Kisah Boekhold, Orang Eropa Pertama yang Mendaki Merapi pada 1786

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
15 Mei 2020 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tubir atau gigiran kawah puncak Merapi, 2012. Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Tubir atau gigiran kawah puncak Merapi, 2012. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Setelah tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gunung Merbabu pada 21 Oktober 1785. Francois van Boekhold, naturalist dan ilmuwan Hindia-Belanda, kembali mencatatkan diri sebagai orang Eropa pertama juga yang mendaki Gunung Merapi pada tahun 1786.
ADVERTISEMENT
Kisah perjalanannya tersebut, diceritakan dirinya dalam Relaas van een togt den Brandenden Berg op Java (Cerita Perjalanan ke Gunung Api di Jawa), yang diterbitkan oleh Verhandelengin van het Bataviaasch Genootschap den Kunsten en Weternschappen atau Perkumpulan Masyarakat untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan – lembaga ilmu pengetahuan tertua di Asia Tenggara--pada tahun 1792.
Mengenai Boekhold, sebagai orang Eropa pertama yang mendaki Gunung Merapi, juga diceritakan oleh Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn – seorang naturalis, doktor, botanikus, dan geolog dari Hindia-Belanda kelahiran Prusia, Jerman – dalam bukunya yang terkenal Java (1850 dan 1854), yang telah mendaki 43 gunung di Jawa.
Gunung Merapi yang masuk wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta merupakan tiang bumi dunia paling aktif se-nusantara. Masuk jajaran 16 gunung api teraktif dunia. Tubuhnya kerap kali bangun dan menggeliat menunjukkan aktivitasnya. Menariknya, aktivitas vulkanik gunung Merapi yang tinggi tersebut sejak ratusan tahun lalu, selalu menjadi perhatian para ahli vulkanologi dan geologi dari berbagai penjuru dunia. Otomatis, namanya pun semakin mendunia.
ADVERTISEMENT
Ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Merapi sejak 2004, kawasannya memang sangat khas dan unik. Beragam ekosistem tumbuh dan berkembang di tengah geliat vulkaniknya.
Puncak Merapi pada 2009, sekitar satu tahun sebelum mengalami erupsi pada 2010. Terlihat dataran di puncak masih masih ada. Setelah erupsi 2010. Tempat ini sudah hilang. Menjadi kawah aktif baru Merapi. Foto; Harley Sastha
Daya tarik, pesona dan atraksi alam TN Gunung Merapi telah memikat setiap orang. Khususnya para penggemar aktivitas kegiatan alam terbuka. Untuk para pendaki, Gunung Merapi yang mempunyai ketinggian sekitar 2.936 meter di atas permukaan laut (mdpl), merupakan salah satu gunung yang harus masuk daftar list untuk didaki.
Begini Boekhold, menceritakan dirinya saat mulai mendaki Gunung Merapi, lebih dari dua abad yang lalu. Dirinya pergi meninggalkan Salatiga pada 17 Juli 1786, dan tiba di Selo pada siang hari. Tetapi, Boekhold, tidak langsung mendaki. Dia, beristirahat dulu di Selo, mempersiapkan kembali kebutuhannya untuk mendaki, sambil menunggu waktu malam tiba.
ADVERTISEMENT
Kemudian, saat waktu menunjukkan pukul sebelas malam, dirinya mulai mendaki di bawah cahaya bulan, mengambil jalan arah ke timur. Setelah mendaki sekitar tiga jam lamanya, udara terasa semakin dingin rasanya. Begitu tulis Boekhold.
Jalur pendakian, menurutnya cukup berbahaya di beberapa titik. Cukup sempit, sehingga dirinya harus merangkak di atas tebing, hingga akhirnya tiba di puncak Merapi pada 18 Juli 1786.
Sebenarnya, dirinya ingin lebih lama tinggal di puncak Merapi. Tetapi, saat itu, suhu dirasakannya sangat dingin. Sehingga, tidak memberi kesempatan untuk dirinya berdiam diri.

Pendakian Gunung Merapi ke-2 Boekhold yang Berbahaya

Seorang pendaki dari mancanegara sedang berada di pasar Bubrah, Gunung Merapi, 2012. Foto: Harley Sastha
Ternyata, tidak cukup sekali, Boekhold, mendaki Gunung Merapi. Pada 9 Agustus 1786, seperti sebelumnya, dirinya berangkat dari Salatiga menuju Selo. Kemudian, Dia mempersiapkan semua kebutuhan untuk pendakiannya. Kali kedua pendakiannya ke Merapi itu dirinya juga membawa tali untuk memanjat.
ADVERTISEMENT
Tetapi, dirinya mengatakan sedikit lebih terlambat mendaki saat itu. Karena, dia baru mulai mendaki pada esok harinya, 10 Agustus 1786, pukul empat pagi. Bonusnya, dirinya melihat sunrise dalam perjalanannya.
Setelah tiga jam mendaki, sekitar jam tujuh pagi, dirinya tiba di lembah besar. Kemudian, ia merayapi tebing-tebing curam dan sempit dengan menggunakan alat bantu tali.
Boekhold, menuliskan kami menantang bahaya melalui medan yang sulit. Tetapi, kami coba untuk mengatasinya. Sehingga, dia sampai mendekati kawah. Menurutnya, itu merupakan tempat yang mungkin untuk pertama kali didatangi, yang tidak pernah dilihat dan dibayangkan sebelumnya oleh orang.
Di mana, dirinya saat itu melihat langsung aktivitas Merapi yang terbakar seperti akan meletus. Beberapa informasi yang dia dapatkan di kaki gunung, tebing-tebing terasa hangat. Itu ada di sekitar seratus tempat. Kami, berjanji untuk melanjutkan pendakian hingga mencapai puncak yang masih terlihat cukup tinggi di sana.
ADVERTISEMENT
Benar-benar cukup membahayakan, batuan pada tebing-tebing semuanya rapuh, longgar, dan mudah lepas. Terasa hangat, sehingga kaki terasa seperti terbakar.
Berada di pasar Bubrah, Gunung Merapi, 2012. Foto: Har;ey Sastha
Lapisan belerang tertutup oleh panasnya gunung. Batu-batu terlihat meleleh di banyak tempat, mendidih, dan mengeluarkan uap panas. Berada pada situasi seperti itu, seseorang dapat saja pingsan karena kesulitan bernapas.
Boekhold mengatakan saat itu dirinya sekitar setengah jam bertahan di atas. Dari posisinya tersebut, dirinya dapat melihat di bawah kakinya, aktivitas kawah Merapi yang menyala terbakar.
Kemudian, dirinya meninggalkan bendera putih di atasnya sebagai tanda. Lalu, kembali turun melalui jalur yang sama dan tidak kalah sulit serta berbahayanya, seperti saat naik.
Panasnya gunung dan belerang, membuat tangan dan kakinya seperti terbakar. Menurutnya, orang akan berpikir, nama gunung yang demikian tersebut, sepertinya tidak akan mungkin dapat menumbuhkan tanaman apa pun. Namun, sangat mencengangkan, karena pada batuan belerang tersebut, ditemukan tanaman merambat, mengelilingi satu dan kaki batu belerang terpanjang yang dia temui.
Gunung Merapi, 2012. Foto: Harley Sastha
Gunung Merapi memang unik. Aktivitasnya yang tinggi, membuat tubuhnya kerap berubah. Utamanya pada bagian puncak dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Apakah dua kali mendaki melalui Selo, Bokehold menggunakan jalur yang sama. Saya masih, belum bisa memastikan. Karena, Boekhold tidak menyebutnya secara rinci.
Junghuhn pun sangat kagum dengan Gunung Merapi. Menurutnya, Merapi, merupakan gunung yang luar biasa kontruksi tebuhnya. Kerucut sejati gunung api yang kakinya dimulai dari pantai selatan.
Junghun sendiri mulai mendaki Gunung Merapi pada 5 dan 8 September 1836. Kemudian, beberapa kali dia mendakinya kembali. Dalam perjalanannya tersebut, dirinya menceritakan kondisi Gunung Merapi yang kerap mengalami erupsi.
Saya sendiri, beberapa kali mendaki Gunung Merapi. Terakhir, pada tahun 2009, sebelum mengalami erupsi besarnya pada 2010. Lalu, dua tahun pasca-erupsi pada 2012, saya kembali mendakinya. Tujuannya untuk melihat perubahan yang terjadi pada bagian puncaknya.
ADVERTISEMENT
Mengalami perubahan yang cukup siginifikan. Tidak ada lagi kawah mati dan dataran di bagian puncak tertingginya. Semuanya menyatu, menjadi lubang kawah aktif baru yang besar. Saat berada di tubir atau gigiran kawah puncak, saya dapat mendengar cukup jelas, gemuruh suara kawah yang aktif.
Bagi umumnya masyarakat Yogyakarta, percaya bahwa “Penguasa Gunung Merapi” mempunyai hubungan kekerabatan dengan “Penguasa Yogyakarta”. Untuk itulah diangkat orang kepercayaan (juru kunci) sebagai mediatornya.
Dalam kehidupan kerajaan dan alam di Jawa, gunung Merapi mempunyai peranan yang sangat penting. Walaupun terjadi pro-kontra dan silang pendapat, konon, diceritakan Kerajaan Mataram kuno menghilang secara misterius pada awal abad ke-11 dan berpindah ke Jawa Timur. Menurut perkiraan para ilmuwan, hal tersebut terjadi karena kekuatan letusan gunung Merapi tahun 1006 Masehi yang mengakibatkan hancurnya kerajaan Mataram kuno.
ADVERTISEMENT
Dalam setiap letusannya Gunung Merapi mengalirkan awan panas bergulung-gulung menyusuri lereng dan lembahnya. Karena bentuknya yang tidak beraturan dan bergulung, masyarakat sekitar menyebutnya “wedhus gembel”.