Palembang.
Kiri ke kanan: Rizki Wahyudi, Probo Susanto dan Yusuf Muhammad. Foto: Dok. Yusuf Muhammad
“Anaknya lahir setelah idul fitri lalu. Tetapi, karena ada kondisi pandemi COVID-19 dan pembatasan perjalanan waktu itu, Rizki tidak bisa pulang untuk mendampingi istrinya melahirkan. Waktu itu, saya lihat dia sangat sedih banget. Baru satu bulan kemudian, akhirnya dia bisa menengok istri dan anaknya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, akhir Desember lalu, Rizki, pulang ke tempat istrinya serta anaknya di Palembang dan ibu kandung serta keponakannya di Pangkal Pinang. Mereka akan diboyong untuk tinggal bersamanya di Ketapang. Tetapi, ternyata Allah SWT berkehendak lain. Rizki beserta keluarga kecilnya, turut menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182, ” kata Probo.
Senada dengan Probo, teman kerjanya di TN Gunung Palung, Yusuf Muhammad, juga menceritakan hal yang sama mengenai seorang Rizki Wahyudi yang cerdas, pekerja keras, berempati, mandiri dan multitalenta.
Menurutnya, satu hari sebelum musibah terjadi, pada Jumat (8/1/2021), melalui pesan WhatsApp, Rizki mengabarkan, kalau dirinya sudah ada di Soekarno Hatta, guna melakukan test Swab PCR. Hal ini persis dengan apa yang diceritakan oleh Probo sebelumnya. Tetapi, setelahnya, Yusuf tidak tahu, kapan Rizki terbang ke Pontianak dari Jakarta.
ADVERTISEMENT
Dirinya mengetahui Rizki ikut dalam penerbangan pesawat Sriwijaya yang jatuh, dari WhatsApp group kantor yang mengirimkan daftar manifes. Lalu, dikuatkan kabar dari Probo dan Nurul, yang mengatakan, kalau Rizki, memang naik pesawat Sriwijaya SJ-182.
Mengenai sosok Rizki, dirinya mempunyai kesan tersendiri. Katanya, setelah Rizki dan Probo datang lebih dulu di Ketapang, pada awal Maret 2018, ia baru bergabung pada akhir bulannya.
“Jadi, selama bulan Maret, sebelum saya datang, mereka berdua sempat tinggal di Kantor Balai TN Gunung Palung, di Ketapang. Lalu, beberapa hari setelah saya tiba, pimpinan kami, Kepala Balai TN Gunung Palung, Ari Wibawanto, meminta kami bertiga untuk tinggal satu rumah di kediaman kepala balai. Jadi, kami sempat tinggal bareng beberapa waktu disana,” cerita Yusuf.
Rizki Wahyudi. Foto: Dok. Nurul Shaumi Ramadhani
Selama kenal, tinggal dan bekerja bersama dengan Rizki, menurutnya, ia sosok yang sangat rajin, humble, dan ramah. Kalau dibandingkan mereka bertiga, Rizki yang memang paling rajin dan sibuk. Tidak mengherankan, kalau Rizki, dipercaya kepala balai dan pimpinan yang lain untuk memegang amanah yang lebih besar di kantor balai.
ADVERTISEMENT
“Awalnya, Rizki ditempatkan di Stasiun Riset Cabang Panti, TN Gunung Palung. Lalu, melihat potensi serta kemampuan yang ada pada dirinya, pada 2019, pimpinan memindahkannya ke kantor balai. Salah satunya ditugaskan mengurus dokumen-dokumen penting. Termasuk beberapa amanah lainnya. Seperti dokumen perjanjian kerja sama dengan pihak lain, salah seorang admin medsos resmi taman nasional dan mengonsep press rilis,” pungkas Yusuf.
Yusuf mengatakan, pada Desember lalu, saat dirinya tertimpa musibah kecelakaan di Ketapang dan harus dirujuk ke RSCM, Jakarta, Rizki, menyempatkan waktunya untuk mengantar dirinya ke bandara, untuk terbang ke Jakarta. Dan, itu menjadi pertemuan terakhir mereka, sebelum Rizki menjemput keluarganya.
