SAVE_20190926_170356.jpeg

Kisah Mereka yang Berjibaku Padamkan Kobaran Api di TN Sebangau

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
26 September 2019 17:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengendalian dan Pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
zoom-in-whitePerbesar
Pengendalian dan Pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
ADVERTISEMENT
“Saat kami memadamkan kepala api di kilometer 23. Begitu api berhasil dipadamkan, dari hutan terdengar suara Owa. Mungkin mereka berterima kasih, karena api berhasil kami padamkan. Sehingga rumah mereka tidak terbakar lagi. Sebenarnya saya ada rencana melamar pacar, tetapi karena ada kebakaran, jadi ditunda dulu lamarannya...tugas pemadaman karhutla lebih dulu,” kata Sangkan Budiono, CPNS Polhut Taman Nasional (TN) Sebangau.
ADVERTISEMENT
Ia menceritakan salah satu pengalamannya saat melakukan operasi pengendalian dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di TN Sebangau, Kalimantan Tengah, melalui voice note WhatsApp.
Banyak hal unik dan menarik, suka dan duka yang dialami rekan-rekan, relawan, dan para petugas gabungan, serta masyarakat yang terlibat langsung dalam operasi pengendalian dan pemadaman karhutla di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan beberapa daerah lainnya. Mereka bertugas berminggu-minggu dengan kondisi medan yang tidak mudah tentunya. Termasuk meninggalkan keluarga hingga berhari-hari lamanya.
Pengendalian dan Pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Berjibaku, jatuh bangun, membelah hutan, mengarungi sungai, melawan panasnya kemarau bercampur panasnya api serta paparan asap dan debu. Semuanya demi satu tujuan: segera memadamkan amukan api.
Menyelamatkan hutan dan lahan yang belum tersentuh api. Melindungi biodiversity yang ada dalam kawasan. Menjaga agar rumah para satwa seperti Orang Utan, Bekantan, Owa, Tarsius, dan lainnya selamat dari jilatan api. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan dari Balai TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Banyak hal menarik dan menginspirasi yang bisa dijadikan pelajaran dari apa yang mereka ceritakan kepada saya.
ADVERTISEMENT
Sangkan bercerita bagiamana pengalamannya bertugas memadamkan api. Menurutnya, banyak hikmah yang bisa diambil saat mengendalikan karhutla. "Kami bekerja lebih semangat, gotong royong, bahu-membahu untuk memadamkan api. Kalau dukanya, mungkin waktu dengan keluarga harus dikorbankan atau berkurang," beber Sangkan.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Menurut Sangkan, ada beberapa kendala selama proses pengendalian karhutla. Akses yang cukup sulit untuk mencapai lokasi titik api, jalan terputus karena termakan api yang membuat mereka banyak berjalan kaki, menyeberangi sungai menggunakan perahu klotok, dan sebagainya. Selain itu, kondisi sumber air yang sulit didapat saat musim kemarau seperti ini juga jadi kendala memadamkan api. Tapi, Alhamdulillah hingga saat ini hal tersebut dapat teratasi dengan baik.
“Walaupun sudah berhari-hari dan bahkan berminggu-minggu, kami tidak mengenal kata putus asa, sampai api benar-benar padam. Karena kami yakin, badai pun pasti berlalu...api pun pasti akan padam,” kata Sangkan, penuh semangat.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Menarik, kagum, salut, dan penuh haru kalau mendengar cerita rekan-rekan di lapangan. Tanggung jawab akan tugas dan sekaligus pengabdian. Terkadang membuat mereka sampai lupa makan dan minum. Hal tersebut sebagaimana yang diceritakan oleh Muhammad Rifai, yang ikut bertugas melakukan pengendalian karhutla di TN Sebangau, sejak 17 Juli hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
“Dalam satu minggu tugas, kami ada jeda 1-2 hari, baru kemudian berangkat lagi. Sering kali saat bertugas, kami lupa makan dan minum. Padahal, sudah disiapkan semua di camp, karena terlalu bersemangat untuk dapat segera mengendalikan karhutla, sehingga teman-teman lupa hingga telat makan,” cerita Rifai.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
“Sedih pasti rasanya melihat hutan tempat kami bekerja terbakar. Kecewanya, begitu karhutla sudah kami padamkan...sudah hampir padam semua...ada yang bakar lagi,” kata Rifai lagi mengungkapkan kesedihannya.
Edi Chandra, anggota Brigade Pengendalian Karhutla TN Sebangau Seksi Wil 1 TN Sebangau, juga mempunyai cerita selama bertugas. Ia mengaku sedih saat terjadi karhutla. Sebab, banyak anak-anak hingga orang tua yang harus merasakan sesak napas karena terpapar oleh kabut asap.
