Medjora Cafe: Tongkrongan Nuansa Bali di Karanganyar, Jateng

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
18 November 2019 21:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gerbang masuk Medjora Cafe. Foto: Harley Sastha
zoom-in-whitePerbesar
Gerbang masuk Medjora Cafe. Foto: Harley Sastha
ADVERTISEMENT
Nuansa Bali sudah begitu terasa saat kami melewati gerbang masuk Medjora Cafe yang berada di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut (mdpl), lereng Gunung Lawu, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Tedung atau payung berwarna kuning keemasan dan kain poleng motif hitam putih serta umbul-umbul dan batang kayu yang diselimuti kain poleng hitam putih merah pada gerbang masuk halaman cafe akan langsung membawa ingatan kita ke Pulau Dewata.
Tidak hanya itu, halaman juga terlihat tampak bersih, asri, dan hijau. Pada bagian outdoor, terdapat tempat makan lesehan yang terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan tedung dan kain poleng. Ada juga beberapa bangkai perahu kayu yang diubah jadi tempat pengunjung dapat menikmati makanan dan minuman serta wadah pot-pot tanaman. Menurut Wiryawan yang biasa dipanggil Wawan, owner Medjora Cafe, perahu kayu yang sudah tidak terpakai dan menjadi bangkai tersebut didatangkan langsung dari Bali, tempat ia bertugas sebelumnya di Taman Nasional Bali Barat. Sedangkan saat ini ia ditempatkan di Taman Nasional Gunung Merapi.
ADVERTISEMENT
Medjora Cafe sepertinya memang mengusung tema yang unik. Masih pada bagian outdoor-nya, beberapa becak dan sepeda ontel bekas serta pelek-pelek roda keduanya sengaja diletakkan Wawan pada beberapa sudut.
Bangkai perahu kayu yang dijadikan sebagai tempat makan dan minum serta meletakkan pot-pot tanaman. Foto: Harley Sastha
Salah satu sudut bagian outdoor. Foto: Harley Sastha
Walaupun kental dengan suasana Bali, Wawan juga memadukan cafe yang beralamat di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Surakarta, dengan unsur Jawa dan suasana tempo dulu. Hal tersebut terlihat pada berbagai interior dan pajangan-pajangan di setiap sudut cafe. Baik itu pada bagian outdoor maupun indoor.
Nongkrong di Medjora Cafe akan akan membawa kamu dalam nuansa yang benar-benar berbeda. Sebagaimana halnya gerbang masuk halaman atau outdoor, pintu masuk bagian dalam cafe atau indoor pun penuh dengan nuansa Bali yang kental.
Barang-barang dan perlengkapan tempo dulu dan tradisional ditata apik sedemikian rupa. Ada setrikaan ayam jago, guci, anglo, radio, kaset-kaset, sepeda ontel, aneka rantang motif lurik, lampu teplok, wayang, dan lainnya terlihat menarik.
Barang-barang tradisional dan tempo dulu pada salah satu sudut bagian indoor cafe. Foto: Harley Sastha
Pintu masuk bagian indoor cafe juga kental dengan unsur Bali. Foto: Harley Sastha
Nah, untuk kalian yang hobi baca. Medjora Cafe juga menyediakan sudutnya sendiri. Perpustakaan mini yang tidak kalah unik dan menariknya. Dijamin, kalian akan betah berlama-lama membaca aneka koleksi buku yang cukup lengkap. Apalagi sambil menikmati kopi dan teh serta makanan yang ada.
ADVERTISEMENT
Kalau kalian jeli, sebenarnya ada lagi yang unik dari cafe yang namanya diambil dari akronim Medel Joha Ravan; anak dari sang owner, yaitu indoor cafe yang ternyata merupakan bekas bangunan green house. Wawan menyulapnya menjadi tempat nongkrong yang unik, menarik, dan instagrammable pastinya.
Suasana perpustakaan mini pada bagian indoor tampak unik dan menarik. Foto: Harley Sastha
Suasana malam di sudut perpustakaan mini pada bagian indoor. Foto: Medjora Cafe
Menurut Wawan, Medjora Cafe awalnya dibangun dari kecintaan sang owner yaitu dirinya sendiri terhadap kopi dan tanaman. Terlebih, Desa Kemuning, tempat Medjora Cafe berada merupakan daerah perkebunan teh. Hingga akhirnya didirikanlah kedai kopi dengan konsep bangunan berupa green house yang didalamnya terdapat bermacam-macam tanaman. Hal tersebut juga ditunjang pengalaman pekerjaan owner di bidang konservasi alam.
“Dulunya bangunan cafe ini adalah bekas green house untuk tanaman Anthurium yang sempat booming sekitar tahun 2007. Hingga akhirnya pamor tanaman hias tersebut hilang, bangunan green house dibiarkan terbengkalai. Kira-kira lebih 10 tahun kemudian, tepatnya awal tahun 2019, tercetuslah ide untuk memanfaatkan sisa bangunan tersebut menjadi tempat minum kopi yang berkonsep natural,” cerita Wawan sambil memperlihatkan dan menceritakan setiap sudut cafe-nya.
Bersantai menikmati aneka kopi, teh, dan menu di Medjora Cafe yang harganya murah dan sangat terjangkau. Foto: Harley Sastha
Untuk membangun cafe yang resmi berdiri pada pertengahan tahun 2019 tersebut, menurut Wawan, relatif murah. Karena hampir sebagian besar barang-barang dan perlengkapan yang ada sekarang merupakan bahan bekas pakai. Dinding bangunan dari jendela bekas, kamar mandi dibuat dari batu limbah sisa pemotongan batu alam, aksesoris lain juga merupakan barang-barang bekas. Untuk dapat menumbuhkan tanaman di dalamnya, atapnya menggunakan plastik UV dilapisi paranet dengan rangka bambu, persis seperti bangunan green house sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Untuk masalah menu, kalian tidak usah khawatir. Harganya terjangkau dan sangat bervariasi. Aneka varian sajian kopi baik single origin maupun espresso based, wedangan, juice, snack tradisional, dan juga makanan tradisional. Bahan baku makanan hampir semua berasal dari produk petani lokal.
“Kami juga memiliki perpustakaan dengan berbagai macam koleksi buku. Pengunjung bisa menikmati kopi dan aneka makanan dan minuman sambil baca buku. Suasana natural didukung oleh aksesoris dan sarana prasarana yang dibuat sealami mungkin menjadikan kenikmatan sendiri bagi pengunjung. Di halaman cafe, perahu kayu berjumlah empat buah ditata sedemikian rupa. Sebagian berfungsi sebagai meja kopi. Perabot rumah tangga lawas, lumpang kayu, lesung, dan berbagai macam aksesoris Bali, yang ada di cafe, memang agar tempat ini terlihat unik,” kata Wawan.
ADVERTISEMENT
Karena lokasinya yang berada di sekitar kebun teh, lereng Gunung Lawu, membuat udara di Medjora Cafe terasa sejuk dan adem. Jika kalian berkunjung pada malam hari, udara akan terasa lebih dingin. Tetapi, jangan khawatir, ada spot api unggun yang dapat digunakan pengunjung untuk sekedar menghangatkan badan. Tetap alami dan natural, seperti di tengah hutan. Malam hari di Medjora Cafe tampak semakin romantis suasananya. Cocok banget untuk kumpul bersama keluarga maupun bersama pasangan masing-masing. Tenang, untuk yang datang sendiri pun pas banget kok.
Aneka barang tradisional menghiasi berbagai sudut bagian indoor cafe. Foto: Medjora Cafe
Suasana malam hari dari bagian outdoor. Foto: Medjora Cafe.
Gimana? Keren dan seru, kan tempatnya? Jadi, untuk kalian yang berencana berwisata alam dan budaya di sekitar Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, seperti Candi Cetho, Candi Sukuh, Perkebunan Teh Kemuning, Tahura Ngargoyoso, mendaki Gunung Lawu, dan lainnya, sempatkan untuk mampir ke Medjora Cafe yang setiap harinya buka mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB. Dari Kota Surakarta juga tidak terlalu jauh, jaraknya sekitar 35 kilometer dan dapat ditempuh dengan berkendara dengan akses jalan yang bagus.
ADVERTISEMENT