“Teman-teman kantor banyak yang kehilangan, saya tahu pastinya banyak merasa kehilangan sosoknya. Ia dekat dengan semua orang dan tidak pernah memandang golongan serta jabatan. Kita benar-benar tidak menyangka, Rizki begitu cepat pergi dengan cara seperti ini. Di antara kami berempat yang mulai dari prajab hingga penempatan bersama-sama di Ketapang, ia yang paling muda,” kata Yusuf.
Kiri ke kanan (Yusuf Muhammad, Probo Susasnto, Rizki Wahyudi dan Nurul Shaumi Ramadhani). Foto: Dok. Nurul Shaumi Ramadhani.
Sedangkan Nurul Shaumi Ramadhani, Polhut di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kalimantan Barat, Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, juga mempunyai kesan mendalam dengan Rizki.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, Rizki itu seorang multitalenta. Apa yang dikerjakannya cepat selesai. Tidak mengherankan, kalau menjadi salah satu andalan di Balai TN Gunung Palung.
Sebelum akhir Desember lalu, saat Rizki sudah pulang ke Pangkal Pinang, Nurul mengatakan, melalui pesan WhatsApp, sempat menanyakannya, kapan rencananya ia kembali ke Ketapang. Dan, Rizki mengatakan, kemungkinkan pada hari Sabut (9/1/2021).
“Pas mendapatkan info kecelakaan pesawat, sebenarnya, saya masih belum ngeh. Dan, sempat berpikir, seingatnya, belum pernah ada kecelakaan pesawat komersil jatuh menuju Pontianak. Tiba-tiba, sewaktu lagi makan, terlintas di pikiran, kira-kira siapa yang ada dalam pesawat tersebut. Karena, setidaknya, saya pasti ada yang kenal orang-orang Pontianak. Lalu, ingat kalau hari itu tanggal 9. Langsung saya teringat Rizki dan segera tanya teman-teman melalui group, mengkonfirmasi, Rizki pulang. Ternyata, memang hari itu. Begitu membaca manifes penerbangan, ada nama dia, seketika lemas badan saya,” cerita Nurul.
ADVERTISEMENT
“Rizki memang sosok yang cerdas, cekatan, dan cepat kerjanya. Makanya, setelah sebelum ditempatkan di kantor seksi, ia lalu dipindahkan ke Balai TN Gunung Palung. Yang saya tahu, benar-benar menjadi salah satu andalan. Mulai dari bagian kerja sama hingga untuk mengikuti berbagai rapat di Jakarta,” lanjut Nurul.
Beberapa waktu lalu, pada awal Desember, Rizki sedang ditugaskan di Stasiun Riset Cabang Panti. Sambil bercanda Nurul mengirim pesan chat, menanyakannya, kapan dirinya pulang untuk bergantian menjaga Yusuf yang sedang dirawat di Ketapang. Lalu, Rizki mengatakan, akan pulang besok ‘masih ada kan jatahku semalam untuk menjaga Yusuf’. Tetapi, karena kemalaman dan tidak keburu waktu, ia berusaha mencari angkutan agar dapat tiba cepat di Ketapang, supaya ia tetap dapat ikut mengantar Yusuf ke bandara, karena dirujuk ke RSCM, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Salah satu ucapan singkat yang diingat Nurul waktu itu, masih di bulan Desember, saat Rizki mengatakan, kalau dirinya, nanti tahun depan pada 2021, yang akan mendapat penghargaan dari pak Dirjen, sebagai PEH terbaik di Ditjen KSDAE.
Menanggapi musibah ini, Direktur Jenderal KSDAE Wiratno, mengatakan, Rizki merupakan salah seorang yang diandalkan di TN Gunung Palung. Seorang PEH yang cekatan, cerdas dan cepat belajar. Menjadi panutan rekan-rekannya dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sosok yang ramah, humble dan murah senyum. “Kami semua sangat kehilangan,” pungkasnya singkat.
Selamat jalan Rizki, semua kenangan dan kesan baik yang kamu torehkan kepada kami semua, akan selalu kami ingat. You are the best.