Pengendaloan dan Pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
“Saat melakukan pemadaman, mungkin banyak hal-hal yang mengganggu atau membuat kita kelelahan. Misalnya karena api yang panas atau terpapar asap dan menghisap debu. Bahkan, dari pepohonan yang terkadang dapat tumbang kapan saja, sehingga membahayakan diri kita sendiri saat pemadaman,” cerita Edi.
ADVERTISEMENT
Namun, kata Edi, apa pun yang terjadi di lapangan, ketika berkaitan dengan pemadaman, itu merupakan panggilan. Apalagi melihat kondisi saat ini sudah semakin parah.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Misalnya saja kala Edi melakukan pemadaman di pertengahan Juli lalu. Biasanya Edi dan tim dapat istirahat beberapa hari, ketika api sudah dapat dikendalikan atau dipadamkan. Tapi, kalau misalnya titik api tiba-tiba muncul lagi, kami harus siap kembali ke lapangan kapan pun.
Pernah suatu hari, ia tidak pulang ke keluarga sampai 16 hari lamanya karena tugas pemadaman. Pedihnya, waktu itu, saat bertugas Edi mendapatkan kabar kakeknya meninggal, tapi kabar itu ia terima satu hari setelahnya, lantaran di lokasi ia bertugas tak ada sinyal.
“Waktu melakukan pemadaman di resort Sebangau Hulu. Ketika masuk ke lokasi, sinyal telepon selular tidak ada. Selang satu hari, ketika ada ada sinyal, ada sms masuk dari saudara saya, memberi duka mengenai meninggalnya kakek saya. Kemudian saya minta izin pulang dua hari kepada komandan kami untuk mengikuti kegiatan pemakaman. Selesainya, saya langsung kembali ke lapangan bergabung dengan teman-teman untuk kembali melanjutkan tugas pemadaman," beber Edi.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Namanya Ceria Abadi. Ia anggota Brigader Karhutla TN Sebangau. Menurutnya, selama bertugas mengendalikan api, ia kerap menemukan hal lucu dan unik. Misalnya saja ketika teman-teman membawa barang atau peralatan pemadaman ke lokasi yang sulit dijangkau.
ADVERTISEMENT
"Terkadang kami jatuh kena kayu. Dan sengaja tidak sengaja, kami pun tertawa. Jadi menurut saya, mungkin itu juga merupakan salah satu yang unik dan sedikit menjadi hiburan selama tugas. Walaupun sebenarnya kasian juga,” ujarnya.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Menurut Ceria Abadi, karena medannya berupa gambut, pemadaman jadi lebih lama. Harus benar-benar basah dulu sampai bawahnya. Sebab, yang terbakar bukan hanya pada bagian atasnya saja, biasanya bagian bawahnya juga ikut terbakar.
Ia juga bercerita, sudah hampir tiga bulan operasi pengendalian dan pemadaman karhutla berlangsung sejak awal mulai diketahui titik api.
“Sedih dan marah pastinya melihat sebagaian kawasan hutan TN Sebangau, tempat kami biasa bekerja, mengabdi, terbakar. Karena sangat banyak dampak negatifnya. Salah satunya misalnya, paparan asapnya."
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Anggota Brigade Karhutla TN Sebangau lainnya, Muhammad Widodo, menceritakan banyak hal positif yang dirasakan saat dirinya bekerja terutama bisa bertemu dengan banyak orang.
ADVERTISEMENT
“Jadi, kita bertambah saudara atau teman. Kalau bicara dukanya, mungkin lama kita tidak bertemu dengan keluarga. Bahkan menginap di lokasi hingga berminggu-minggu. Pada September ini, istri saya baru melahirkan dan kebetulan kondisinya pas lagi ramai-ramainya kebakaran di kawasan. Mau tidak mau, kita harus tetap ke lapangan. Jadi pas sebelum hari melahirkan hingga melahirkan, alhamdulillah saya dapat izin dari kantor. Setelah istri melahirkan, saya kemudian bolak-balik dari rumah ke lokasi kebakaran. Jadi, terkadang saya harus tinggal di lokasi kebakaran,” tuturnya.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
“Kendalanya, yang paling mendalam ketika sampai lokasi, kadang-kadang tidak ada sumber air. Itu yang paling sulit bagi kami sebagai petugas pemadaman jika di lokasi tidak ada air. Kadang-kadang juga kekurangan peralatan pemadaman lainnya,” bebernya.
ADVERTISEMENT
Itu baru sebagian kecil kisah yang mewakili mereka yang bekerja 'dalam sunyi' di tengah hutan. Masih banyak kisah-kisah luar biasa dari manusia-manusia luar biasa yang saat ini juga masih berjibaku, mengerahkan seluruh tenaga dalam upaya memadamkan karhutla khususnya di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Kisah serta cerita mereka akan menjadi inspirasi bagi kita semua.
Pengendalian dan pemadaman Karhutla di TN Sebangau, Kalimantan Tengah. Foto: TN Sebangau
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten